Senin, 27 April 2009

Romo Pannajayo : Sungguh berbahagialah kita yang terlahir di alam manusia

Kebhaktian Remaja, 26 April 2009

Protokol : Ratna Sari
Penyalaan lilin Altar : Melisa
Pembacaan Dhammapada : Ryan dan Irwin (Gatha 360 dan 361)
Khotbah Dhamma : Romo Pannajayo
Penulis : Grace Chandra

Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhasa (3 X)
Namo Sang Yang Adhi Budhaya, Namo Buddhaya..!

Kebhaktian merupakan kewajiban kita sebagai umat Buddha yang selalu kita lakukan rutin minimal satu kali dalam seminggu. Kebhaktian merupakan salah satu cara untuk mengisi hidup kita dengan baik. Hari ini kita melakukan puja bhakti dengan baik bahkan ketika melakukan meditasi metta bhavana dibacakan sebuah renungan yang sangat bagus isinya. Apabila kita mendengarkan saja isi renungan sepertinya sangat gampang untuk melakukannya akan tetapi ketika mempraktekkannya sungguh sulit. Hal ini dikarenakan kita memerlukan perenungan yang mendalam agar dapat melaksanakan sesuatu dengan baik.
Begitu juga untuk dapat menjalani kehidupan ini dengan mudah, kita memerlukan suatu perenungan yang mendalam. Kita haruslah merenungkan apakah tujuan yang ingin kita capai sebagai umat awam dalam kehidupan kita saat ini. Jika kita ingin mencapai suatu kebahagiaan maka kita harus ...
melakukan karma-karma baik. Seperti yang kita ketahui bahwa yang menentukan jalannya kehidupan kita adalah karma kita sendiri.
Tujuan dari kita umat awam adalah lakukan segala perbuatan bajik jika kita memiliki peluang untuk melakukannya. Janganlah menyia-nyiakan peluang kebajikan yang sudah ada di depan mata. Akan tetapi, kita harus melihat juga apakah kita mempunyai kemampuan untuk mewujudkan peluang atau tujuan tersebut. Jangan sampai kita memaksakan diri kita untuk mewujudkan segala peluang kebajikan yang tidak sesuai dengan kemampuan. Hal ini sangatlah tidak bijaksana. Contohnya: Jika kita ingin berdana lakukanlah dana sebesar dengan kemampuan kita bila mampunya 50 ribu ya berdana 50 ribu saja tidak usah memaksakan satu juta. Jika seseorang bertindak dengan menyadari akan keadaannya dan merasa puas akan keadaannya maka ia akan berbahagia.
Mantapkanlah tujuan kita sebagai umat awam. Perlu kita ketahui sangatlah sulit untuk terlahir di alam manusia. Kita tidak dapat menebak akan terlahir di alam mana jika kita mengalami kematian. Seperti sebuah kelapa yang ketika jatuh dari pohonnya akan sulit ditentukan oleh kita akan jatuh dimana. Sulitnya terlahir di alam manusia sudah diungkapkan oelh sang Buddha dalam sutta ujung kaki dan sutta seekor penyu.
Dalam sutta seujung kaki sang Buddha bertanya pada muridnya.., “Oh para bhikkhu menurut kalian lebih banyak mana debu yang ada di ujung kakiku atau debu yang ada di dunia ini?.” Muridnya menjawab, “Tentu saja lebih banyak debu yang ada di dunia.”
Sang Buddha lalu berkata, “Oh para bhikkhu, begitu pula dengan makhluk yang terlahir di alam yang berbahagia lebih sedikit seperti debu yang ada di ujung kakiku dan begitu banyak makhluk yang terlahir di alam 4 alam yang menyedihkan sama seperti debu yang ada begitu banyak di dunia ini.” Sedangkan, dalam sutta seekor penyu dikatakan bahwa sulitnya terlahir di alam manusia lebih sulit dibayangkan dibandingkan dengan sulitnya kemungkinan seekor penyu buta yang muncul di lautan hanya dalam rentang waktu ratusan tahun dan ketika muncul kepalanya masuk dalam lingkaran rotan.
Sungguh berbahagialah kita yang terlahir di alam manusia. Apabila kita terlahir di alam menderita akan sulit untuk terlahir di alam yang lebih baik (diperlukan rentang waktu dan karma baik yan besar). Hal ini dikarenakan jika terlahir di alam yangmenderita maka pikiran kita akan mempunyai kecenderungan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Oleh sebab iti, manfaatkanlah kehidupan kita sebagai manusia sebaik-baiknya. Perbanyaklah perbuatan kebajikan sehingga kita siap (tidak takut lagi) jika kematian menjemput kita.
Orang biasanya takut menghadapi kematian karena dirinya takut dirinya akan terlahir dimana setelah ia mati. Jika orang berbuat bajik terus menerus maka dirinya sudah pasti akan terlahir di alam berbahagia. Orang bajik tidak akan takut menhadapi kematian.
Berjuanglah dalam mencapai tujuan sebagai umat awam. Semoga Dhammadesana ini bermanfaat bagi kita semua.
Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia…!
Sadhu…! Sadhu…! Sadhu…!

