Jumat, 31 Juli 2009

Ayya Santini Talkshow : Bertemu Penderitaan, bertemu kebijaksanaan?

Talkshow,
Bertemu Penderitaan, bertemu kebijaksanaan?
Tanggerang, 26 Juli 2009
Pembicara :
1.Y.M. Bhikkhuni Santini Thera
2.Bpk. Dr Cornelis Wowor
3.Harry Sutanto

Penulis : Tommy ( Facebook )

Pada hari minggu tanggal 26 Juli 2009, kami remaja PMV Surya Adhi Guna, mendapatkan kesempatan yang sangat baik untuk mengikuti Talkshow dengan tema : “Bertemu Penderitaan, Bertemu kebijaksanaan?”.. Talkshow ini diadakan oleh para pengurus Vihara Sanghamitta Karawang dalam rangka penggalangan dana pembangunan Vihara Sanghamitta. Talkshow sebelumnya diadakan di Kota Karawang beberapa bulan yang lalu.
Progress pembangunan Vihara Sanghamitta hingga saat ini sudah pada berdirinya bangunan Vihara yang begitu megah. Di kompleks perumahan Resinda Karawang.
Tapi tentu pembangunan masih membutuhkan dana yang tidak sedikit. Untuk itulah panitia pembangunan Vihara Sanghamitta mengadakan Talkshow ini sebagai salah satu langkah untuk mencari dukungan berupa Biaya pembangunan.

Kami begitu bersemangat pergi ke kota Tanggerang walaupun agak jauh dari kota kami, Rengasdengklok. Perjalanan yang menempuh jarak hampir 150 Km dengan waktu lebih dari 2 Jam 30 Menit. Beberapa anak SMP pun bersemangat untuk mengikuti Talkshow ini. Mungkin karena rasa ketertarikan mereka untuk belajar Dhamma, membuat mereka tetap semangat walau jarak & waktu yang begitu jauh dan lama.

Sesampai di lokasi, panitia menyambut kami dengan bingkisan kue dan salam sambil menunjukan tempat duduk yang tersedia untuk kami. Banyak tokoh dari kalangan Buddhist terlihat menghadiri talkshow amal ini. Diantaranya Pak Handaka Vijananda, Bpk Oka Diputra, Para Pengurus Vihara Sanghamitta Karawang dan para Upasaka kota Tanggerang. Setelah beramah tamah dan kata sambutan, Beberapa saat kemudian talkshow yang kami tunggu-tunggu pun dimulai.

Pada Sesi pertama ini, diawali oleh Bpk Cornelis Wowor. Beliau adalah seorang tokoh Buddhist yang sudah tidak asing lagi. Beliau memulai sesi ini dengan berbicara tentang kebijaksanaan.
Kebijaksanaan antara satu orang dengan orang yang lain sungguh sangat berbeda, sehingga, mengajar Dhamma pada banyak orang sekaligus adalah hal yang sangat sulit dilakukan, dengan pertimbangan perbedaan tingkat kebijaksanaan orang-orang tersebut.
Suatu ketika, saat di bandara, Bpk Wowor bertemu dengan umat non-Buddhist yang menanyakan tentang sebuah pertanyaan yang sengaja untuk menjatuhkan umat Buddha, umat tersebut bertanya : “ Pak, kenapa umat Buddha mau mengikuti Pangeran Siddharta? Padahal, Pangeran Siddharta adalah orang Konyol yang meninggalkan anaknya yang baru lahir,istri dan keluarganya untuk mencari sesuatu yang belum pasti Ia dapatkan, bukan kah itu tindakan Konyol?.. ” Mendengar pertanyaan tersebut, Pak Wowor mengerti bahwa orang tersebut bertanya untuk sengaja bertanya untuk menjatuhkan konsep Buddhisme, tapi dengan pintarnya, Pak Wowor menjawab : “ Saya Setuju dengan anda!” Mendengar pertanyaan tersebut, orang tersebut melongo, lalu Pak Wowor meneruskan, “ Agama Buddha meneladani dan mencontoh apa yang diajarkan oleh Buddha Gautama, bukan Pangeran Sidharta, Pangeran Sidharta belum sempurna.”
Pak wowor juga berbicara tentang berbagai macam manusia dalam hal kebijaksanaan,

Ada 4 tipe manusia dalam hal perkembangan kebijaksanaannya, yakni:
1. Orang yang tanpa diberitahu, bisa muncul kebijaksanaan dengan sendirinya
2. Orang yang harus diberitahu sedikit, lalu baru muncul pengetahuan dan kebijaksanaannya.
3. Orang yang harus dilatih, diberitahu secara berkesinambungan sampai pada akhirnya tumbuhlah kebijaksanaanya.
4. Orang yang sudah dilatih secara berkesinambungan, diberitahu dengan cara apapun, tapi tetap tidak mendapatkan pencerahan & kebijaksanaan.

