Senin, 21 Desember 2009

Latih diri - studi meditasi aksi 2009

Kebaktian remaja, sabtu 19 Desember 2009
Protokol : Dwi Yunantara & Try Atmaja
Dhammapada : Meylianawati Dewi
Pembicara : Grace
Pembimbing Meditasi : Romo Pannajayo

Tidak terasa 3 tahun telah berlalu sejak diadakannya Bina Widya ( Kegiatan pelatihan rutin Buddhis yang diselenggarakan oleh SEKBER-PMVBI Jawa Barat dalam belajar Dhamma dan meditasi ) tahun 2006 silam yang diadakan di Vihara Surya Adhi Guna Rengasdengklok. Di tahun 2009 ini, Bina Widya kembali diadakan di Vihara Bodhi Diepa Cikampek dengan nama LD-SMA ( latih diri - studi meditasi aksi ). Program pelatihan tahun ini, lebih menitik beratkan pada pelatihan diri dengan bermeditasi dan aksi pada waktu pelatihannya. Peserta yang hadir berasal dari remaja dan pemuda-pemudi Vihara-vihara yang tergabung dalam SEKBER PMVBI Jawa Barat. Sekitar 20 orang remaja dari Vihara Surya Adhi Guna sudah mendaftar sebagai peserta kegiatan ini, untuk itu pada malam hari ini Sdri. Grace Chandra meminta kepada Romo Pannajayo membimbing para calon peserta LD-SMA untuk berlatih meditasi.

Pada sesi penjelasan meditasi, Romo menjelaskan bermacam-macam posisi duduk saat bermeditasi.

1. Teratai penuh ( full lotus / golden Buddha )












2. Teratai separuh ( half lotus )












3.




















Kami bermeditasi sambil diberi pengarahan oleh romo Pannajayo. Objek meditasi yang Romo anjurkan adalah keluar masuknya pernafasan. Sekitar 15 menit Dhammasala Vihara menjadi sangat hening, padahal pada kebaktian malam hari ini umat remaja yang hadir cukup banyak.
Mungkin karena rasa keingin tahuan para umat untuk mencoba melatih meditasi.
Saya sendiri pun sebenarnya sudah sangat lama tidak bermeditasi, padahal latihan konsentrasi adalah hal yang sangat dianjurkan oleh Guru Agung kita. Pikiran kacau terus menemani saya sewaktu bermeditasi kali ini. Sampai pada akhirnya meditasi pun selesai.

Romo Rajiman : Persatuan dalam kelompok


Kebhaktian umum, 11 Desember 2009
Protokol : Ibu Lilayani
Penyalaan Lilin Altar : Ibu Uwat
Pembaca Dhammapada : Ibu Soan Encom (Gatha 223 dan 224)
Dhammadesana : Bpk. Rajiman
Tema : Persatuan Dalam Kelompok
penulis : Grace Chandra

Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhasa (3x)
Namo Sang Yang Adhi Buddhaya, Namo Buddhaya…!

Di dalam kehidupan sehari-hari kita sangat membutuhkan orang-orang yang ada di sekitar kita. Sebagai contoh seorang pedagang pupuk membutuhkan petani dan petani membutuhkan tengkulak untuk menjual padinya.. dst.. Oleh karena itu dalam kehidupan sehari-hari kita wajib saling menghormati dan menghargai dengan tetangga atau orang yang ada di sekitar dengan kita. Jika kita melakukan hal tersebut maka persatuan dalam kelompok akan tercipta.
Umumnya disaat kesulitan atau membutuhkan bantuan biasanya diri kita pastilah akan meminta bantuan yang paling terdekat yaitu tetangga kita. Sebagai contoh saat anak kita sakit parah dan membutuhkan bantuan pastilah bantuan dari tetangga diperlukan. Oleh karena itu perlakukanlah setiap tetangga anda seperti saudara anda. Sesuai dengan peribahasa yang mengatakan bahwa tetangga adalah saudara yang terdekat. Kehidupan harmonis di antara tetangga akan mendukung persatuan tetap terjaga.
Persatuan tidak terjaga jika kita selalu bersikap membeda-bedakan antara sesama. Sebenarnya sikap perbedaan ini sangatlah tidak perlu dilakukan karena sebenarnya sama. Saat kita lahir kita sama-sama tidak membawa sesuatu, tidak membawa pangkat.Buddha, guru kita pun menghendaki kesejajaran antara umat manusia. Beliau menghapus sistem kasta.
Pembantu dan tuannya sebenarnya sama hanya tugas dan pangkat saja yang membedakannya. Oleh karena itu jika kita memiliki pemabantu di rumah, perlakukanlah pembantu dengan baik. Janganlah menghina dan memperlakukan pembantu dengan kasar. Malah alangkah baiknya jika di moment tertentu kita mengumpulkan pembantu kita dan mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang telah mereka lakukan pada kita. Jika kita melakukan hal ini maka persatuan dan kerukunan pasti terjaga.
Di akhir Dhammadesananya, Bapak Rajiman juga mengatakan bahwa kita menilai orang janganlah dari penampilan luarnya. Sebagai contoh jika ada 4 orang cewek yang terdiri dari cewek yang kaya dan cantik, cewek yang kaya dan baik, cewek yang miskin cantik dan cewek miskin kaya. Seharusnya kita memilih cewek yang baik. Hati lebih baik dibandingkan penampilan atau pembungkusnya saja.
Demikianlah Dhammadesana tanggal 11 Desember 2009. Semoga bermanfaat. Sadhu…! Sadhu…! Sadhu…!

4 hal untuk merubah pola hidup kita



Kebhaktian umum, 04 Desember 2009

Protokol : Romo Pannajayo
Pembaca Dhammapada : Ibu Encun Sukanta (Gatha 176 dan 177)
Dhammadesana : Y. M. Bhante Suddhasano
penulis: Grace Chandra

Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhasa (3x)
Namo Sang Yang Adhi Buddhaya, Namo Buddhaya…!

Saat ini orang sibuk membicarakan masalah kiamat 2012. Isu seperti ini sebenarnya mengingatkan kita untuk segera mungkin memupuk kebajikan. Kita harus semakin bersemangat memanfaatkan apa yang kita miliki untuk berbuat baik.
Hidup dengan selalu membina diri agar selalu menjadi manusia yang lebih mulia sangatlah sulit. Malam ini Y. M. Bhante memberikan dhammadesana tentang empat hal yang harus kita lakukan untuk merubah pola hidup kita. Keempat hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mencegah hal-hal buruk yang belum ada diri kita
Contohnya yaitu jika diri kita yang bukan tipe suka marah-marah jangan sampai berubah menjadi suka marah-marah. Kita harus menjauhkan diri hal-hal yang buruk. Hal ini dapat dicapai dengan meditasi dan fangshen. Meditasi membuat diri kita selalu sadar dan mawas diri sehingga jika ada hal-hal buruk yang mendatangi diri kita maka kita akan tersadar untuk segera menjauhinya, Sedangkan fangshen membuat diri kita akan dipenuhi oleh cinta kasih sehingga kita dapat terbebas dari rasa memmbenci. Fangshen juga membuat diri kita selalu terlindung oleh kebajikan yang kita perbuat. Semakin banyak kita menolong orang maka akan semakin banyak kita terlindung oleh kebajikan.

2. Menghilangkan kebiasaan buruk yang sering kita lakukan
Contoh: jika kita memiliki kebiasaan buruk yaitu mudah mengantuk maka kikis dan hilangkanlah kebiasaan buruk ini. Mengantuk berarti kesadaran kita lemah dan orang yang memiliki kesadaran lemah akan membuat diri kita cepat mati. Contohnya saja jika kita kesadaran lemah mungkin ketika menyebrang jalan kita akan mati tertabrak oleh kendaran yang lalu lalang. Kesadaran lemah membuat kita kurang berhati-hati dalam melakukan suatu kegiatan.
Sesuai dengan Buddha katakana, “Orang yang sadar adalah orang yang hidup sedangkan orang yang tidak sadar dapat dikatakan tidak hidup walaupun sebenarnya dia hidup.”

3. Menambah kebajikan yang belum pernah dilakukan
Contohnya orang yang tidak suka meditasi menjadi suka meditasi. Hidup sebagai manusia adalah sangat sulit. Oleh karena itu lakukan kebajikan saat ini juga karena siapa tahu esok hari kematian menjemput kita!.

4. Mengembangkan kebajikan yang sudah ada
Bagi orang yang sudah sering bermeditasi sebaiknya lebih baik lebih ditingkatkan lagi. Kita haruslah meningkatkan kebajikan yang ada didalam diri kita.

Seperti yang telah kita sering dengar bahwa: “Oleh diri sendiri kita berbuat kebajikan, oleh diri sendiri kita ternoda, oleh diri sendiri kita berbuat kebajikan dan oleh diri sendiri kita mecapai kesucian. Semua hal yang terjadi adalah karena oleh diri kita sendiri. Diri kitalah yang menentukan apakah diri kita akan menjadi orang yang baik atau tidak.
Dewa kematian tidak mungkin datang mengetuk pintu untuk memberitahukan kematian kita. Oleh karena itu jangan menunda-nunda kebajikan sebelum kematian menjemput kita. Apabila seseorang mencintai diri sendiri maka mulai sekarang dia akan menjaga diri sebaik-baiknya. Menjaga diri dengan selalu menghindari segala perbuatan jahat dan selalu mendekatkan diri dengan kebajikan. Oleh karena itu jika sayang dan mencintai diri kita sendiri maka perbanyak dan kembangkan kebajikan dalam diri kita.
Y. M. Bhante juga bercerita tentang “Cacing dan Kotorannya”. Pada cerita ini dikisahkan ada seekor cacing yang sangat menyukai tinggal di dalam kotoran. Walaupun kotoran sangat bau dan kotor tetapi sang cacing sangat menyukai makan dan hidup di dalam kotoran tersebut. Diri kita janganlah seperti cacing ini. Janganlah menjadi manusia yang apabila sudah diberitahu/diceramahin untuk meninggalkan kebiasaan buruk (kotoran) tapi tetap tidak mau!. Kita selaku manusia yang mulia seharusnya menjauhi kebiasan buruk (kotoran) dan merasa jijik dengan kebiasaan buruk (kotoran).
Demikianlah ringkasan kebhkatian umum, 04 Desember 2009. Semoga bermanfaat.
Sadhu...! Sadhu…! Sadhu…!