Bpk. Rajen : sifat DASA RAJA DHAMMA


Kebhaktian Umum, 25 April 2009

Protokol : Ibu Lilayani
Penyalaan lilin Altar : Ibu Soan K. S.
Pembacaan Dhammapada : Ibu Vina (Gatha 360 dan 361)
Khotbah Dhamma : Bpk. Rajiman dan Bpk. Rajen
Penulis : Grace Chandra

Namo Buddhaya..!
1. Bpk. Rajiman
Dalam hidup ini kita pasti mempunyai tujuan dan cita-cita. Semua orang biasanya mempunyai tujuan dan cita-cita untuk menjadi orang yang paling baik atau menjadi orang yang nomor satu. Umumnya ketika seseorang berhasil menggapai tujuan/cita-citanya itu biasanya orang tersebut akan bahagia, sedangkan yang gagal akan sedih. Nah.., apakah dengan begitu kita tidak boleh mempunyai cita-cita karena cita-cita dapat menimbulkan penderitaan???.
Cita-cita boleh kita miliki asalkan tujuan/cita-cita itu dilandasi dengan kebijaksanaan. Sebaiknya tujuan/cita-cita yang kita inginkan tersebut adalah cita-cita atau tujuan yang mampu kita laksanakan dan sesuai dengan kemampuan. Sangatlah tidak bijaksana jika kita ingin menjadi Presiden, Gubernur ataupun Manajer suatu perusahaan akan tetapi akademik pendidikan kita sangat rendah dan kita tidak mempunyai suatu keahlian yang menonjol. Suatu cita-cita yang tidak dilandasi dengan kebijaksanaan akan membuat diri kita menderita dan stress.
Alangkah baiknya, jika cita-cita yang kita miliki adalah cita-cita yang ..
bukan hanya asal ingin saja. Sangatlah bahaya jika kita hanya selalu berpikir “Saya Ingin ini…, saya ingin itu…, Ingin dan Ingin..” Jika dalam pikiran kita selalu hanya asal ingin, maka pikiran kita akan terkonsep ingin selalu memiliki, memperoleh dan mencapai sesuatu. Hal ini membuat diri kita tidak dapat mampu menerima, melepas jika suatu saat cita-cita yang telah kita peroleh lenyap atau mengalami kemunduran. Sebagai contoh jika kita ingin mempunyai mobil mewah dan akhirnya cita-cita itu tercapai, maka kita harus siap jika suatu saat mobil mewah kita rusak ataupun hilang. Kita harus siap melepas jika tidak kita akan mengalami penderitaan.
Cita-cita menjadi seorang pemimpin dapat terlaksana dengan baik jika seorang pemimpin tersebut memiliki sifat DASA RAJA DHAMMA (Sepuluh kewajiban seorang raja). Dasa Raja Dhamma, terdiri dari:
1. Dana (suka menolong orang, tidak kikir, dan ramah-tamah).
Seorang raja tidak boleh terikat kepada harta kekayaannya, tetapi pada waktu yang diperlukan ia harus berani/bersedia mengorbankannya demi kepentingan rakyat.
2. Sila (Moralitas yang tinggi)
Seorang raja harus memiliki moral yang baik, jangan suka menyelesaikan masalah dengan kekerasan. Contoh: dahulu Raja Asoka sebelum mengenal Dhamma, beliau sangat senang berperang. Pada masa itu rakyak hidup dalam ketidak tenangan karena selalu berperang dari waktu ke waktu. Akan tetapi setelah mengenal Dhamma, raja Asoka pun berhenti berperang dan tingkah lakunya pun bermoral. Pada akhirnya, rakyat yang dipimpinnya pun hidup tenang, makmur dan sejahtera.
Seorang pemimpin seharusnya jangan memiliki sifat suka membinasakan makhluk hidup, menipu, mencuri, melakukan perbuatan asusila, berbicara tidak benar dan mimum-minuman keras.
3. Paricaga (mengorbankan segala sesuatu demi kepentingan rakyat)
Ia harus bersedia mengorbankan semua kesenangan pribadi, nama, dan keagungan, sampaipun nyawa demi kepentingan rakyat.
4. Ajjava (jujur dan bersih)
Ia harus jujur, bebas dari rasa takut dan tidak boleh mempunyai kepentinmgan pribadi, nama dan keaguangan, sampaipun nyawa demi kepentingan rakyat. Ia harus setulus hati mengabdi untuk rakyat. Jika ia mengabdi dengan tulus maka ia tidak memikirkan apa saja yang telah ia peroleh dan seberapa besar yang dia peroleh dari pengabdiannya itu.
5. Maddava (ramah tamah dan sopan santun)
Ia harus mempunyai watak yang simpatik dan selalu ramah tamah terhadap siapa pun.
6. Tapa (hidup Sederhana)
Ia harus membiasakan diri untuk hidup sederhana dan menjauhkan diri dari penghiudpan yang berlebih-lebihan.
7. Akkodha (bebas dari kebencian, keinginan jahat dan sikap bermusuhan)
Ia seharusnya tidak mempunyai rasa dendam terhadap siapa pun juga.
8. Avihimsa (tanpa kekerasan)
Ini bukan saja berarti ia tidak boleh menyakiti orang lain, tetapi ia harus pula memelihara perdamaian dengan mengelakkan peperangan dan semua hal yang mengandung unsur kekerasan dan penghancuran hidup.
9. Khanti (sabar, rendah hati, dapat memaafkan kesalahan orang lain)
Ia harus dapat menghadapi halangan, kesulitan-kesulitan dan ejekan-ejekan dengan hati yang sabar, penuh pengertian dan dapat memaafkan perbuatan orang lain yang menyakiti hatinya.
10. Avirodha (menjalankan roda pemerintahan sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku)
Ini berarti bahawa ia tidak boleh menentang kemauan rakyat, tidak boleh menghalang-halangi usaha untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat. Dengan perkataan lain, ia harus hidup bersatu dengan rakyat sesuai dengan tuntutan hati nurani rakyat.