Tipe orang yang ke-4 inilah yang sangat sulit untuk menemukan kebijaksanaan.
Ada cerita menarik mengenai 4 tipe manusia dalam hal kebijaksanaan. Kita semua mungkin sering mendengar nama SOCRATES, filsuf Yunani kuno yang merupakan pemikir dan bisa memberikan banyak solusi untuk banyak orang.
Istri Socrates adalah istri yang sangat cerewet pada suaminya, orang lain yang melihat Socrates yang sering dimarahi oleh istrinya, berpikir bahwa Socrates hidup dengan penuh penderitaan. Kehidupan keseharian Socrates adalah dengan memberikan pengajaran ditempat-tempat umum kepada banyak orang. Suatu ketika, istri Socrates yang cerewet sakit, lalu Socrates menjadi murung dan tidak bersemangat. Socrates tidak lagi banyak memberikan ide-ide cemerlangnya di depan umum. Lalu salah seorang temannya bertanya pada nya, “ Kenapa engkau menjadi murung dan tidak bersemangat? ” lalu Socrates menjawab, “ Hari ini istri ku sedang sakit. ” Temannya keheranan , “Loh bukannya bagus kalo istrimu sedang sakit, jadi tidak ada lagi yang cerewet dan sering memarahimu?”.. Lalu Socrates menjawab, “ Justru itu dia, Ide-ide cemerlangku ikut hilang bersama dengan cerewetnya istriku. Jadi aku menjadi sangat tidak bersemangat. ”

Dari kisah ini, kita mengetahui bahwa kebijaksanaan seseorang dalam menyikapi setiap kejadian, sangat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Pak Wowor sambil bercanda berkata : “ Maka dari itu, anda semua, seorang istri, haruslah cerewet pada suami, supaya muncul ide-ide suami yang cemerlang. Yang sudah cerewet, harus labih cerewet lagi. ” Para umat yang hadir pun tertawa.

Lalu Talkshow ini dilanjutkan dengan pelelangan sebuah Puisi Dharma, karya Bapak Oka Diputra. Beliau merupakan sesepuh umat Buddha Indonesia, beliau pernah menjabat sebagai Anggora MPR-RI pada masa Presiden B.J. Habiebie dan pernah menjabat sebagai DirJen PemBimas Hindu-Budha.

Sebelum lelangnya dimulai, Bapak Oka diputra sengaja tampilkan ke depan untuk bercerita tentang sejarah latar belakang sajak Dharma tersebut.

Dulu ketika beliau masih tinggal di tempat asalnya di Bali, beliau mempunyai kekasih yang sangat cantik. Lalu Pak Oka, harus kuliah ke Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, karena hal ini lah, membuat pasangan ini harus menjalani pacaran jarak jauh. Hanya setahun sekali Pak Oka pulang ke Bali. Tahun pertama, tahun ke-dua, perjalan mereka berjalan lancar-lancar saja, tapi setelah tahun ke-tiga, ternyata sang kekasih Pak Oka, diam-diam berpacaran lagi dengan teman Pak Oka sendiri. Rasa sakit hati pun tak tertahankan, karena kesal, pak Oka berniat untuk bunuh diri dengan mencemplungkan diri di selat Bali. Pada saat beliau bersiap di kapal laut untuk mencemplungkan dirinya, beliau melihat ombak yang sangat besar, ombak tersebutlah yang membuat Pak Oka menjadi takut dan mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Beberapa waktu kemudian, ada sebuah kegiatan latihan meditasi Vipassana yang dibimbing langsung oleh Ashin Jinarakhita di Vihara Watugong Semarang. 18 hari beliau mengikuti meditasi tersebut dengan sabar dan sampai pada selesainya, beliau mendapatkan pelajaran amat berharga mengenai kehidupan dari meditasinya, bahwa hidup terus berubah dan harus siap untuk menerima perubahan tersebut. Setelah meditasi selesai, akhirnya beliau berniat untuk bertemu dengan mantan kekasihnya dan temannya untuk berdamai. Lalu niatnya itu pun terkabul, lalu beliau membuat sajak yang berjudul “Sinar Dhamma yang menyelamatkan hidupku” .
Pak Oka berkata “Semoga Puisi ini bermanfaat untuk pembangunan Vihara Sanghamitta.” Lalu lelang pun dimulai, lelang sajak ini dimulai dengan harga Rp. 1 Juta Rupiah. Lelang berlangsung seru hingga harga sajak tersebut menjadi Rp. 10 Juta Rupiah yang dimenangkan oleh Handaka Vijjananda.