Senin, 09 November 2009

Bhante Upasammo : Sunguh sulit untuk mendengarkan ajaran kebenaran

Kebhaktian Umum, 06 November 2009
Protokol : Romo Pannajayo
Penyalaan Lilin Altar : Bpk.Aen
Pembacaan Dhammapada : Ibu Vina (gatha 152 dan 153)
Dhammadesana : Y. M. Bhante Upasamo
dari Vihara Dhammacakkha Jaya, Sunter
Tema : Kiccham saddhammasavanam
(Sungguh sulit untuk mendengarkan ajaran
kebenaran)

Malam ini untuk kedua kalinya Y. M. Bhante Upasamo mengisi Dhammadesana di Vihara Surya Adhi Guna, Rengasdengklok. Pada kesempatan ini Bhante membahas tentang bait Dhammapada gatha 182 baris ketiga yang berbunyi "Kiccham saddhammasavanam", yang berarti sungguh sulit untuk mendengarkan ajaran kebenaran (Dhamma).
Dalam Anguttara Nikaya disebutkan bahwa suatu ajaran dapat dikatakan sebagai ajaran kebenaran apabila ajaran tersebut memenuhi 8 kriteria. Sang Buddha berkata, "Itu adalah Dhamma, itu adalah Vinaya, dan itu adalah ajaran Sang Guru jika ajaran tersebut:
1. Ajaran itu mengajarkan tanpa nafsu
2. Ajaran itu bebas dari kemelekatan
3. Ajaran itu menuju pada pelepasan
4. Ajaran itu menuju pada sedikit keinginan
5. Ajaran itu mengajarkan pada kepuasan
6. Ajaran itu mengajarkan pada kesendirian
7. Ajaran itu mengajarkan pada membangkitkan semangat, bukan pada
kelembaman
8. Ajaran itu mengajarkan pada kesederhanaan bukan pada kemewahan

Untuk mendengarkan dhamma tidaklah mudah dan perlu prose yang panjang, Sebagai contoh Bhante Upasamo dapat datang ke Vihara Surya Adhi Guna untuk membabarkan Dhamma karena Bhante sudah menjalani kehidupan samanera selama dua tahun dan ada umat yang bersedia antar jemput Beliau Jakarta-Rengasdengklok. Oleh karena itu kita harus menghargai dan mendengarkan Dhamma karena sungguh sulit untuk melakukan pembabaran Dhamma. Walaupun yang membabarkan Dhamma kurang mahir dan ajarannya sederhana kita patut mendengarkan dan mengambil manfaat dari pembabaran Dhammanya.
Kita patut menghargai pembabar Dhamma karena menjadi pembabar Dhamma tidaklah mudah dan agak riskan. Terkadang apabila seorang pembabar Dhamma mempunyai perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran yang dia babarkan maka hal ini akan dipertanyakan oleh orang yang mendengarnya. Sebenarnya jika kita mendengarkan Dhamma dari seseorang yang perbuatannya tidak ideal dengan ajarannya bukan berarti kita tidak perlu mendengarkannya. Kita tetap masih dapat memperoleh manfaat jika kita tetap mendengarkan dan mempraktekkan ajarannya.
Begitu pula jika ada seorang Dhammaduta memberikan ajaran yang sederhana, kita pun harus tetap mendengarkan. Ada sebuah cerita seorang guru yang selalu mengajarkan ajaran yang sederhana, semua ajarannya hampir sama dan diulang-ulang. Suatu hari sang Murid bertanya pada Gurunya, "Guru.., mengapa Guru selalu mengajarkan ajaran yang sederhana, hampir sama dan selalu diulang-ulang." Lalu sang Guru menjawab, "Memang betul ajaranku sederhana dan seringkali diulang-ulang. Akan tetapi apakah kamu sudah dapat melakukan dengan baik ajaranku yang sederhana tersebut?." Sang murid pun tersentak dan tersadar. Ia menyadari walaupun sungguh sederhana ajaran Gurunya tetapi ia belum dapat mempraktekkannya dengan baik.
Dalam Anguttara Nikaya dikatakan ada 5 manfaat yang dapat kita peroleh dari mendengarkan Dhamma yaitu:
1. Mendengar sesuatu yang belum pernah di dengar
2. Memantapkan atau mengingat kembali apa yang sudah didengarkan
3. Keragu-raguannya hilang
4. Meluruskan pandangan
5. Batin menjadi tenang dan damai

Kita umat Buddha berangkat ke Vihara dengan berbagai alasan yaitu: merasa akab dengan pembicaranya sehingga merasa perlu mendengarkan dhammadesananya; merasa pergi ke Vihara dapat mengisi waktu luangnya; datang karena takut dikatakan malas; atau untuk menguji dengar bagaimana kemampuan Dhammaduta yang mengisi kebhaktian pada saat itu. Walaupun datang ke Vihara dengan berbagai alasan yang tidak sama tetapi sungguh beruntung kita dapat datang ke Vihara dan mendengarkan Dhamma. Dapat kita bayangkan kalau kita tidak mendengarkan Dhamma maka diri kita tak kan sebaik sekarang ini. Dahulu kita menganggap perbuatan amoral adalah baik akan tetapi setelah mendengarkan Dhamma pastilah kita tidak mau melakukan perbuatan amoral lagi.
Saat ini untuk bertemu dengan Dhamma semakin mudah karena buku-buku Dhamma semakin banyak dan Vihara semakin banyak. Hal ini sangatlah bagus. Oleh sebab itu janganlah disia-siakan.
Sebelum menutup Dhammadesananya. Bhante menganjurkan kami agar tidak melihat siapa yang membabarkan Dhamma tetapi lihatlah ke dalam, lihat apa yang dapat kita praktekkan. Dengan jalan ini maka kita mendapatkan manfaat untuk berubah dari tidak baik menjadi baik.
Demikian Dhammadesana dari Bhante Upasamo, Semoga Bermanfaat. Sadhu...! Sadhu...! Sadhu...!

Grace Chandra : English Buddhism

Kebhaktian Remaja, 31 Oktober 2009
Protokol : Ratna Sari
Penyalaan Lilin Altar : Tasya
Dhammapada : Mira dan Nanda
Dhammadesana : Grace Chandra

Namo Buddhaya..,
Dua hari sebelum kebhaktian remaja saya sudah merencanakan untuk mengisi kebhaktian remaja 31 Oktober dengan suatu artikel singkat berbahasa Inggris yang saya peroleh dari Samanera Abhassaro, Artikel ini berjudul "Buddhism" yang mengulas tentang perkembangan agama Buddha dahulu pada jaman Buddha hingga saat ini.

Pada awal acara saya meminta anak-anak remaja untuk duduk melingkar. Lalu saya memberi waktu sekitar 10 menit kepada masing-masing anak remaja untuk membaca artikel itu. Dengan anusias dan penuh perhatian mereka semuanya membaca artikel tersebut. Akhirnya waktu pun sudah menunjukkan jam 19.40 lalu saya pun meminta para remaja untuk membaca artikel secara bergiliran dan menerjemahkannya. Setelah selesai membaca kemudian 10 soal yang ada di artikel pun dijawab secara bergiliran.

Acara kemudian saya lanjutkan dengan TTS agar suasana menjadi lebih rileks. TTS Buddhis ini pun merupakan kiriman dari Samanera Abhassaro. Para remaja dengan gembira dan bersemangat mengisi TTS tersebut.

Acara malam ini merupakan salah satu variasi pengisian acara kebhaktian di Vihara agar lebih variatif dan tak jenuh. Dengan acara ini kami dapat belajar bahasa inggris tapi kami juga belajar Dhamma. Selain itu suasana keakraban pun jadi semakin tercipta.

Buddhism
Buddhism come from the word Buddha. Buddha was a person. He lived more than two thousand five hundred years ago in India. His family was rich. He lived in a beautiful house with many servants One day when he went out of his house, he saw many poor and unhappy people. He looked out at them. Hea sked himself these questions, "Why are people so unhappy? How can people be happy"
When he was twenty nine years old, he left his family and his beautiful home. He went out into the world to find the answers. He tried many ways. He studied with teachers but they did not answers his questions After this he tried another way. He lived in the forest He hurt his body. He did not eat for many days. He tried to get away from his body. But thid did not give him the answers to his questions.
Then he sat down under a Bodhi tree and he thought. He sat for forty-nine days. After this time he learned something from himself. He became at the Buddha. His questions were answered. People are unhappy because they wants things. They are always looking for food, money and other things. When a man does not want things, he is free. He does not think about himself. He dos not think about tomorrow. He is kind to others.
Buddha died when he was eighty years old. During his life he travelled to many places. He taught many people. He had many students. A follower of Buddha is called a Buddhist. Some Buddhist become monks. Monks do not work. They do nor have money. They are given their food by other people. They wear a long yelloy piece of cloth. They cut off their hair. They usually do not wear anything on their feet. They pray and think. Early in the morning the monk wals along the street. He carries a bowl. People stop him and give him food. He can not ask for food. A monk's life is not easy. He tries to get away froem the world. He tries to follow the teachings of Buddha.
In Thailand any man can be a monk. Many people become monks for a short time, usually three months. This happens during the wet season in Thailand. This time as a monk is very important for Thai men. They do not llive with their family then. They go to live and study in a monk's house. After three months they go back to their own life. Some are monks for a longer time. They study the teachings of Buddha. These are his teachings. Life is not happy. It is like this because people always want things. When people do not want things, they will be happy. You can learn to do this when you study Buddha's teachings. Buddha teachings were not written down until two or three hundred years after he died. Before this people just remembered them and told them to others.
There is more than one kind of Buddhism. All Buddhis follow the teachings of Buddha but they are not always the same. Buddhism in Japan is a little different from Thai Buddhism. People understand the teachings of Buddha in different ways.

Qustion Buddhism:
1. Buddha lived
a. five hundred years ago
b.one thousand years ago
c. two thousand years ago
d. more than two thousand years ago.

2. When he was a child, Buddha was
a. Very poor
b. rich
c. happy
d. very ill

3. Buddha left his home because
a. he did not like his parents
b. he wanted answers for his questions
c. he wanted to travel
d. he wanted to meet people

4. After Buddha left home, he first
a. went to Thailand
b. lived in the forest
c. studied with teachers
d. sat and thought

5. Buddha did not eat and he hurt himselft because
a. he wanted die
b. he was very unhappy
c. he wanted to learn something
d. he was angry at himself

6. Buddha learned this. Man is unhappy because
a. he wants things
b. he is poor
c. he does not believe in God
d. he does not think about tomorrow

7. A Buddhist monk
a. Works
b. asks for his food
c. has long hair
d. does not have money

8. The clothes of the monk are
a. grey
b. white
c. yellow
d. many colours

9. In Thailand most men become monks for
a. one month
b. three months
c. a year
d. two years

10. We still know Buddha's teachings because
a. people always told them to each other
b. Buddha wrote them in three books
c. they were written in stone before Buddha died
d. Buddha still teaches them

the answers:
1. d; 2. b; 3. b; 4. c; 5. c; 6. a; 7. d; 8. c; 9. b; 10. a

Demikianlah ringkasan kebhaktian remaja tanggal 31 Oktober 2009. Semoga ringkasan ini bermanfaat. Selain itu saya juga ucapkan terima kasih kepada Samanera Abhassaro yang telah mengrimkan suatu artikel dan TTS untuk digunakan dalam kebhaktian kami. Selamat berjuang Samanera dan Semoga Samanera segera mencapai pencerahan. Sadhu...! Sadhu...! Sadhu...!

Jumat, 30 Oktober 2009

Sidhi : Kalyanamitta


Kebaktian Remaja, Sabtu 24 Oktober 2009
Dhammadesana : Sidhi Agustiana Taniman
Dhammapada : Tommy
Penulis : Tommy


Boleh dibilang hari yang cukup istimewa pada kebaktian remaja kali ini. Kenapa? karena pada kebaktian kali ini, Sidhi A.T. yang merupakan Ketua dari PMV SAG 2009-2010 bersedia untuk mengisi Dhammadesana kali ini. Saya sendiri mengenal sosok Sidhi belum lama. Sekilas, Sidhi terlihat pendiam, malu-malu dan grogian. Tapi hari ini, pandangan saya tentang ketua PMV yang baru ini berubah. Walau cara berbicara yang dibawakannya tidak sebagus penceramah lainnya karena aksen pembicaraanya yang belum terbiasa, tapi saya sungguh kagum dengan sosok ketua PMV yang satu ini. Sama seperti halnya Yessica F.S. yang sebelum menjadi ketua PMV 2008-2009 agak pendiam, setelah menjadi ketua PMV, menjadi lebih aktif. Saya yakin, apabila terus dilatih, Sidhi pun akan bisa menjadi pembicara yang baik.
Isi dari Dhammadesana yang Sidhi bawakan sangat bagus, seperti berikut :

Kalyanamitta berasal dari kata Kalyana yang artinya teman dan Mitta yang artinya baik atau bagus. Jadi Kalyanamitta berarti teman yang baik atau bagus yang dapat menjadikan diri kita selalu waspada dalam menempuh kehidupan dunia dan setelah meninggal. Terdapat empat macam sahabat yang dipandang berhati tulus ( suhada ) : yaitu sahabat penolong ( upakaro mitto ), sahabat pada waktu senang dan susah ( samanasukha dukkhomitto ), sahabat yang memberi nasehat baik ( atthakhayamitto), dan sahabat yang bersimpati ( anukampakamitto ).