Apabila suatu negara mempunyai seorang pemimpin yang berwatak seperti yang disebut diatas, maka tidak usah diragukan lagi bahwa rakyatnya akan menjadi bahagia. Hal di atas bukan merupakan khayalan belaka, sebab pada zaman yang lampau memang terdapat seorang raja agung di India, Sri Baginda Raja Asoka, yang telah mempraktekkan dasa raja dhamma tersebut.

2. Romo Rajen
 Kisah tentang seorang anak yang diberi semangkuk mie oleh seorang tukang bakmi
Kisah ini beliau peroleh dari Ayya Santini ketika beliau mengikuti kegiatan pelatihan meditasi vipasana di wisma kusalayani, lembang. Kisah ini merupakan kisah nyata.
Diceritakan bahwa disebuah keluarga terdapat anak laki-laki yang sangat nakal dan selalu melawan orang tuanya. Orang tuanya selalu menasihatinya agar Ia berubah menjadi anak yang baik dan bertindak sesuai dengan Dhamma. Akan tetapi, anak ini tidak pernah menghiraukan nasehat dan ajaran orang tuanya.
Hingga pada suatu hari anak ini kabur dari rumahnya karena merasa kesal dengan orang tuanya. Setelah beberapa hari keluar dari rumah, anak laki-laki tersebut mengalami kelaparan karena sudah dua hari dia tidak makan. Akhirnya ketika Ia bertemu dengan tukang bakmi, Ia memohon kepada tukang mie untuk diberikan semangkok mie. Tukang mie merasa kasihan dan memberikan semangkok mie kepada anak laki-laki tersebut. Anak itu memakan mie itu dengan lahapnya.
Setelah selesai makan, anak laki-laki itu berterima kasih banyak kepada tukang mie tersebut. Ia sangat,sangat berterima kasih kepada tukang mie karena sudah diberi semangkuk mie. Akan tetapi apa yang dikatakan oleh tukang mie setelah mendapatkan ucapan terima kasih dari anak laki-laki itu??. Tukang bakmie yang mengenal Dhamma ini berkata, “Kau jangan berterima kasih kepada saya karena saya hanya memberikan kamu semangkok mie. Berterima kasihlah kepada orang tuamu. Apakah kamu pernah berpikir sudah berapa banyak mangkok dan piring makanan yang mereka berikan dan sediakan untuk dirimu?. Apakah kamu sudah berterima kasih kepada kedua orang tuamu karena kebaikannya itu??.” Sang anak pun tertegun mendengar pertanyaan itu.
Nah..,cerita selanjutnya dapat anda renungkan dan pikirkan. Apa yang akan anda lakukan bila anda mendengar pertanyaan apakah engkau telah berterima kasih akan kebaikan kedua orang tuamu??.