Harry Sutanto

Setelah lelang Sajak selesai, Sesi pembicara berikutnya pun dimulai, pembicara yang selanjutnya adalah Bapak Harry Sutanto. Beliau merupakan salah satu pembicara dan motivator yang berasal dari kalangan Buddhist. Sejumlah prestasi pernah beliau raih dan sekarang aktif sebagai pembicara motivasi ke berbagai instansi, Pemerintah, swasta, Universitas dan lain-lain.

Pada sesi ini Bpk Harry Sutanto bercerita mengenai MARA dan Buddha,
Suatu ketika Buddha sedang berdiam diri di gua tempatnya untuk bermeditasi. Banyak orang yang dating ke gua tersebut untuk meminta nasehat kepada Sang Tathagatha. Salah satunya adalah MARA sang penggoda. Dari kejauhan Bhante Ananda melihat Mara dan kebinggungan apa yang harus dilakukan apabila Mara bernit untuk menemui Sang Tathagatha, lalu Bhante Ananda bertanya pada Sang Tathagatha, apa Mara diijinkan masuk untuk menemui Sang Tathagatha? Lalu Sang Tathagatha menjawab, “ Persilahkan masuk Ananda, sediakan teh juga untuk kami.” Lalu Mara pun dipersilahkan masuk untuk berbincang-bincang dengan Sang Tathagatha. Mara mengatakan, “Sang Tathagatha aku Iri melihat mu begitu dipuja oleh banyak orang karena mereka menganggap Engkau sangat berguna bagi mereka, bagaimana kalo kita bertukar posisi saja? Aku menjadi Sang Tathagatha dan engkau menjadi Mara” Lalu Sang Tathagatha menjawab “ Oh, Mara, kita tidak perlu bertukar posisi, ” Aku tetaplah Sang Tathagatha dan enkau tetap lah Mara. Engkau pun sangat berguna bagi kehidupan mereka. Rasa kesal, Amarah, Penderitaan yang ,mereka hadapi sangat bermanfaat sebagai tantangan untuk perkembangan bathin mereka untuk menjadi lebih baik lagi. Arti sebuah kesuksesan adalah bisa melewati tantangan tersebut. Jadi engkau pun sangat bermanfaat untuk mereka.”
Harry Sutanto menegaskan bahwa, penderitaan, kesusahan yang kita dapatkan adalah vitamin yang menguatkan kita untuk terus menjadi lebih baik.
Lalu Pak Harry Sutanto kembali bercerita tentang sebuah cerita di kerajaan,
Kerajaan jaman dahulu, biasanya dikelilingi oleh sebuah sungai yang besar, dan untuk memasuki istana, kita harus melewati sungai tersebut dengan jembatan yang bisa dibuka dan ditutup di istana.
Sang Raja pada masa itu sudah berusia tua, dan raja tersebut hanya memiliki seorang putri tunggalnya. Sang raja kebingungan, siapa yang akan meneruskan tahta kerajaannya. Ditengah kebingungannya, para mentri kerajaan menyarankan Sang raja untuk menikahkan putrinya dengan laki-laki terbaik di negrinya untuk meneruskan tahtanya. Dan sang Raja pun menyetujui hal tersebut. Lalu diumumkan lah ke seluruh negri tentang sayembara untuk menjadi menantu Raja. Raja mencari laki-laki terbaik yang mampu melewati tantangannya untuk menjadi Suami dari putrinya, yang dikemudian hari nanti akan menjadi raja.