1. Ciri-ciri sahabat yang suka menolong ( Upakaromitto ) adalah :
1. Ia yang menjaga dirimu sewaktu lengah;
2. Ia yang menjaga dirimu sewaktu engkau lengah;
3. Ia yang menjaga dirimu sewaktu dalam ketakutan;
4. Ia memberi bantuan dua kali daripada yang engkau perlukan.

2. Ciri-ciri sahabat pada waktu senang dan susah ( Samanasukha dukhomitto )
1. Ia menceritakan rahasia-rahasia dirinya kepadamu;
2. Ia menjaga rahasia-rahasia dirimu;
3. Ia tidak meninggalkan dirimu sewaktu engkau berada dalam kesulitan;
4. Ia bahkan bersedia mengorbankan hidupnya demi kepentinganmu.

3. Ciri-ciri sahabat yang memberi nasehat baik ( Atthakhayamitto ) yaitu:
1. Ia mencegah dirimu berbuat jahat;
2. Ia menganjurkan dirimu untuk berbuat benar;
3. Ia memberitahukan apa yang belum pernah engkau dengar;
4. Ia menunjukan jalan ke surga.

4. Ciri-ciri sahabat yang bersimpati ( Anukampakamitto )
1. Ia tidak merasa gembira terhadap kesengsaraanmu;
2. Ia merasa senang atas kesejahteraanmu;
3. Ia mencegah orang lain berbicara jelek tentang dirimu;
4. Ia membenarkan orang lain memujimu.

Akalyanamitta ( Teman yang tidak baik )

Akalyanamitta artinya teman atau kawan yang tidak baik atau jahat yang berkeinginan untuk menjerumuskan diri kita sehingga mengalami penderitaan ( dukkha ). Terdapat empat orang yang harus dipandang sebagai musuh yang berpura-pura sebagai sahabat (amittamittapatirupapaka) yaitu : orang yang tamak ( Annadathuro ), orang yang banyak bicara tetapi tidak berbuat sesuatu ( Vaci paramo ), penjilat ( Annuppiyabhani ) dan kawan pemboros ( Apayasahayo ).

1. Ciri-ciri orang yang berpura-pura sebagai sahabat ( Annadathuharo ) yaitu:
1. Ia yang tamak;
2. Ia memberi sedikit dan meminta banyak;
3. Ia melakukan kewajibannya karena takut;
4. Ia hanya ingat akan kepentingannya sendiri.

2. Ciri-ciri seorang yang banyak bicara tetapi tidak berbuat sesuatu ( Vaci paramo ) yaitu:
1. Ia menyatakan bersahabat berkenaan dengan hal-hal yang lampau;
2. Ia yang menyatakan persahabatan berkenaan dengan hal-hal yang mendatang;
3. Ia berusaha untuk mendapatkan simpati dengan kata-kata kosong;
4. Bila ada kesempatan untuk membantu, ia menyatakan tidak sanggup.

3. Ciri-ciri seorang penjilat ( Annupiyabhani ) yang berpura-pura sebagai sahabat yaitu:
1. Ia menyetujui hal-hal yang salah;
2. Ia tidak menganjurkan hal-hal yang benar;
3. Ia akan memuji dihadapanmu;
4. Ia berbicara jelek tentang dirimu dihadapan orang-orang lain.

4. Ciri-ciri seorang pemboros ( Apayasahayo ) yang berpura-pura sebagai sahabat yaitu:
1. Ia menjadi kawanmu apabila enkau gemar minum minuman keras;
2. Ia menjadi kawanmu apabila engkau gemar berkeliaran di jalan-jalan pada waktu yang tidak pantas;
3. Ia menjadi kawanmu apabila engkau mengejar tempat-tempat hiburan;
4. Ia menjadi kawanmu apabila engkau gemar berjudi.

Semoga bermanfaat.

Jumat, 23 Oktober 2009

Romo Pannajayo : Hiri & Ottapa

Kebaktian Umum, Jumat 23 Oktober 2009
Pemimpin kebaktian : Uu Dharmawan
Dhammadesana : Romo Pannajayo
Penulis : Tommy

Hari ini adalah minggu ke 4 kebaktian umum bulan Oktober. Suasana Hari Raya Kathina masih terasa begitu pekat tatkala setiap Vihara di Kabupaten Karawang dan sekitarnya masing-masing mengadakan perayaan Kathina. Pada kebaktian malam hari ini Romo Pannajayo membahas mengenai Hiri dan Ottapa. Yakni malu dan takut untuk berbuat jahat. Pada prinsipnya Hiri dan Ottapa ini bisa timbul pada bathin masing-masing orang dengan dilandasi pengetahuan yang benar tentang sebab dan akibat perbuatan yang kita lakukan. Setelah kita mempunyai pengetahuan tentang sebab dan akibat dari perbuatan yang kita lakukan, akan timbul pemikiran untuk malu berbuat yang tidak baik dan juga akan takut akan akibat dari perbuatan yang kita lakukan.

Dengan mengetahui sebab dan akibat perbuatan yang kita lakukan, kita pastilah akan berpikir dua kali untuk melakukan perbuatan yang kurang sesuai menurut Dhamma. Dengan mengalami sendiri sebab dan akibat perbuatan yang tidak baik, kita sudah tentu akan memahami maksud dari Hiri dan Ottapa.

Hiri dan Ottapa bisa juga timbul dari lingkungan sekitar kita yang mendorong kita untuk malu dan takut berbuat jahat. Apabila orang tua kita adalah orang yang mempunyai nama baik, kita dengan sendirinya akan berusaha untuk menghindari perbuatan yang dapat merusak nama baik orang tua kita. Apabila sanak saudara kita rajin menolong orang lain, dengan sendirinya pula, kita akan memiliki kebiasaan menolong orang lain.

2 hal ini perlu kira terus ingat, Hiri dan Ottapa. Malu untuk berbuat jahat, takut akan hasil dari perbuatan yang kita lakukan. Demikian ringkasan Dhammadesana Romo Pannajayo yang disampaikan, Semoga Bermanfaat

Senin, 19 Oktober 2009

Perayaan Hari Kathina 2009

Pembawa acara : Ibu Lilayani
Pemimpin kebaktian : Romo Pannajayo
Bhikkhu Sangha dari Sangha Agung Indonesia
Penulis : Tommy


Pada malam yang berbahagia ini, adalah hari yang kesekian kalinya saya merayakan hari Raya Kathina. Waktu terasa begitu cepat, rasa-rasanya baru beberapa hari yang lalu saya merayakan hari Kathina tahun 2008 di Vihara Surya Adhi Guna. Antusias para umat Buddha Rengasdengklok dan sekitarnya terlihat begitu besar pada hari raya ini. Hal ini terbukti dari banyaknya para umat yang biasanya absen datang ke vihara, pada hari ini terlihat hadir. Khusus untuk berdana kepada Sangha. Terlihat juga Bpk. Natala Sumeda ( Ketua Vihara Buddha Dhamma Karawang,) Bpk. Ian Alexander ( Ketua yayasan Sanghamitta Karawang ), juga Ibu Padumawati bersama umat Vihara Bodhi Diepa Cikampek turut hadir untuk mengikuti Sangha Dana di Vihara Surya Adhi Guna.

Saya datang agak telat hari ini. Sesampai di Vihara, Ryan, Nanda Devi Nur, Dwi Yunantara dan Meylianawati Dewi
sedang berlatih membacakan Nidhikanda Sutta ( Sutta tentang berkah ) yang dibimbing oleh Sdri. Grace Chandra. Setelah memasuki Dhammasala, terlihat ada 9 anggota Sangha yang hadir pada Kathina tahun ini. Salah satunya adalah YM Bhikkhu Dharmavimala Thera yang tepat pada minggu lalu merayakan Vassa ke 18. 9 anggota Sangha duduk di depan altar vihara, bukanlah pemandangan yang biasa. Mungkin tidak setahun sekali, vihara kami kadatangan Anggota Sangha sampai sebanyak ini.