 Kisah tentang saudara laki-laki Asoka. (Dikutip dari Buku Hidup Senang Mati Tenang, Ajahn Brahm terbitan Ehipassiko Foundation)
Asoka adalah Raja India yang telah menjadi seorang Buddhis. Asoka memiliki seorang saudara laki-laki bernama V’tasoka yang memiliki sifat benar-benar tidak spiritual, dan suka berfoya-foya. Menjadi saudara seorang Raja memberinya banyak kesempatan untuk menuruti kesenangan itu. Dalam upaya menuntun saudaranya untuk memahami Dhamma, Asoka merancang sebuah perangkap untuknya.
Suatu hari Asoka sedang mandi sementara jubah dan lencananya berada di luar. Asoka telah mengatur supaya beberapa penasihat dekatnya berjalan bersama saudaranya dan, seolah tak disengaja, melewati kamar mandi. Sambil menunjuk ke jubah kaisar yang tersampir di singgasana, para penasihat berkata kepada saudara Asoka, “mengapa tidak coba mengepas jubah itu? Siapa tahu? Suatu hari ketika saudara Anda meninggal, barangkali Anda akan menjadi kaisar. Cobalah. Ayo, tidak ada apa-apa kok!” Mulanya saudara sang Raja menolak. Dia tahu itu hal terlarang untuk dilakukan. Tetapi akhirnya Ia terbujuk juga dan mengenakan jubah tersebut. Ketika saudara Asoka mengenakan jubah raja itu, Raja Asoka muncul dari kamar mandi dan memergokinya.
Sang Raja bertanya, “Apa yang kau lakukan? Kau mau merebut takhta? Apa kau seorang pengkhianat?” Karena ini adalah sebuah kejahatan, sang raja berkata, “Meskipun kamu saudaraku, aku harus menegakkan hukum tanpa pandang bulu. Hukuman untuk perbuatan ini adalah kematian.”
Meskipun saudaranya memohon pengampunan, sang raja tetap akan menghukum mati saudaranya. Sang raja berkata, “Memandang kau adalah saudaraku, dan kau sangat ingin menjadi raja, selama tujuh hari ke depan kau dapat menikmati semua kesenangan seorang raja tanpa dibebani tanggung jawab seorang raja. Kau bisa bersenang-senang dengan selirku. Kau bisa menikmati makanan apa pun yang kau inginkan. Dan hiburan apa pun yang aku nikmati, kau pun dapat ikut menikmatinya. Kesenangan-kesenangan sebagai seorang raja menajdi milikmu selama tujuh hari. Tetapi setelah tujuh hari, kamu akan dieksekusi!”. Lalu sang raja pun pergi meninggalkannya.
Setelah tujuh hari, Raja Asoka memanggil saudaranya ke tempat eksekusi. Sang raja menanyainya, “Apakah kamu menikmati semua selir-selirku, semua gadis-gadis cantik itu?, Apakah kami menikmati santapan terbaik dari dapurku?, Apakah kamu menikmati para pemusikku dan penghibur lainnya?”. Sang saudara menundukkan kepala, bahunya melorot, dan berkata, “Mana bisa aku menikmati semua itu? Aku bahkan tidak dapat tidur nyenyak satu malam pun. Bagaimana kamu dapat menikmati apa saja ketika kamu tahu akan dieksekusi mati?” Sang raja tersenyum dan berkata, “Sekarang kamu paham!”
Entah itu tujuh hari, tujuh bulan, tujuh tahun, atau tujuh puluh tahun, bagaimana Anda dapat menikmati kesenangan-kesenangan indra, seperti seks, olahraga, film, wisata, atau mengumpulkan harta benda? Bagaimana Anda dapat menikmati semua itu ketika Anda tahu bahwa Anda akan dieksekusi? Entah itu tujuh hari, tujuh bulan, tujuh tahun, atau tujuh puluh tahun, Anda semua akan segera mati.

Semoga ringkasan dhammadesana dari Bapak Rajiman dan kedua kisah renungan dari Bapak Rajen ini dapat memotivasi diri kita untuk mencapai tujuan hidup yang lebih baik.

Semoga Semua Makhluh Hidup Berbahagia…!!

Sadhu…! Sadhu…! Sadhu…!

Senin, 20 April 2009

SEMINAR: “ MENGAPA ADA KEMELEKATAN?”


Hari Kamis, 16 April 2009, kami umat Vihara Surya Adhi Guna (+ 100 orang) datang ke Restaurant Alam Sari Karawang untuk menghadiri Seminar yang bertema “Mengapa Ada Kemelekatan?”. Seminar ini diadakan dalam rangka penggalangan dana pembangunan Vihara Sanghamitta Karawang. Pembicara dalam seminar ini terdiri dari Bhikkhuni Santini, Bro. DR. Tan Ho Soon, dan Dra. Lanny Anggawati.