Pada saat hari sayembara tersebut, pintu dan jembatan menuju istana ditutup rapat. Sehingga orang tidak dapat memasuki istana. Orang-orang dari seluruh negri berdatangan. Lalu tantangan pun diumumkan, barang siapa mampu masuk ke istana untuk menemui Sang raja di istana, dialah yang akan menjadi Menantu raja. Orang berpikir, tantangan tersebut sangat lah mudah, tapi ternyata jembatan dan pintu masuk istana ditutup, sehingga untuk memasuki istana, harus melewati sungai yang mengelilingi istana. Orang-orang bersiap berenang, tapi,.. ternyata kesulitan itu makin menjadi ketika terlihat ada buaya yang kelaparan menunggu di sungai. Kerumunan orang semakin banyak, tapi tak ada satu pun yang berani berenang menuju istana. Beberapa saat yang agak lama, orang-orang hanya melihat ke sungai dan Sang raja dari atas istana pun hanya memperhatikan orang-orang yang berdatangan semakin banyak, tapi tidak satupun berani untuk berenang. Lalu tiba-tiba ada suara sesuatu yang masuk ke dalam sungai, perhatian semua orang tertuju ke sumber bunyi tersebut, dan ternyata yang jatuh ke sungai itu adalah orang, sebutlah “ Acun ”, Acun berenang sekuat tenaga untuk mencapai sungai di tepi istana. Sampai akhirnya Acun berhasil mencapai tepi dengan selamat. Setibanya di tepi istana, orang-orang bertepuk tangan, dan Sang raja menyambut Acun,
“ Selamat, anda telah berhasil melewati tantangan saya, sekarang apa yang anda inginkan?.. ” sambil mengigil dan kecapean, Acun terdiam. Lalu Sang raja berkata “ jendral di kerajaan kita sudah sudah tua, anda masih sangat muda, apa anda mau menggantikan jendral di kerjaan ini?”.. sambil mengigil, Acun menjawab : “ Ti ti tidak Raja, saya tidak mau! ”.. lalu Sang raja menawarkan Acun menjadi perdana mentri di istananya , lalu Acun menjawab : “ ti ti tidak Baginda, saya tidak mau posisi itu. ”..
“ohhhhhh, anda mau menikahi putri saya kalo begitu?..” Lalu acun menjawab: “ Ju ju juga tidak Baginda. ”… “ Lancang kamu Acun ”, marah Sang raja. “ Lalu apa yang kamu mau?.. kenapa kamu rela berenang kesini? Dan berhasil melewatinya. ”.. lalu acun menjawab : “ sa sa saya hanya ingin tau siapa yang mendorong saya sampai jatuh ke sungai itu.”.. mendenger jawaban Acun para umat tertawa.

Dan maksud dari cerita ini adalah, begitu banyak orang yang sejak lahir atau pada waktu tertentu mengalami keadaan yang terpaksa, terpaksa hidup susah, terpaksa harus bekerja keras, tapi apabila orang tersebut dapat menyikapnya dengan bijaksana, maka ia akan bertemu dengan jalan yang baik.
Penderitaan adalah obat untuk menjadi semakin kuat untuk melewati kehidupan ini.
Semoga bermanfaat.

Lalu talksshow dilanjutkan dengan pelelangan sebuah lukisan. Dan lukisan ini berhasil dijual dengan harga Rp. 11.500.000,-.

Selanjutnya, pembicara yang saya tunggu-tunggu, mungkin sudah agak lama, sudah hamper 2 tahun saya tidak pernah lagi menghadiri ceramah Ayya Santini. Ayya santini adalah Bhikkhuni kelahiran Rengasdengklok beliau juga pernah mendapat pernghargaan dari PBB sebagai salah satu wanita yang luar biasa.

Pada awal Dhammadesananya, Ayya santini menjelaskan bahwa kunjungannya kali ini di kota tanggerang bukanlah semata-mata untuk mencari dana. Tapi juga untuk berbagi Dhamma.

“ Pada talkshow kali ini saya meminta panitia untuk berbicara diawal, kenapa?.. karena kalo bicara diawal, berarti saya tinggal menarik kesimpulan pada pembicara-pembicara sebelumnya. Sama halnya dengan yang saya lakukan saat menjadi pembicara di Manado. ”
Pada Talkshow kali ini, Ayya santini menjelaskan ada 4 tipe manusia dalam hal perkembangan kualitas bathin atau kebjiksanaan.

1. Orang yang kualitas bathin nya dari terang ke terang.
2. Orang yang kualitas bathin nya dari gelap ke terang.
3. Orang yang kualitas bathin nya dari terang ke gelap.
4. Orang yang kualitas bathin nya dari gelap ke gelap.

Kualitas bathin yang patut dicontoh adalah kualitas bathin yang pertama. “ Saya sering kali bertemu dengan orang yang seperti nomor diatas. Terlahir dari keluarga yang baik, lalu membawa diri ke kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Saya juga percaya bahwa anda semua yang hadir pada talkshow hari ini, ada yang seperti itu. ”

Apabila kita bukan menjadi orang dalam kualitas bathin yang pertama, menjadi golongan yang ke dua pun tidak apa. Karena orang tersebut tetap mendorong diri untuk ke arah yang lebih baik.

Tipe orang yang nomor 3 ini, sungguh sangat disayangkan. Terlahir di keluarga yang sangat baik dari sisi ekonomi, dari sisi spiritual dan dari keharmonisan keluarga, tapi karena bergaul dengan orang yang salah dan menyenangi kehidupan yang kurang bermanfaat, sehingga akhirnya menuju ke jalan yang gelap. Sungguh hal ini sangat disayangkan.

“Tapi dari 3 tipe yang saya sebutkan barusan, tipe yang nomor 4 adalah tipe yang paling-paling sangat tidak baik.” Tandas Ayya Santini.

Hendaknya kita sebagai umat Buddha terus berjuang untuk mencapai pembebasan. Menuju kearah yang terang.

Demikianlah ringkasan yang dapat saya tuliskan.
Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Search