Setelah pembacaan paritta selesai, acara dilanjutkan dengan pembacaan Nidhikanda Sutta. Sutta tentang berkah yang kerap kali dibacakan saat perayaan Kathina. Lalu acara dilanjutkan dengan Dhammadesana dari Anggota Sangha. Dari 9 anggota Sangha yang hadir pada kebaktian kali ini, Saya tidak tahu nama Bhikkhu yang berceramah pada kesempatan kali ini. Bhante membabarkan Dhamma mengenai hari Kathina yang tidak dimulai dari 10 atau 20 tahun belakangan ini. Hari Kathina ada sejak jaman Buddha Gaotama masih hidup. Inti dari hari Kathina adalah Bakti umat kepada Sangha dan memberi. Kita sebagai manusia patut memberi sebagai tabungan kamma baik yang paling mudah dilakukan. Bhante juga bercerita tentang seseorang yang sangat pelit semasa hidupnya. Walaupun kaya tapi ia tidak pernah berdana sedikitpun untuk para pertapa atau pun orang-orang sekelilingnya yang kesusahan. Orang tersebut sangat melekat pada rumah dan harta kekayaan yang dimilikinya. Suatu hari, disaat tabungan kamma baiknya telah habis, ia meninggal dunia secara mendadak. Ia terlahir kembali menjadi anjing di rumahnya sendiri. Suatu ketika, Guru Buddha bersama murid-muridnya berpindapatta melewati rumah dimana anjing tersebut tinggal. Melihat Guru Buddha sedang berpindapatta bersama murid-muridnya, anjing tersebut mengggong-gong. Lalu Guru Buddha berkata pada anjing tersebut dengan memanggil namanya ketika ia masih terlahir sebagai pemilik rumah tersebut. Mendengar apa yang diucapkan Guru Buddha, anak sipemilik rumah, Shuba, menjadi marah dan berniat untuk menegur Guru Buddha. “Guru kenapa anda memanggil nama anjing ini, dengan nama ayah saya?.. ” tanya Subha. Lalu Guru Buddha menjawab, “ Subha, dia memang ayahmu sebelum kelahirannya manjadi anjing. ” “ Tidak mungkin ayah saya terlahir menjadi anjing. Kami adalah keluarga bangsawan, setelah meninggal, keluarga kami akan terlahir di surga. ” Subha menyangkal pertanyaan Guru Buddha. Lalu Guru Buddha menjawab, “ Subha, apakah warisan yang diberikan oleh ayahmu sudah diwariskan semuanya kepadamu?”.. “ Kayanya belum semua Guru. ” Lalu Guru Buddha melanjutkan, “ untuk mendapatkan warisan tersebut, sesampai dirumah, kamu buatkan susu & bubur untuk anjing itu. Lalu setelah anjing itu makan, kamu berbisiklah padanya, “ Ayah, dimanakah harta yang belum kau berikan padaku? ” ”. Lalu Bhante menanyakan hal tersebut para umat, jika anda diminta bertanya hal seperti itu kepada seekor anjing, apakah anda akan melakukannya?..
Subha berpikir, apabila apa yang dikatakan Guru Buddha salah, ia akan berkeliling kampung untuk memberitahukan bahwa apa Guru Buddha adalah pembohong besar. Tapi apabila apa yang dikatakan Guru Buddha benar adanya, maka ia akan mendapatkan keuntungan, yakni harta warisan yang belum diberikan oleh ayahnya. Subha mengikuti apa yang Buddha sarankan kepadanya, ia memberi bubur & susu kepada anjing yang dulunya adalah ayahnya sendiri. Setelah kenyang, akhirnya Subha berbisik kepada anjing tersebut, “ Ayah, dimana kau simpan hartamu, yang belum kau berikan padaku?.. ” mendengar bisikan tersebut, anjing tersebut lalu berjalan ke sudut rumah dan mulai menggali tanah. Tidak berapa lama kemudian, terlihatlah kepingan emas yang disimpan oleh ayahnya yang masih hidup. Lalu anjing tersebut berjalan kembali ke sudut yang satunya, ditemukan lagi kepingan emas. Dan keseluruhan ada 3 titik, masing-masing 100 ribu keping emas. Apa yang dikatakan Guru Buddha memang terbukti. Kekikiran membuat orang menjadi lebih sulit untuk menjalani kehidupan. Hasil langsung dari berdana adalah, mendapatkan kebahagian untuk diri kita sendiri. Setelah berbuat bajik, kita menjadi lebih happy, lebih damai. Lalu dengan berdana, kita akan disenangi oleh banyak orang. Dan dengan berdana, kita akan terlahir di alam yang berbahagia. Salah satu contohnya adalah Dhamika. Dhamika adalah murid Buddha yang sangat gemar berdana. Ia sering kali mengajak teman-temannya untuk berdana. Suatu ketika, YA Bhante Mogalana berjalan-jalan ke surga. Beliau melihat banyak istana yang sangat indah, di istana tersebut, beliau melihat dewa dan dewi yang tinggal. Lalu Bhante bertanya kepada salah seorang dewi, “ Dewi, apa yang telah kamu perbuat, hingga kamu bisa terlahir di alam dewa ini dengan istana yang begitu besar? ” Lalu dewi tersebut menjawab “ Tidak banyak yang saya lakukan Bhante, semasa hidup, saya hanya tidak pernah marah terhadap suami saya.” Lalu Bhante bertanya kapada para umat yang hadir, apa ibu-ibu bisa tidak marah kepada suami anda masing-masing?.. Ibu-ibu tertawa mendengar pertanyaan tersebut. Lalu Bhante meneruskan ceritanya mengenai perjalanan YA Bhante Mogalana ke surga. Setelah berbicara dengan dewi tersebut, Bhante Mogalana melihat sebuah istana yang sangat besar, tapi masih kosong penghuninya. Lalu Bhante Mogalana bertanya kepada para dewa yang istananya tidak jauh dari istana tersebut, “ Istana siapakah yang kosong ini? ” Lalu sesosok dewa menjawab, “ Itu adalah istana milik Dhamika, pemiliknya masih hidup, jadi istananya di alam dewa ini masih kosong. ” Mendengar pertanyaan tersebut, Bhante Mogalana segera kembali ke Dunia manusia lalu menceritakan apa yang ditemukannya dan bertanya kepada Guru Buddha, “ Bhante apakah betul, orang yang masih hidup bisa menimbun jasa kebajikan di alam surga? ” Lalu Guru Buddha menjawab, “ Betul, Orang yang belum meninggal pun bisa menimbun jasa kebajikannya di alam surga. ” Jadi kita sebagai umat awam harus terus berbuat baik untuk kehidupan yang lebih baik lagi. Setelah Dhammadesana selesai, acara dilanjutkan dengan Sangha Dana. Umat berbaris untuk berdana Sangha. Karena begitu banyak umat yang hadir pada kebaktian malam hari ini, barisan menjadi sangat panjang dan antrian pun memakan waktu hampir setengah jam. Setelah berdana, kebaktian ditutup dan umat dipersilahkan untuk makan malam.

Semoga bermanfaat.

Yessica F.S. : Di Balik Kepribadian Kita


Kebhaktian Remaja, 17 Oktober 2009
Protokol : Nadila Kho dan Anastasya Natalie
Penyalaan lilin altar : Yessica F. Sutiono
Pembacaan Dhammapada : Dewi dan Melisa
Dhammadesana : Yessica F.S.
(Tema Dibalik Kepribadian Kita)


Namo Buddhaya...,
Sdri. Yesi memulai dhammadesana dengan membagikan kertas dan pulpen. Ternyata ia meminta kami untuk mengisi sebuah kuosioner yang hasilnya nanti akan memberikan gambaran seperti apakah kepribadian kita. Memang ada sebagian remaja SAG yang sedah pernah mengisi kuosioner seperti ini akan tetapi itu tidak membuat kami tak bersemangat untuk mengikuti kegiatan ini Kami merasa Dhamma yang dilakukan berulang-ulang lebih baik dan pasti akan semakin membuat diri kita smakin mengerti.
Sdri. Yesi memberi waktu sekitar setengah jam kepada kami untuk menyelesaikan kuosioner. Akhirnya tepat jam 8 malam kami semua mengetahui kepribadian diri kami masing-masing. Ternyata kepribadian semua orang berbeda-beda
Secara garis besar umumnya kepribadian dibagi menjadi empat yaitu tipe sanguinis, melankolis, plegmatis dan koleris. Setiap tipe kepribadian ini pastilah memiliki kelebihan dan kekurangannya. Sebagai contoh koleris sangat pandai memimpin tapi dia tidak mempunyai perasaan yang toleran seperti melankolis.
Sdri. Yesi berkata semoga dengan mengetahui baik seperti apa kepribadian diri kita dapat membuat kita membangun diri yang lebih baik. Semoga kita dapat meningkatkan dan memanfaatkan segi kelebihan yang ada dalam pribadi diri kita. Dan semoga kita dapat mengeliminir kelemahan kepribadian diri kita.
Demikianlah ringkasan kebhaktian remaja, 17 Oktober 2009. Semoga bermanfaat. Sadhu...! Sadhu...! Sadhu...!

Senin, 12 Oktober 2009

Romo Pannajayo : Cara menjadi Agung dan Baik

Kebhaktian umum, 09 Oktober 2009
Protokol : Bpk. Hasan
Penyalaan lilin Altar : Romo Pannajayo
Dhammapada : Grace Chandra (Gatha 99)
Dhammadesana : Romo Pannajayo
(Tema : Cara agar kita menjadi agung dan baik)

Namo Buddhaya..,
Malam kebhaktian tanggal 9 Oktober lain dari biasanya, suasananya sepi dan hening. Pertama kali saya memasuki Dhammasala dapat terlihat bantalan duduk hanya memenuhi setengan dari ruangan Dhammasala. Umat yang hadir kurang lebih hanya sekitar 40 orang saja. Hal ini terjadi karena sebagian besar Umat SAG berangkat ke Blitar-Suramadu untuk mengikuti kegiatan "Kathina Tour". Walaupun sepi.., tetapi tetap terlihat semangat dari para umat untuk mengikuti kebhaktian.
Dhammadesana pada malam ini diisi oleh Romo Pannajayo. Romo mengupas tentang bagaimana caranya agar kita menjadi agung dan baik. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sebagai makhluk sosial pastilah selalu berhubungan dengan makhluk lain. Lalu bagaimanakah caranya agar kita dapat saling mengisi dengan makhluk lain dengan penuh keharmonisan???
Hubungan saling mengisi dan saling menolong dapat terjadi hanya jika ada unsur cinta kasih. Kita dapat dikasihi dan dicintai oleh orang lain hanya jika kita baik. Orang lain pasti baik dan mencintai diri kita apabila diri kita ini baik dalam ucapan, perbuatan dan pikiran.
Sekarang mari kita simak dan pelajari bagaimanakah caranya agar kita menjadi agung dan baik sehingga semua orang mencintai kita. Penampilan baik dapat dikategorikan menjadi tiga hal yaitu penampilan baik dalam jasmani, penampilan baik dalam perbuatan dan penampilan baik dalam batin.
Seseorang yang penampilan baik dalam jasmani yaitu orang yang dapat menjaga jasmani contohnya dengan berpakaian rapih dan sopan. Orang yang berpenampilan baik dalam jasmani bukan berarti ia harus berpakaian perlente dan memakai aksesoris mewah. Perlente bukanlah tanda bahwa ia adalah orang baik. Banyak orang berpakaian perlente dan mewah ternyata adalah seorang penipu.
Setelah mejaga penampilan jasmani terlihat baik, alangkah baiknya orang juga menjaga penampilan perbuatannya. Seseorang yang selalu berbuat baik, ramah tamah dan suka menolong pastilah sangat disukai semua orang. Banyak di kehidupan nyata, seorang wanita biasa-biasa saja dapat memperoleh pria tampan dan kaya. Setelah ditelusuri ternyata wanita ini merupakan wanita yang berpenampilan baik dalam sgala perbuatannya.
Selain kedua penampilan yang telah disebutkan diatas, ada satu penampilan lagi yang sangat penting untuk kita jaga. Apakah itu???. Yach.., itu adalah penampilan batin. Penampilan batin sangat perlu kita jaga dan kita tingkatkan untuk mejadi lebih baik lagi. Hal ini dikarenakan apabila batin tenang maka akan membuat perbuatan, perkataan pun mejadi tenang pula. Sebagai umat awam kita dapat meningkatkan batin kita dengan jalan selalu mempraktekkan pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Demikianlah uraian tentang beberapa cara agar kita berpenampilan baik. Smoga uraian ini dapat bermanfaar dan membuat diri kita menjadi lebih baik lagi.
Sadhu...! Sadhu...! Sadhu...!

Jumat, 02 Oktober 2009

Y. M. Bhante Adhiratano : Bekal yang kita tabung agar kita bahagia.

Kebhaktian Umum, 02 Oktober 2009
Penyalaan Lilin Altar : Bapak Aen
Protokol : Romo Pannajayo
Pembacaan Dhammapada : Ibu Empang (Gatha 320 dan 321)
Dhammadesana : Y. M. Bhante Adhiratano
penulis : Grace Chandra
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhasa.. (3X)
Namo Sang Yang Adhi Buddhaya, Namo Buddhaya.. !!!

Tiga tahun yang lalu saat Y. M. Bhante Adhiratano masih Samanera, Beliau pernah mengunjungi Vihara Surya Adhi Guna. Saat ini untuk kunjungan yang kedua kalinya Beliau memberikan Dhammadesana tentang bekal sejati yang harus kita tabung guna menghadapi kehidupan kita yang akan datang.
Pada awal Dhammadesananya Y. M. Bhante Adhiratano mengulas tentang bencana gempa di Sumatera Barat. Bhante mengatakan bencana ini menunjukkan ketidak kekalan (Anicca) hidup ini. Segala sesuatu yang terjadi sangatlah tidak pasti, yang pasti hanyalah kematian yang suatu saat akan menjemput kita. Dalam mengarungi kehidupan yang tidak kekal ini sangatlah dibutuhkan suatu “Bekal” yang dapat menjamin diri kita akan bahagia.
Lalu “Bekal” apakah yang harus kita tabung dan miliki agar kita bahagia???. Sebagian orang berpikir jika mereka mempunyai bekal kekayaan duniawi yang melimpah ruah maka ia akan bahagia. Persepsi ini timbul karena mereka merasa bahagia setiap memiliki sesuatu. Akhirnya mereka merasa harus memiliki…, memiliki dan memiliki terus agar hidupnya berbahagia.
Kebahagiaan yang sejati bukanlah yang seperti itu. Kebahagiaan sejati adalah kebahagiaan yang dapat diperoleh bukan hanya dengan memiliki tetapi juga dengan melepaskan sesuatu. Jika kita mempunyai sifat yang dapat merelakan barang kita untuk membantu orang lain (berdana) maka kita juga akan merasakan suatu kebahagiaan.
Dana merupakan salah satu bekal kebajikan yang akan menuntun kita ke kehidupan yang lebih baik lagi. Dana merupakan pintu gerbang kebajikan yang sangat mudah dilakukan oleh siapa pun juga. Berdanalah maka kebajikan-kebajikan yang lain akan datang menghampiri kita.