1. Dra Lanny Anggawati Namo Buddhaya…!, Selamat Malam!!.. Pertama-tama seminar malam ini dibuka oleh Dra. Lanny dengan bertanya apakah kita semua yang hadir dalam seminar ini Happy. Beliau mengatakan seharusnya kita happy di malam ini karena : * Kita semua yang hadir di seminar ini unik. Unik karena dapat terlahir di alam manusia. * Kita juga bergembira karena kita terlahir dalam suatu kondisi yang mengenal dhamma * Dan yang terakhir kita bergembira karena kita masih hidup di saat ini sehingga kita masih mempunyai kesempatan untuk melakukan karma baik Selanjutnya beliau membahas mengenai “Kemelekatan Yang Menguntungkan.” Biarlah seseorang tidak membangkitkan masa lampau atau membangun harapan di masa depan, karena masa lampau telah tertinggal di belakang dan masa depan belum lagi terjangkau. Alih-Alih dengan kebijaksanaan, biarlah dia melihat setiap keadaaan yang muncul di masa kini. Biarlah dia mengetahui dan meyakini hal itu. Tak terkalahkan, tak tergoyahkan. Jalanilah masa kini karena hal itu nyata. Usaha yang ingin kita lakukan sebaiknya kita lakukan pada hari ini juga. Janganlah suka menunda-nunda usaha atau pekerjaan. Hal ini disebabkan, Esok hari kematian datang, siapa yang tahu???. Tak ada tawar-menawar dengan kematian. Tak ada yang dapat membuat kematian dan pasukannya menjauh. Oleh sebab itu, seseorang yang berdiam (diam dalam kekinian) demikian dengan tekun, tanpa henti sepanjang hari dan sepanjang malam, Dialah yang oleh orang suci yang penuh kedamaian dikatakan “orang yang memiliki satu kemelekatan yang menguntungkan.” Masa kini harus dipegang karena apabila masa kini dilakukan dengan baik maka masa yang akan datang akan lebih baik. Dalam menjalani kehidupan ini kita selalu diterpa oelh “ANICCA.” Anicca yang terjadi dalam kehidupan ini terdiri dari anicca yang kita inginkan dan anicca yang tidak kita inginkan. Anicca yang sulit kita hadapi adalah anicca yang tidak kita inginkan. Bila terjadi suatu perubahan yang tidak sesuai dengan keinginan kita terkadang hati kita menjadi kecewa. Padahal sesungguhnya anicca yang tidak inginkan ini merupakan guru bagi kita agar kita selalu belajar menjadi orang yang lebih baik. Dalam hidup semua orang selalu ingin “HOKI.” Tetapi apakah kita pernah berpikir bagaimana kita bisa hoki. Hoki terjadi karena perbuatan kebajikan kita. Oleh sebab itu, sebanyak mungkinlah berbuat kebajikan karrna berbuat kebajikan adalah hoki. Dra Lanny kemudian kembali bertanya kepada kita semua, “Apabila di dalam suatu keluarga ada anak yang sangat berbakti kepada ibunya. Yang hoki itu anaknya atau ibunya??”. Para peserta seminar ada yang menjawab anaknya dan ada yang terdiam. Beliau pun kemudian menjelaskan bahwa yang hoki itu adalah anaknya. MENGAPA??? Karena pada dasarnya sang anak yang berbakti itu menanam hoki (karna berbuat bajik) sedangkan ibunya hanyalah memetik hoki karna ia beruntung punya anak yang berbakti. Sebagai penutupan Dra. Lannya mengatakan bahwa yang harus kita lakukan hanyalah berbenah pada hari ini sehingga dapat menyongsong masa depan lebih baik. Hari ini harus lebih baik dari sebelumnya.


2. Bro. Dr. Tan Ho Soon Bro. Tan merupakan pembicara yang berasal dari Malaysia. Beliau merupakan Direktur dari Institut Nalanda Malaysia. Kemelekatan dapat timbul karena adanya tanha (nafsu keinginan). Tanha timbul karena adanya perasaan (vedana). Setiap manusia yang mempunyai berbagai nafsu keinginan akan terjerat di dalam kemelekatan. Kemelekatan (Upadana) inilah yang menyebabkan timbulnya proses tumimbal lahir. Dengan masih adanya kemelekatan, diri kita akan mengalami kelahiran kembali sehingga kita kembali akan mengalami penderitaan atau samsara (penderitaan akan kematian, kelapukan, keluh kesah, sakit, dll). Hal ini sesuai dengan Hukum Paticcasamuppada yang berbunyi “ …....., Vedana Paccaya Tanha, Tanha Paccaya Upadanang, Upadana Paccaya Bhavo, Bhava Paccaya Jati, Jati Paccaya Jaramaranang.” Terdapat empat macam kemelekatan yang harus kita bebaskan, yaitu: 1. Kamma Upadana (Kemelekatan Nafsu Indria) Kemelekatan yang timbul karena adanya kenikmatan dari nafsu indria. Contohnya: kemelekatan terhadap acara TV, Musik, buku, dll. Ketika kita asyik mendengar sebuah lagu yang bagus dan sesuai dengan keinginan kita, maka kita akan menikmati dan senang dengan lagu itu. Lambat-laun kita akan menjadi melekat pada musik tersebut dan lagu tersebut kita jadikan “MUSIK FAVORIT”. Kenikmatan dan kegembiraan yang timbul karena respon dari nafsu indria membuat kita melekat akan sesuatu. 2. Itthi Upadana (Kemelekatan Terhadap Pandangan) Sangatlah wajar jika setiap orang memiliki suatu pandangan yang berbeda-beda terhadap suatu hal. Akan tetapi, janganlah kita menjadi sangat melekat dengan pandangan kita tersebut. Jika kita melekat dengan pandangan kita maka kita akan tidak menyukai orang lain yang memiliki pandangan yang berbeda dengan kita. Kemelekatan kita terhadap pandangan kita masing-masing dapat membuat suatu perpecahan. Sebagai contohnya adalah kisruh politik yang terjadi di Thailand saat ini. Partai politik yang ada di Thailand masing-masing mempertahankan pendapat/pandangan mereka masing-masing. Masing-masing partai politik melekat dengan pandangannya masing-masing sehingga mereka tidak dapat menyatukan perbedaan pandangannya tersebut. 3. Silabata Upadana (Kemelekatan Terhadap Ritual) Silabata Upadana adalah kemelekatan terhadap ritual-ritual/tradisi yang telah ada. Kita selalu melakukan ritual tersebut dan tidak dapat melepaskan tradisi tersebut karena tradisi tersebut sudah turun-temurun dilakukan. 4. Achanna Upadana (Kemelekatan Terhadap “KEAKUAN”) Kemelekatan terhadap “KEAKUAN” ini adalah suatu kemelekatan yang nantinya akan menimbulkan konsep tentang diri kita masing-masing misalnya “OH.., aku itu orangnya seperti ini.., kalau kamu seperti itu.” Kemelekatan terhadap keakuan membuat diri kita merasa tidak menyukai orang lain yang berbeda (berbeda tingkah laku, berbeda karakter atau berbeda fisik) dengan kita. Ada sebuah cerita tentang dua orang bhikkhu yang berteman baik sepanjang hidupnya. Setelah meninggal, Bhikkhu pertama terlahir kembali di alam surga sedangkan bhikkhu kedua terlahir sebagai cacing yang hidup di dalam seonggok kotoran. Bhikkhu pertama yang mengetahui sahabatnya terlahir seperti itu segera menemui temannya untuk menolong temannya keluar dari kotoran dan masuk ke alam surga. Akan tetapi, bhikkhu kedua menolak maksud baik temannya itu. Ia tidak mau masuk ke surga karena dirinya merasa sangat menyukai lingkungan hidupnya dan tidak mau dipisahkan dari seonggok kotoran tersebut. Bhikkhu kedua sangat melekat dengan kehidupannya. “Berbahagialah orang yang tidak melekat dan tidak memiliki sifat yang egois.” Setelah menjelaskan kempat macam kemelekatan, Bro. Tan menceritakan kisah tentang sepasang suami istri yang sangat miskin yang memiliki keinginan untuk berdana sesuatu yang berharga, yang mereka miliki. Akan tetapi, mereka sama sekali tidak memiliki sesuatu yang berharga, yang patut diberikan kepada Sang Buddha. Akhirnya sang suami memberikan pakaian yang sedang ia kenakan kepada Sang Buddha. Pada saat itu Raja Pasenadi lewat dan menyaksikan hal tersebut. Setelah melihat kejadian tersebut, Raja Pasenadi merasakan suatu kebahagiaan tertentu. Akhirnya muncullah suatu keinginan dalam diri Raja Pasenadi untuk memberikan semua kekayaan yang dimilikinya kepada pasangan suami istri tersebut. Raja Pasenadi ingin membebaskan kemelekatan yang ada pada dirinya. Pada saat ini, kita sedang berjuang, bertempur mengatasi kemelekatan. Mari kita mengatasi marah dengan tidak marah. Mari kita mengatasi yang tidak bajik dengan kebajikan. Mari kita mengatasi keserakahan dengan kemurahan hati. Mari kita mengatasi ketidakjujuran dengan kejujuran.