Selain berdana diri kita juga harus membekali diri dengan sila yang baik. Untuk umat awam terdapat lima sila yang harus dipatuhi dalam menjalani kehidupan sehari-hari.Kelima sila itu yaitu: tidak membunuh, tidak mencuri, tidak melakukan perbuatan asusila, tidak berbohong atau berbicara yang tidak benar dan tidak minum-minuman yang membuat lemahnya kesadaran.
Orang yang mempunyai sila yang baik maka hidupnya akan nyaman dan tentram. Sebagai contoh jika kita hidupnya suka mencuri dan membunuh ketika kita melihat polisi maka diri kita pastilah akan merasa gelisah. Kita merasa ketakutan karena berpikir kemungkinan polisi menangkap kita. Tetapi jika kita selalu menjaga sila (tidak pernah mencuri dan membunuh) maka walaupun disekitar kita ada satu truk polisi tiba-tiba datang ke daerah kita, kita tidak akan merasa gelisah dan ketakutan. Kita hanya berpikir mungkin polisi datang karena ada penjahat di sekitar kita.
Setelah melakukan dana dan sila, alangkah baiknya umat Buddha juga menjalankan meditasi dalam kehidupan sehari-hari. Meditasi merupakan langkah untuk mensucikan pikiran. Meditasi merupakan keunggulan ajaran agama Buddha dibandingkan agama dan kepercayaan lain. Semua agama sama mengajarkan untuk selalu berbuat baik akan tetapi yang mengajarkan untuk memurnikan pikiran hanyalah agama Buddha. Oleh sebab itu seorang umat Buddha yang tidak pernah melakukan latihan meditasi setiap hari belum dapat dikatakan sebagai umat Buddha 100 %.
Pada akhir Dhammadesananya, Bhante berharap Dhammadesana yang beliau berikan pada malam ini membuat kami semua bersemangat menjalankan meditasi. Semoga kami semua dapat semakin maju dalam dhamma.
Pada kebaktian kali ini pula, diakhiri dengan pemberian penghargaan pada umat Buddha di Rengasdengklok yang telah mendonorkan darahnya untuk PMI ( Palang Merah Indonesia ) dalam misi kemanusian. Antara lain, di Anugerahkan kepada Ibu Lisa ( 25 kali donor ) dan kepada Bapak Uu Dharmawan sebanyak ( 10 kali donor ).
Demikianlah ringkasan kebhaktian umum, 02 oktober 2009. Semoga bermanfaat.
Sadhu…! Sadhu…! Sadhu…!

Jumat, 25 September 2009

Bpk. Hemartha : Kasih orang tua sepanjang Jaman

Kebaktian Umum Jumat, 25 September 2009
Protokol : Wawah S.
Lilin Altar : Ibu Empang
Dhammapada : Ibu Lilayani ( Gatha 159 & 160 )
Dhammadesana : Bpk. Hemartha Viryajaya
Penulis : Tommy ( Facebook )

Hari jumat ini adalah hari pertama kebaktian umum setelah libur panjang libur lebaran 1430 H / 2009. Umat yang datang ke Vihara Surya Adhi Guna pun menjadi lebih sedikit dari biasanya. Banyak alas duduk yang terlihat kosong.

Pada kesempatan kali ini, Bpk Hemartha yang merupakan Ketua MBI Rengasdengklok bersedia untuk memberikan Dhammadesana pada kebaktian kali ini.

“ Pada kesempatan Dhammadesana kali ini saya akan memberikan Dhamma dengan menggunakan bahasa sehari-hari. Yang tidak melulu terpaku pada text book. Karena penyampaian Dhamma dengan bahasa sehari-hari pastilah akan lebih mudah dimengerti ketimbang teori-teori yang menggunakan kata-kata mutiara. ” Ucap Bpk. Hemartha pada awal Dhammadesananya.

Bpk. Hemartha mengutip kata-kata Dhammapada yang disampaikan oleh Ibu Lilayani yakni disampaikan sebelum Dhammadesananya dimulai,
“ Diri kita adalah pelindung diri kita sendiri, tapi diri kita sungguh sulit untuk dikendalikan. ” Dari kata-kata yang dikutip oleh Dhammapada tersebut memang seperti itulah yang terjadi pada kenyataan hidup. Banyak orang sepertinya lebih mudah untuk mengendalikan orang lain, tapi sungguh sangat sulit untuk mengendalikan dirinya sendiri.

Dalam hal pengendalian diri, sebagai anak dan orang tua saja mungkin akan sangat sering terjadi bentrokan pendapat, pola pikir dan tindakan. Tapi yang namanya orang tua, kasih sayangnya tidak terbatas pada anak-anaknya. Apapun yang diperbuat oleh anak-anaknya, pastilah orang tua tetap menyayangi anak-anaknya. Seperti kata pepatah: “ Kasih orang tua sepanjang jaman, kasih saudara sepanjang galah ”. Dari ungkapan tersebut, sungguh besar kasih orang tua kepada anak-anaknya. Dan sebaliknya, anak-anak sudah seharusnya berbakti pada orang tuanya. Banyak orang mencari tempat pemujaan, tempat berlindung ke tempat-tempat yang jauh. Tapi sesungguhnya MUTIARA , ladang untuk berbuat baik, berada sangat dekat dengan kita. Yakni orang tua kita sendiri. Berbakti pada orang tua ketika orang tua kita masih hidup, adalah berkah utama.
Perbuatan baik atau pun perbuatan buruk yang kita lakukan pastilah akan berbuah sesuai dengan yang kita perbuat. Apabila kita selalu berbakti pada orang tua, sudah pasti kita akan berkumpul dengan orang-orang yang berbakti juga. Mendapatkan anak yang berbakti. Semoga perbuatan baik inilah yang terus dilakukan untuk kehidupan yang lebih baik.
Demikian Uraian Dhammadesana yang disampaikan oleh Bpk. Hemartha.
Lalu Bpk. Hemartha melanjutkan dengan pemberitahuan mengenai TOUR Khatina yang diadakan oleh Vihara Surya Adhi Guna untuk umat Vihara. Rencana para umat akan TOUR untuk mengikuti Khatina Puja di Panti Semedi Balerejo di Dekat Blitar. Acara ini diadakan oleh YM Bhante Uttamo Mahathera. Para umat sangat antusias untuk mengikuti Tour ini. Terlihat dari 40 bangku yang disediakan panitia sudah habis dari beberapa minggu yang lalu. Sehingga panitia terpaksa menyediakan 23 bangku tambahan menggunakan Bis kecil untuk umat tambahan. 23 bangku tersebut pun sudah habis terhitung hari ini. Jumat, 25 September 2009. Jadwalnya para rombongan Tour akan berangkat pada pukul 06.00 Pagi pada hari Jumat 9 Oktober 2009 langsung menuju Blitar Jawa Timur. Rencana Tour akan berlanjut ke Vihara Tuban, Gunung Kawi, dan ke Jembaran SURAMADU yang menghubungkan pulau Jawa dan Madura.

Sekian Ringkasan Kebaktian ini.
Semoga Bermanfaat.

Tommy : Belajar bersikap positif dengan penilaian orang lain

Kebaktian Remaja, Sabtu 26 September 2009
Protokol : Meylianawati Dewi
Dhammapada : Nanda Devi Nur
Penulis : Tommy

Kebaktian kali ini saya mendapatkan giliran untuk mengisi ceramah atau sharing Dhamma. Berbicara di depan umum tidak sulit, tapi berceramah di depan umum bagi saya bukanlah hal yang mudah. Dengan pengetahuan & pengalaman yang saya miliki sekarang, saya merasa belum siap untuk berbagi untuk teman-teman seDhamma. Maka dari itu, saya mengajak para umat remaja yang hadir pada kebaktian kali ini untuk berinteraksi dengan teman-teman yang lain.
Pada awal bulan yang lalu Grace Chandra mengajak para umat untuk menilai karakteristik diri sendiri. Untuk melengkapi apa yang sudah dilakukan pada awal bulan September lalu, pada akhir bulan ini saya mengajak setiap umat untuk bersedia dinilai karakteristiknya oleh orang lain. Para umat saya minta untuk duduk melingkar. Ada 24 orang yang hadir pada kebaktian malam hari ini. Salah satu dari mereka, secara bergantian duduk di tengah – tengah lingkaran untuk diberi penilaian tentang sifat-sifat positif & negative oleh teman-teman lainnya pada selembar kertas. Sehingga setiap anak akan membawa pulang 23 lembar kertas yang berisi penilai sifatnya dari teman-teman yang hadir ke vihara. Tapi tentu, teman-temannya tidak menuliskan namanya dikertas tersebut.
Beberapa orang telihat antusias untuk memberi penilaian pada teman-temannya. Mungkin orang yang antusias ini mempunya unek-unek yang ingin disampaikan pada temannya tersebut.
Maksud saya mengajak para umat untuk melakukan kegiatan ini adalah agar para remaja bisa belajar mendengarkan apa yang orang lain sarankan. Mungkin penilaian orang lain terhadap sifat jelek kita mungkin begitu menyakitkan, tapi apabila memang sesuai dengan kenyataan, dan memang perlu kita ubah, kita harus berterimakasih pada orang tersebut.
Mungkin juga ada orang lain yang menilai kita BAIK, bahkan lebih baik dari kenyataan. Penilaian itu pun harus disikapi secara positif. Apabila kita memang belum seperti itu, kita harus mewujudkan penilaian tersebut apabila membawa manfaat yang baik bagi kehidupan kita.
Tapi mungkin juga orang menilai kita yang NEGATIF. Apabila kita memang tidak seperti itu, kita tidak perlu pusing, tidak perlu kesal dan terus memikirkan apa kata orang tersebut.
Satu cerita penutup yang saya sampaikan pada para umat mengenai cerita Seorang ayah dan anak yang berjalan-jalan keliling kota dengan membawa seekor kuda. Diawal perjalanan, sang anak yang masih muda mempersilahkan ayahnya untuk menaiki kuda, sedangkan sang anak berjalan menuntun kuda yang dinaiki ayahnya. Beberapa meter meraka berjalan, mereka bertemu dengan teman dari sang anak. Lalu teman sang anak itu berkata, “ Wah.. Tega amat seh ayah mu! Masa anaknya disuruh jalan, sedangkan ayahnya enak-enakan naik kuda. ”. Mendengar apa yang diucapkan oleh teman sang anak, sang ayah segera meminta anaknya yang menaiki kuda dan ia yang sekarang menuntun kuda. Lalu mereka melanjutkan kembali perjalanan keliling kota. Dipersimpangan jalan, mereka bertemu dengan teman sang ayah. Lalu teman dari sang ayah tersebut berkata, “ Wah kebangetan..! masa anaknya masih muda, tega membiarkan ayahnya yang sudah tua berjalan.” Mendengar hal itu, sang anak berpikir kalau begitu lebih baik mereka berdua saja yang menaiki kuda tersebut. Sang ayah tidak lelah, begitu pun sang anak. Akhirnya mereka setuju untuk sama-sama menaiki kuda tersebut. Tidak berapa jauh setelah mereka melanjutkan perjalanan, orang-orang di sekitarnya berkata : “ Kasian banget itu kuda, ditaiki oleh 2 orang . Tega benerrrr..!! ”. Lagi-lagi mendengar hal ini sang ayah berkata “ Kalau begitu kita tuntun saja kuda ini. Kita berdua jalan kaki saja sambil berkeliling kota. ” Karena mendengar kritikan dari orang lain, sang anak pun menyetujui apa kata ayahnya. Dan mereka berdua pun berjalan kaki keliling kota menuntun kuda tersebut. Sesampai dirumah, mereka sangat kelelahan karena berjalan keliling kota. Lalu ibu dari sang anak berkata, “ Kalian berdua sungguh bodoh..!! bawa kuda, tapi kok malah dituntun! Bukannya ditaiki. ”

Dari cerita ini, kita memang harus bisa mendengarkan saran dari orang lain. Tapi harus dibarengi dengan kebijaksanaan. Banyak orang, banyak saran, dan yang pasti banyak pemikiran. Kita yang melakukan, kita harus bijaksana. Semoga Bermanfaat.

Tambahan :

Ada pengumuman
Sdri. Nanda Devi Nur: Minggu depan hari sabtu tanggal 3 Oktober 2009 para umat remaja yang berminat untuk berdana kathina diminta untuk membawa makanan ringan dan perlengkapan Bhikkhu seperti : ( Sabun, Odol, handuk, Shampoo dll ) untuk dibuatkan parsel gabungan untuk dipersembahkan pada dana kathina tanggal 16 Oktober 2009.
Sdri. Grace Chandra :
-Hari selasa, 29 September 2009 ada rapat Buletin edisi kathina pukul 19.00
-Hari Rabu, 30 September 2009 ada belajar adobe photoshop pukul 19.00

Kamis, 24 September 2009

Bpk. Hemartha : Perjuangan dan Proses

Protokol : Romo pannajayo
Lilin ALtar : Bp.hasan
Dhammapada : Ibu Vina
Dhammadesana : Bp.Hemartha
Penulis : Yessica F.S. & Nanda Devi Nur

Pada hari jumat ini malam yang berbahagia untuk kita semua.
seperti yang kita tahu pada setiap hari jumat minggu ketiga kita kedatangan bhikku sanggha dari vihara Dhammacakkha jaya jakarta, tetapi pada malam hari ini bhante berhalangan hadir karena dikhawatirkan macet karena arus mudik. Walau pun demikian umat Vihara Surya Adhi Guna tetap bersemangat untuk datang datang ke vihara, walau pun memang tidak sebanyak seperti minggu-minggu sebelumnya, ini mungkin karena banyaknya kesibukan karena beberapa hari lagi akan lebaran. Dalam kesempatan ini, Bapak Hemartha yang diberikan kesempatan untuk mengisi dhammadesana. Beliau menjelaskan mengenai perjuangan dan proses dalam hidup ini. Di dalam agama buddha terutama di Vihara Surya Adhi Guna pasti ada yang namanya organisasi seperti ketua dan sejajarnya. Baik dalam kebaktian sekolah minggu (GABI), Remaja, maupun kebaktian ini tidak lepas dari sebuah kepengurusan, mulai dari ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, dan lain-lain yang berkecimpung ini seyogyanya kita ikut berperan aktif dalam sebuah kepengurusan. Jika kita terlibat dalam suatu organisasi kita mau tidak mau akan berusaha untuk terus melakukan kebaikan-kebaikan dan pelayanan untuk banyak orang. Dalam pengertian kepengurusan tidak penting tertulis jabatan-jabatannya tapi yang penting adalah bagaimana kita dapat selalu mengembangkan Buddha dhamma dengan baik dan melakukan sesuatu yang sangat bermanfaat untuk diri kita dan semua orang.
Kita tidak akan tahu berapa lama kita hidup di dunia ini, sadarilah hidup ini tidak kekal. Kadang kita di atas, suatu saat bisa saja berada di bawah. Oleh karna itu banyak-banyak lah untuk melakukan sesuatu hal yang terbaik! baik bagi diri sendiri dan juga orang banyak. "Saya pernah melihat dhammadesana dari samanera Abhasaro yang tidak lain kita kenal adalah saudara Mirad. Di dalam dhammadesanya itu diputarkan sebuah video. Didalam video itu digambarkan seorang ibu yang sedang melahirkan, lalu bayinya yang masih merah tersebut pun meluncur di udara berproses menjadi remaja, berproses lagi menjadi dewasa, lalu tua dan kemudian masuk ke dalam liang kubur. Begitu cepatnya kehdupan kita ini. Namun ketika kita renungkan sepuluh atau dua puluh tahun yang lalu, sepertinya baru saja kemarin. Mengingatkan kita kalau kehidupan itu hanya sekejap mata.
lalu Bpk. Hemartha bercerita kalau dulu beliau sering melakukan latihan meditasi. "Yang saya alami pada saat saya masih sering melakukan meditasi, ketika tidur pun nyenyak tidak ada gangguan apapun. Kita pun sering kali mengalami kesusahan pada saat meditasi. Dalam tahap belajar kita bisa melakukan tahap yang lebih mudah dahulu seperti menyadari keluar masuknya udara".Yang jelas, untuk melakukan perbuatan baik banyak sekali hambatannya dan halanganya, secara jujur untuk bisa datang ke vihara pun kita masih merasa sukar apalagi ketika kita dalam keadaan tidak sehat pasti kita akan menjadi malas untuk berangkat ke vihara. Tetapi biasanya untuk berbuat sesuatu yang tidak baik terasa begitu mudah dan gampang unuk dilakukan.
Berbahagialah ibu-bapak serta saudara-saudari yang masih sempat datang ke vihara. Kehidupan kita sendiri ini tergantung pada karma sekarang dan karma yang masa lampau, dan kehidupan kita nanti juga ditentukan oleh perbuatan kita yang sekarang. Alam kehidupan berumah tangga kita tidak terbebas dari sila-sila yang harus kita jalan kan untuk melatih diri agar menjadi lebih baik oleh karna itu jalankan sila dengan sebaik-baiknya.

Semoga semua makhluk hidup berbahagia...
Sadhu 3x

Romo Pannajayo : Lemah Lembut









Protokol: Antoni kho ( Facebook )
Penyala Lilin Altar:
Fellita Anjani (Facebook)
Pembaca Dhammapada: Mellisa Rosia (Facebook) dan Meylianawati Dewi ( Facebook )
Pengumuman1 : Grace Chandra ( Facebook )
-design jaket.
-Prosesi puja untuk Kahtina
Pengumuman2 : Sidhi Agustiana Taniman ( Facebook )
-untuk yang sekolah di Yos Sudarso Karawang dan sekolah swasta lainnya, jika ingin surat aktivitas harus rajin datang ke Vihara. Karena nanti akan di absen.
Dhammadesana : Romo Pannajayo
Penulis : Nadila (Facebook)


Pada malam yang berbahagia ini, adik-adik dapat hadir ke Vihara walaupun ini hari libur panjang dimana kebanyakan orang sudah pergi berlibur bersama keluarga. (pembuka).

Romo memulai ceramah Dhammanya dengan tema lemah lembut. Kita sebagai manusia yang terlahir sebagai makhluk yang harus bersosialisasi. Kita tidak bisa hidup tanpa mengandalkan orang lain. Kita membutuhkan semua orang. Maka dari itu, sikap kita terhadap orang lain harus lemah lembut. Jangan sampai kita berbicara kasar kalau kita membutuhkan orang lain.
Beberapa tahun yang lalu ada seorang teman saya yang mengatakan bahwa “saya tidak membutuhkan orang tua saya lagi!”. Pada saat itu, ia sedang bertengkar dengan orang tuanya. Akhirnya beliau pergi dari rumah. Setelah saya hubungi, ternyata ia ada di Jakarta. Di Jakarta ia bekerja dengan susah payah. Orang tua di rumah menanti anaknya untuk segera pulang. Saat itu saya bujuk ia untuk pulang. Akhirnya ia pulang bersama saya. Setelah sampai di rumah, ia meminta maaf pada orang tuanya. Dengan gembira Orang tuanya pun memaafkan anaknya. Setelah itu, ia dinikahkan orang tuanya.
Kehidupannya menjadi membaik setelah bantuan dari orang tuanya. Sampai akhirnya ia bisa mandiri sendiri. Lalu saat ia bisa membiayai keluarganya sendiri, saya bertanya “kamu masih membutuhkan orang tua kamu tidak?”
Beliau menjawab “ ya, saya masih membutuhkan orang tua saya”.

Dari cerita tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa kita masih membutuhkn orang lain apalagi orang tua kita. Walaupun kita sudah mandiri, kita tetap membutuhkan orang tua kita untuk menyokong mereka. Seperti yang tertulis pada Manggala Sutta, Berbakti pada ayah dan ibu adalah berkah utama. Kalau kita tidak membutuhkan orang lain, siapa yang mau menolong kita saat kita membutuhkan pertolongan? Maka dari itu, kita harus memperlakukan mereka dengan Lemah Lembut. Karena Lemah Lembut adalah salah satu modal untuk mencapai kebahagiaan tertinggi.

Semoga semua makluk hidup berbahagia.
Sadhu… sadhu… sadhu…

Pembacaan paritta malam kembang

Kebhaktian Remaja, 12 September 2009
Protokol : Mellisa Rosia
Pembacaan Dhammapada : Irwin Viryajaya dan Sidhi Agustiana Taniman
Penyalaan Lilin Altar : Indrawan Setiono
Penulis : Grace Chandra

Namo Buddhaya..,

Malam ini kebhaktian remaja tidak diisi seperti biasanya karena malam ini kebhaktian tidak diisi Dhammadesana. Kami hanya melakukan pembacaan paritta seperti biasa, lalu bermeditasi dan dilanjutkan dengan berbagai pengumuman singkat.. Hal ini dilakukan karena pada pukul 8 malam akan diadakan pembacaan paritta persembahyangan malam kembang almarhumah Ibu Yo Cin Nio yang merupakan salah satu umat Vihara Surya Adhi Guna dan merupakan nenek tercinta dari saudari Yessica F. S.
Tepat pukul jam 7.45 malam, kami berangkat ke rumah duka besama-sama dengan berjalan kaki karena letak rumah duka tidak jauh dari vihara kami. Pembacaan paritta pun dilakukan tepat pukul 8 malam dengan dipimpin oleh Romo Pannajayo. Saat akan dimulai pembacan paritta, saya melihat sungguh banyak umat yang hadir untuk membacakan paritta untuk almarhumah. Almarhumah merupakan sosok yang baik dan tekun dalam menjalankan dhamma, tak heran sungguh banyak kerabat dan kenalan yang merasa kehilangan Beliau.
Pada saat prosesi persembahyang berlangsung, saya sempat merenung bahwa kehidupan ini sungguh tak pasti akan tetapi kematian sungguh pasti. Oleh karena itu kita harus menyiapkan diri sebaik mungkin untuk menghadapi kematian yang menanti kita. Tak ada bekal yang lebih baik selain “KARMA BAIK” dalam menghadapi kematian. Dengan setumpuk karma baik yang kita miliki maka kita dapat menjalani kehidupan selanjutnya dengan lebih baik. Karma baik yang telah kita lakukan bukan saja dapat dilihat hasilnya pada kehidupan yang akan datang tetapi pada kehidupan saat ini juga.
Saya teringat pada masa hidupnya almarhumah Ibu Yo Cin Nio merupakan sosok yang mengamalkan Dhamma dalam kehidupan sehari-hari dengan begitu disiplinnya. Di saat sakit saja, Beliau tetap bersemangat datang ke Vihara untuk mendengarkan Dhamma. Oleh sebab itu disaat meninggal, beliau meninggal dengan tenang di hari yang sungguh baik yaitu pada tanggal 09 bulan 09 tahun 2009 jam 9 lewat. Kejadian ini tak dipungkiri terjadi disebabkan oleh karma baik yang beliau lakukan dalam masa hidupnya. Karma baik tak mungkin dapat hilang dan dicuri oleh siapa pun. Karma baik akan melindungi dan menyertai diri kita sendiri saat kematian menjemput.
Semoga dengan ulasan sekilas mengenai persembahyangan ini, kita dapat merenung tentang kematian. Renungilah bahwa hidup sungguh singkat dan kematian tak disangka sudah berada di depan kita. Semoga dengan perenungan ini membuat kita selalu tersadar dalam menjalani kehidupan ini. Semoga kita semakin terpacu untuk menjalankan Dhamma dalam kehidupan sehari. Semoga kita selalu memupuk dan memupuk karma baik sebanyak-banyaknya.
Saddhu…! Sadhu…! Sadhu…!