3. Yang Mulia Ayya Santini
Selalu posisikan diri pada kemelekatan yang menguntungkan. Apabila seseorang terbiasa untuk “melepas” maka ia akan mengikis kemelekatan. Mengetahui sesuatu yang tidak diketahui adalah awal dari suatu kebijaksanaan. Dengan mengetahui dhamma dan berusaha untuk mempraktekkan dan terus berusaha dipraktekkan maka kita akan melihat sinar dhamma terus menerus. Sesuai dengan Mangala Sutta bahwa jasa kebajikan akan menuntun kita ke jalan yang benar. Inilah suatu berkah utama. Harta yang sesungguhnya adalah sesuatu yang kita telah berikan. Contohnya: Berdana. Jika seseorang menemukan sebuah mangga, maka ada terdapat empat pilihan yang ada yaitu: 1. Mangga dimakan sendri dan merasa senang 2. Mangga diberikan kepada raja dan mendapat harta 3. Mangga dipersembahkan kepada sang Buddha dan mendapatkan jasa kebajikan 4. Mangga disimpan saja sampai busuk Buah Mangga dalam kisah ini diibaratkan harta yang kita miliki. Nah.., apa yang harus kita lakukan dengan mangga tersebut. Ya.. betul… Alangkah baiknya jika mangga tersebut dipersembahkan kepada Sang Buddha. Dengan hal itu maka kita mulai memupuk jasa-jasa kebajikan. Untuk tahu mengenai keadaan diri kita dalam mengatasi kemelekatan kita butuh info dari orang-orang yang bijaksana. Hal ini dikarenakan indria dan objeknya akan menimbulkan belenggu bagi orang yang belum mencapai tingkat kesucian. Marilah “Tetap Berjalan Walaupun Hanya Seorang Diri.”

SESI TANYA JAWAB


1. Seorang peserta seminar yaitu seorang bapak dari Rengasdengklok menanyakan:  Beliau suka membunuh tikus dahulu. Setelah tahu bahwa membunuh tikus tidak baik lalu dia menangkap tikus tersebut tapi tidak membunuhnya. Beliau membebaskan tikus itu tetapi di daerah orang lain. Apakah cara ini benar?. Jawaban: Ayya Santini menjawab: Membunuh tikus merupakan perbuatan yang tidak baik. Akan tetapi menangkap tikus lalu melepaskannya di tempat orang lain juga tidak benar. Sebaiknya jika kita melepaskan atau membebaskan tikus karena perasaan cinta kasih yang timbul. Ada sebuah kisah seorang umat becerita kepada Ayya bahwa dulu rumahnya penuh dengan tikus. Hampir disetiap sudut rumahnya (ruang tamu, dapur, kamar mandi) terdapat tikus yang berlalu lalang. Suatu hari ketika ia ingin ke wastafel tak sengaja umat tersebut menginjak seekor tikus. Pada saat itu timbullah suatu pilihan lepaskan atau bunuh. Saat itu, Ia merasa kasihan. Ia berpikir jika saja tikus ini hamil dan dibunuh maka anaknya juga akan ikut mati dan jika tikus itu tidak hamil pun maka teman-teman tikus akan kehilangannya jika ia mati. Akhirnya dari rasa penuh cinta kasih ia lepaskan tikus tersebut. Ia angkat kakinya dan segera tikus itu kabur dan masuk ke dalam lubang pembuangan air. Tak disangka setelah beberapa waktu akhirnya rumahnya sekarang tidak ada tikus lagi  Apakah kita tidak boleh serakah? .Jawaban: Ayya Santini menjawab: Tidak.., kita tidak boleh serakah. Keserakahan merupakan akar dari kejahatan. Dra. Lanny menjawab:  Dra. Lanny menambahkan tips menghindari tikus. Beliau berkata Taruhlah merica yang sudah ditaruh dalam sebuah kasa di tempat tikus-tikus tersebut mengunjungi. Menurut pengetahuan beliau, tikus tidak suka dengan bau merica.