Bapak Rajen : Dhamma Indah Pada awalnya, Indah Pada Tengahnya dan Indah Pada Akhirnya

Kebhaktian umum, 11 September 2009
Protokol : Grace Chandra
Penyalaan Lilin Altar : Romo Pannajayo
Pembacaan Dhammapada : Ibu Cuilan (Gatha 354 dan 355)
Dhammadesana : Romo Rajen
Penulis : Grace Chandra

Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhasa … (3X)
Namo Sang Yang Adhi Buddhaya, Namo Buddhaya…!!!

Malam ini Romo Rajen memberikan ulasan mengenai Dhamma. Dhamma merupakan kebenaran sejati atau ajaran kebenaran. Menurut Anguttara Nikaya I halaman 22 dikatakan bahwa “Dhamma itu indah pada awalnya, indah pada tengahnya dan indah pada akhirnya.
Dhamma dikatakan indah pada awalnya karena Dhamma dapat membimbing dan membentengi diri kita. Dhamma dapat memberikan tuntunan kepada kita agar diri kita keluar dari Dosa, Loba dan Moha. Dhamma berisi peraturan-peraturan yang telah dibuat oleh Guru Buddha sejak 2500 tahun yang lalu. Hidup ini memang perlu peraturan dengan adanya peraturan hidup akan lebih teratur, tenang, tentram dan damai. Untuk umat awam terdiri atas 5 sila, sedangkan para Bhikkhu terdiri atas 227 sila. Dengan menjalankan Dhamma, kita akan merasakan hidup yang bahagia, damai dan penuh dengan keseimbangan.
Dhamma itu indah pada tengahnya karena Dhamma dapat menuntun kita pada ketenangan batin dan memperoleh pandangan terang. Ketenangan batin dan pandangan terang ini dapat kita peroleh dengan jalan mempraktekkan meditasi. Semua ini dapat kita peroleh dengan kekuatan diri kita sendiri dan semuanya ada didalam diri kita sendiri.
Romo Rajen lalu bertanya kepada semua umat yang hadir mengenai apa saja manfaat yang diperoleh dari latihan meditasi. Setelah dirangkum, ternyata meditasi memberikan manfaat antara lain bertambahnya kesabaran, bertambahnya konsentrasi, mengikis dosa, loba dan moha, dan menjadi tenang. Dari banyaknya jawaban yang ada Romo Rajen menambahkan manfaat meditasi yang telah ia rasakan dari berbagai latihan meditasi yang telah dijalaninya. Romo Rajen merasakan dengan meditasi ia dapat melihat seperti apakah dirinya saat ini. Beliau tersadar bahwa dirinya telah banyak melanggar sila. Akhirnya ia tersadar sehingga beliau berjanji dalam diri akan bertobat serta ingin menjadi pengabdi Dhamma. Meditasi yang teratur juga dapat mengontrol gula darah beliau sehingga berada dalam batas rendah.
Setelah mengupas tentang begitu banyaknya manfaat dari bermeditasi lalu Romo Rajen memberikan tips meditasi sebagai berikut:
- Pilihlah tempat duduk yang paling sesuai atau nyaman (teratai penuh, setengah teratai atau kedua kaki dalam posisi sejajar)
- Tegakkan badan , simpan telapak tangan dipangkuan dengan rilieks dan mata kemudian dipejamkan.


Ada dua jenis meditasi yang kita kenal yaitu :
1. Meditasi ketenangan batin, Samantha Bhavana Contohnya: Meditasi memperhatikan napas (Anapannasati Bhavana)
2. Meditasi pandangan terang, Vipasanna Bhavana

Oleh sebab itu Dhamma dikatakan indah pada tengahnya karena dapat memberikan ketenangan dan pandangan terang apabila kita mau mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dan yang terakhir Dhamma dikatakan indah pada akhirnya karena dengan Dhamma dapat menghasilkan manusia-manusia bijaksana. Kebijaksanaan dapat kita peroleh dengan sendirinya jika kita selalu mempraktekkan sila dan Samadhi dalam kehidupan kita sehari-hari.
Dengan melihat ulasan ini semoga saja kita semakin terpacu untuk menjalankan dhamma di dalam kehidupan kita masing-masing. Dhamma itu memang sungguh indah pada awal, tengah dan akhirnya.
Demikianlah ringkasan kebhaktian umum, 11 September 2009. Semoga bermanfaat.
Sadhu…! Sadhu…! Sadhu…!

Senin, 07 September 2009

Pelantikan Pengurus PMV 2009-2010

lihat foto pelantikan lainnya : disini!
Kebaktian Remaja, 5 September 2009
Protokol : Ratnasari
Acara : Pelantikan Ketua & Pengurus PMV 2009-2010
Penulis : Tommy ( Facebook )

Tidak terasa sudah setahun yang lalu masa kepengurusan saudari Yessica F.S. ( Facebook ) dan kawan-kawan berlalu. Banyak kejadian-kejadian penting yang muncul pada masa kepengurusan periode ini. Mungkin, beberapa tahun mendatang, orang akan terus mengingat masa periode ini. Kenapa? Karena banyak hal-hal baru yang muncul pada tahun ini.

Kebangkitan semangat Persaudaraan Muda-mudi Vihara Surya Adhi Guna, memang tidak dimulai pada tahun kepengurusan 2009-2010, tapi hasil dari kebangkitan semangat ini, begitu terasa pada tahun kepengurusan ini. Muncul kembalinya Dharmashanti Waisak merupakan salah satu kejadian yang menandakan kemajuan PMV SAG.

Beberapa tahun silam, saya bersekolah di sebuah sekolah swasta yang cukup terkenal di kota tempat saya tinggal. Sekolah tersebut mengharuskan para siswanya untuk belajar pendidikan agama Katolik. Sehingga, mau tidak mau, saya mengikuti berbagai macam kegiatan yang diadakan. Dari kesenian, lomba-lomba untuk meningkatkan keakraban hingga yang tak kalah pentingnya adalah ret-ret yang membuat kualitas spiritual para siswa menjadi lebih baik. Rasa persaudaraan antara para komunitas gereja pun terlihat begitu kompak, hangat dan akrab. Dari hal-hal tersebut, saya berpikir, “ Kalo di Vihara ada kegiatan-kegiatan kaya gini, wah mantap.. saya bakal rajin ke Vihara.” Saat itu saya belum rajin datang ke Vihara, dan memang kegiatan di Vihara saat itu pun tidak seperti yang diadakan gereja di sekolah saya.

Dari pengalaman di sekolah, akhirnya saya mencoba datang ke Vihara. Pada waktu itu mungkin sekitar tahun 2003-2004. Tapi sayang, apa yang saya temukan saat itu, jauh berbeda dengan kondisi komunitas gereja yang saya inginkan. Umat yang hadir hanya beberapa orang, sekalipun banyak yang datang, mereka lebih memilih untuk tidak masuk ke dalam Dhammasala. Kebaktian rutin, sering sekali tidak ada acara. Jadi hanya membaca paritta, lalu pulang. Banyak hal yang membuat saya merasa Vihara ( Vihara Surya Adhi Guna 2003-2004 ) bukan lah tempat yang cocok untuk saya mencari komunitas untuk berbagi. Sempat terpikir untuk pindah ke gereja.

Dari penjelasan saya diatas, kondisi tersebut sangat berbeda jauh dengan kondisi Vihara pada tahun 2008-2009. Pada tahun emas ini, saya rasa saya telah menemukan komunitas yang memang saya cari sejak masa sekolah dulu. Komunitas yang dapat berbagi pengalaman hidup, komunitas yang dapat bertukar ilmu, saling membantu, memiliki rasa kekeluargaan dan saling membangun.

Tentu kemajuan perkembangan PMV Vihara Surya Adhi Guna tidak lepas dari peran penting para pengurus PMV yang diketuai oleh saudari Yessica F.S. dan sosok di balik layar, yakni Saudari Grace Chandra ( Facebook ). Peran pentingnya, membuat Dharmashanti waisak yang sudah sangat lama vakum di Vihara Surya Adhi Guna, kembali muncul pada masa kepengurusan ini. Ditambah lagi, pada tahun ini diterbitkannya “Buletin Setetes Embun”, sesuai dengan namanya, menyegarkan dalam hal membagi Dhamma kepada para Umat Buddha di Rengasdengklok dalam bentuk buku kecil ( Majalah/buletin ) berisi Dhamma dan dibagikan secara gratis. Belum lagi dorongan & motivasi Sdri. Grace Chandra untuk para pengurus 2008-2009 ini banyak membuahkan hasil. Sejumlah piala dan penghargaan untuk PMV SAG menjadi bukti penguat, bahwa perkembangan PMV ini memang betul-betul sangat meningkat jika dibandingkan dengan masa sebelumnya.

Hari ini 5 september 2009, adalah akhir dari masa kepengurusan Sdri. Yessica F.S. dan jajarannya. Tapi bukan berarti akhir dari masa emas kemajuan Persaudaraan Muda-Mudi Vihara Surya Adhi Guna. Sudah banyak rencana kegiatan ke depan yang akan dilanjutkan oleh kepengurusan selanjutnya. Dan saya yakin, dengan konsistensi dan komitmen untuk terus berkarya demi kemajuan Buddha Dhamma, akan membuat komunitas PMV terus maju.

Hari ini, kami kedatang tamu yang sangat spesial, tamu yang sudah tidak asing lagi, yakni Sdri Ivana Miharja Kusuma S.E. Ak. (Facebook)
, yang merupakan ketua dari SEKBER PMVBI Jawa Barat periode 2009-2012. Iva panggilan akrabnya, sudah 2 kali datang ke Vihara SAG. Kali ini kedatangannya khusus untuk melantik ketua terpilih Sidhi Agustiana Taniman ( Facebook ), beserta jajaran pengurus PMV SAG periode 2009-2010. Jauh-jauh dari bandung, Iva bersama 4 orang ( Yenni, Metta, Friski dan seorang lain yang saya lupa namanya. ) teman yang juga merupakan pengurus SEKBER PMVBI Jabar terus semangat datang ke Vihara kami di Rengasdengklok.

Pelantikan dimulai dengan laporan pertanggungjawaban saudari Yessica F.S. selaku ketua PMV periode 2008-2009. Dan penyerahan laporan tersebut pada Sdri. Ivana. Setelah itu, para pengurus diminta untuk tampilkan ke depan dan mengucapkan janji pengurus yang dipandu langsung oleh saudari Iva. Lalu Sidhi, menandatangani surat kepengurusan PMV masa bakti 2009-2010. Tidak lupa, Bpk Hemartha Viryajaya dan Bpk. Uu Dharmawan diminta untuk tampil ke depan untuk menandatangani surat kepengurusan sebagai saksi.

Setelah Penandatanganan selesai, tiba saatnya saudara Sidhi, ketua terpilih periode 2009-2010 diminta untuk tampil ke muka, untuk memberikan kata sambutan.
Dengan agak sedikit grogi, saudara Sidhi meminta teman-teman yang lain untuk terus bekerja sama. Sidhi bercerita tentang sekumpulan singa yang berbadan kecil, akan dapat menumbangkan seekor gajah yang berbadan besar. Sama halnya dengan bekerja sama antar pengurus. “Visi & misi yang saya sebutkan, tidaklah ada artinya tanpa ada kerja sama yang solid” begitu pesan Sidhi pada kata sambutannya.

Setelah itu, Sdri. Ivana memberikan kata sambutan. Di dalam sambutannya, Iva memberikan selamat pada ketua Terpilih dan para pengurus yang baru. Dan mengucapkan banyak terima kasih pada ketua sebelumnya, Sdri Yessica F.S. dan jajarannya.

Dilanjutkan dengan kata sambutan dari Bpk. Hemartha Viryajaya selaku Ketua MBI Rengasdengklok. Beliau menyampaikan ucapan selamat kepada ketua terpilih dan menasehati para pengurus baru untuk siap mendapat celaan. Karena celaan tersebut dapat membuat semangat para pengurus menjadi menurun, tapi apabila disikapi dengan positif, justru celaan akan menjadi suatu pembelajaran yang sangat baik.

Setelah kata sambutan dari Ketua MBI, kata sambutan dilanjutakan oleh Ketua Vihara Surya Adhi Guna, Bpk. Uu Dharmawan dan Romo Pannajayo.

Setelah acara pelantikan selesai, acara dilanjutkan dengan foto bersama dan makan bersama. Semoga bermanfaat.
lihat foto pelantikan lainnya : disini!

Y. M. Bhante Athadiro : Hiduplah saat ini

Kebhaktian Umum, 04 September 2009
Protokol : Sdri. Silvia Indra Jaya
Penyalaan Lilin Altar : Romo Pannajayo
Pembacaan Dhammapada : Ibu Vinah
Dhammadesana : Y. M. Bhante Athadiro
Penulis : Grace Chandra ( Facebook )

Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhasa…. (3X)
Namo Buddhaya...!

Pada awal Dhammadesananya, Y. M. Bhante Athadiro mengatakan kepada kami semua yang hadir disini untuk selalu bersyukur dan berterima kasih karena pada hari ini kami masih hidup di dunia ini. Y. M. Bhante berkata, “Pada saat terbangun tidur dipagi hari kita harus mengucapkan syukur dan terima kasih karena kita dapat terbangun dari tidur dan masih dapat hidup untuk kembali menjalankan aktifitas sesuai dengan rencana kita. Ada diantara kita yang tidur di malam hari dan di pagi hari dia tidak terbangun lagi. Ia tertidur untuk selama-lamanya.” Ketika bangun dari tidur sebaiknya kita ucapkan rasa terima kasih kepada semua makhluk dengan mengatakan “Semoga semua makhluk hidup berbahagia.” Hal ini dikarenakan kita dapat hidup berkat jasa-jasa semua makhluk hidup yang ada di dunia ini.

Saat sebelum tidur, sering kali kita berpikir tentang apa saja yang akan kita lakukan keesokan hari. Kita menata rencana-rencana brilian agar kita dapat memperoleh kebahagiaan. Akan tetapi terkadang ada diantara kita yang tidak dapat terbangun lagi di pagi hari sehingga ia tidak dapat menjalankan rencananya untuk melakukan rencananya dalam menggapai kebahagiaan.
Jika kita selalu berpikiran untuk selalu mencari dan mencari kebahagian maka kita akan selalu merasa kecewa karena selalu terlambat dalam menggapai kebahagiaan. Contoh tipe orang yang suka mencari kebahagiaan adalah seperti ini. Ketika kecil dia berpikir jika dia lulus sekolah ia akan bahagia dan ternyata ketika sudah lulus dia merasa tak bahagia, ia merasa belum puas dengan keadaan yang ia miliki. Akhirnya ia berpikir kalo nanti ia sudah bekerja dan sukses maka ia akan bahagia. Akan tetapi kembali terulang lagi kejadian seperti yang sebelumnya yaitu ia tidak bahagia walaupun ia sudah bekerja dan sukses. Ia merasa kesuksesannya masih belum cukup, ia merasa tidak puas dan akhirnya kebahagiaan tidak tercapai juga.
Bila pencarian kebahagiaan seperti yang telah diungkapkan sebelumnya adalah salah, lalu jalan apa yang kita perlu kita lakukan dalam mencapai kebahagiaan??. Ternyata jawabannya cukup sederhana yaitu “KONDISIKAN PIKIRAN ANDA UNTUK SELALU BERBAHAGIA. HIDUPLAH SAAT INI.” Iya.., itulah yang harus kita lakukan agar dapat berbahagia. Kebahagiaan sebenarnya tidak usah dicari karena sebenarnya kebahagiaan selalu ada di dalam pikiran kita. Kondisikan pikiran anda dalam kondisi-kondisi yang membangun kebahagiaan maka anda akan selalu merasakan kebahagiaan.
Sebagai contoh ketika kita dicubit atau dimarahi oleh orang yang anda kasihi (misalnya pacar, suami/istri tercinta) maka kita tidak akan marah mungkin malah akan tersenyum bahagia. Bandingkan kondisinya jika yang mencubit kita adalah orang yang tidak anda kenal atau orang yang kita tidak suka maka reaksi kita tentunya akan marah dan membenci orang tersebut. Lalu mengapa aksi yang sama tapi menghasilkan hasil yang berbeda??. Hal ini disebabkan karena pada saat dicubit oleh orang yang kita kasihi, pikiran kita sudah kita penuhi oleh hal-hal yang menyenangkan. Sedangkan pada saat dicubit oleh orang yang tidak kita kasihi, kita sudah memenuhi pikiran kita dengan hal-hal yang tidak yang menyenangkan.
Oleh karena itu mulai dari sekarang selalu kondisikan pikiran kita semua dengan sesuatu hal yang baik-baik dan menyenangkan sehingga kita selalu merasakan kebahagiaan. Di saat kita kesal atau marah dengan seseorang /sesuatu maka sebaiknya kita ambil nafas kebahagiaan dan kegembiraan sejenak. Tarik nafas dengan rasa yang dipenuhi kebahagiaan dan kegembiraan. Dengan melakukan hal ini maka dapat dipastikan pikiran yang tadinya sudah diliputi oleh kekesalan dan kejengkelan seketika berubah menjadi tidak kesal dan tidak membenci lagi. Semua ini dapat terjadi karena sebenarnya pikiran itu tidak dapat mendua. Ketika pikiran berpikir tentang hal-hal yang menyenangkan maka pikiran tidak dapat memikirkan hal-hal yang tidak menyenangkan. Hakikatnya pikiran itu tidak dapat berpikir tentang kebahagiaan dan penderitaan secara bersamaan.
Latihlah pikiran kita untuk selalu menghasilkan kondisi-kondisi yang berbahagia. Janganlah kita hidup seperti “Saklar Lampu”. Saklar lampu hanya dapat menunggu menyala jika ada seseorang yang menekan saklar tersebut. Maksud dari peumpamaan ini adalah kita jangan berbahagia kalau kita telah mendapatkan sesuatu. Kalau bisa diri kita selalu bahagia walaupun disaat kita tidak mendapatkan apa-apa.
Demikianlah resep untuk menggapai kebahagiaan dalam hidup ini. Semoga resep ini selalu dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebuah obat tidak akan berguna jika kta hanya memiliki saja. Milikilah obat itu dan telanlah obat tersebut maka kau akan segera sembuh dari penyakit. Semoga ringkasan ini bermanfaat bagi kita semua. Sadhu…! Sadhu… ! Sadhu…!

Minggu, 30 Agustus 2009

Grace Chandra : Personality Plus

Kebaktian remaja, Sabtu 29 Agustus 2009
Protokol : Tasya & Yessica F.S. ( Facebook )
Lilin Altar : Sidhi Agustiana Taniman ( Facebook )
Dhammapada : Irwin Viryajaya ( Facebook ) & Ryan
Pembimbing : Grace Chandra ( Facebook )
Penulis : Tommy ( Facebook )


Kebaktian malam ini, seperti biasa agak telat dimulai. Saya yang datang hampir pukul 19.30 pun masih bisa mengikuti pembacaan paritta. Tapi kebaktian pada malam hari ini, agak banyak yang datang ke Vihara, mungkin karena adanya tambahan dari beberapa anak yang baru menginjak Sekolah Menengah Pertama ( SMP ) sudah diharuskan untuk kebaktian hari sabtu, malam minggu.

Saya sangat antusian menunggu sharing Dhamma atau diskusi Dhamma yang biasa kami lakukan. Tapi kebaktian kali ini, bukan sharing ataupun diskusi yang Grace Chandra ( Facebook ) bawakan. Melainkan sebuah kuisioner untuk mengenal karakter masing-masing.
Kuisioner ini berisi penggolongan karakter orang-orang pada umumnya. Setiap umat diberikan selembar kertas & sebuah pulpen. Lalu Grace Chandra meminta para umat untuk menuliskan nama dan pertanyaan, “ Apakah Anda bersedia menjadi pengurus PMV periode 2009-2010? ” setelah itu, dilanjutkan dengan penjelas tentang macam-macam karakteristik kepribadian.

Seperti yang sudah banyak diketahui Karakter tersebut dibagi menjadi 4, yakni:

Sanguinis : spontan, lincah, periang
Melankolis : Penuh pikiran, setia, tekun
Koleris : Petualangan, persuasive, percaya diri
Plegmatis : ramah, sabar, puas

Penggolongan karakter watak setiap orang ini sengaja diangkat ke dalam topic kali ini karena Grace Chandra, selaku Pembina dan panitia yang mengatur pembentukan kepengurusan Persaudaraan Muda-mudi Vihara yang baru ( 2009-2010 ) yang diketuai oleh saudara Sidhi ini, bermaksud untuk mencari para pengurus yang tepat berdasarkan dengan watak masing-masing.

Dengan pengisian kuisioner ini, minimal Panitia bisa mengetahui di posisi mana orang yang bersedia menjadi pengurus akan ditempatkan.

Dari pemaparan Grace Chandra, saya teringat pengalaman saya ketika setelah lulus kuliah lalu mulai mencari pekerjaan. Sangat saya sering mengikuti tes seperti ini saat melakukan interview dan tes untuk melamar kerja. Sampai saking seringnya, saya bosan dan mengisi kuisioner tersebut dengan asal-asalan. Tapi belakangan saya baru tahu bahwa kuisioner tersebut memang tidak dinilai, tapi justru kuisioner tersebut menjadi penentu dimana pihak perusahaan bisa mendapatkan gambaran karakteristik kita, sesuai atau tidak pada posisi tersebut.
Ada 40 nomor pilihan yang mangacu pada penggolongan karakter yang diberikan. Satu persatu Grace Chandra membacakannya dengan sabar, padahal saya yang hanya mendangar saja, sangat tidak sabar untuk cepat-cepat menyelesaikan tes tersebut. Karena umat yang hadir agak banyak, ditambah umur rata-rata umat masih terlalu dini, jadi masing-masing harus disebutkan dengan berulang-ulang dan dijelaskan dengan detil karena pilihan karakter banyak menggunakan bahasa Inggris yang beberapa katanya jarang digunakan. Sehingga waktu yang dihabiskan dalam tes ini hampir 1 jam 30 menit.


Saya rangkumkan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh Grace Chandra pada para umat remaja di sini ( Klik di sini.)

Setelah selesai, kertas dikumpulkan kembali untuk diperiksa & dianalisa jawaban dari setiap umat. Dan hasil dari karakter masing-masing setiap umat akan diberitahukan minggu depan.
Semoga Bermanfaat

Search