2. Bpk. Leo dari Bandung bertanya;
 Tadi Dra. Lanny mengatakan diri kita tidak boleh seperti lagu “AKU YANG MASIH SEPERTI DULU.” Akan tetapi saya tidak setuju karena saya masih seperti yang dulu karena hingga saat ini saya masih berlindung kepada Buddha, Dhamma dan Sangha. Saya masih melekat dengan Buddha, Dhamma dan Sangha. Jadi bagaimana dengan kondisi seperti saya ini?. Jawaban: Dra Lanny menjawab: Kemelekatan kepada Buddha, Dhamma dan Sangha adalah kemelekatan yang baik. Jadi tidak apa-apa jika kita memiliki kemelekatan tersebut. Kita harus berubah (jangan seperti dahulu) dalam konteks berubah menuju hal yang lebih baik. Menuju pengikisan kemelekatan-kemelekatan yang tidak menguntungkan. Ayya menjawab: Kita sebagai manusia yang belum mencapai tingkat kesucian adalah wajar jika memiliki kemelekatan. Akan tetapi sebaiknya, kemelekatan tersebut kemelekatan yang baik. Contohnya melekatlah terhadap meditasi. Jika kita ingin menyeberangi lautan samsara maka kita memerlukan rakit. Jika kita ingin menyebrangi lautan dengan selamat maka kita harus melekat kuat dengan rakit tersebut. Akan tetapi, jika sudah berada di seberang lautan tinggalkanlah rakit itu.  Pertanyaan kedua Bpk Leo. Bro. Tan mengatakan bahwa kita tidak boleh melekat kepada keegoan. Lalu jika tidak ada AKU/EGO maka bagaimana kita bisa mengetahui bahwa saya ini salah atau saya ini benar?. Jawaban: Bro. Tan dan Ayya menjawab: Kata Ego adalah berasal dari yunani yang artinya ruh, sesuatu yang tak berubah. Dalam agama Buddha tidak mengenal ego. Dalam agama Buddha dikatakan Anatta, tidak ada aku. Hal ini menyatakan bahwa tidak ada sesuatu di dalam diri kita yang tidak berubah. Segala sesuatunya berubah. Kita dapat mengetahui diri kita benar atau tidak dengan kebijaksanaan (Panna).

3. Fhanny dari Jakarta bertanya kepada Bro. Tan.
Dimanakah Ia dapat belajar bahasa pali? Jawaban: Bro Tan menjawab: Di Institut Nalanda Malaysia terdapat kursus singkat bahasa pali. Untuk di Wilayah Indonesia, Ia tidak mengetahuinya dengan jelas.

4. Jennifer bertanya kepada Ayya Santini.
Tadi Ayya berkata bahwa kemelekatan ada yang menguntungkan dan tidak menguntungkan. Ayya melekat pada dhamma. Nah.., jika suatu hari dhamma hilang dari bumi ini. Apakah ayya akan kecewa? Jawaban: Ayya menjawab: Jennifer, Dhamma tidak akan menghilang dalam dunia ini. Kebenaran akan selalu ada di di dunia ini. Yang benar dan mungkin terjadi adalah orang mulai pudar dan tidak mengenal dhamma. Jika orang mulai pudar tidak mengenal dhammapun Ayya tidak akan kecewa. Orang mengenal kebenaran (dhamma) tidak akan kecewa bila hal itu terjadi. Demikianlah ringkasan seminar, semoga bermanfaat bagi kita semua. Semoga Vihara SanghaMitta segera terwujud. Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia. Sadhu...! Sadhu…! Sadhu…!

Penulis : Grace Chandra & Sulastri

Romo Pannajayo: Melekat pada Dharmasala?


Kebhaktian Umum, 17 April 2009
Protokol : Bpk. Uu Dharmawan
Dhammapada : Ibu Soan Karuna Susanto (318 dan 319)
Dhammadesana : Romo Pannajayo
Penulis : Grace Chandra

Namo Buddhaya
Kebhaktian malam ini seharusnya diisi oleh Bhante Vimala akan tetapi karena sesuatu hal yang mendesak maka beliau tidak dapat hadir disini. Akhirnya, Romo Pannajayo yang mengisi dhammadesana malam in untuk menggantikan Bhante Vimala.
Romo mengatakan bahwa hari ini kita telah melakukan pelepasan kemelekatan. Pada malam hari ini kita tidak melekat dengan ruang Dhammasala. Walaupun karena sesuatu hal kita tidak dapat kebhaktian di dhammasala, tetapi kita tetap menjalani kebhaktian dengan khidmat. Apabila kita tidak melekat akan sesuatu maka jika hal itu tidak tercapai maka kita tidak akan kecewa. Jika kita tidak melekat dengan dhammasala maka kita tidak akan kecewa karena pada malam ini kita tidak kebhaktian di dhammasala.

Sesuai dengan topik seminar di alam sari, bahwa kita janganlah memiliki kemelekatan. Maka malam ini kita janganlah melekat dengan ruang dhammasala yang berac, dan nyaman itu. Pada dasarnya puja bhakti itu dapat dilakukan dimana saja. (walaupun tempat itu tidak memiliki altar). Romo Pannajayo juga menambahkan bahwa janganlah menganggap kejadian malam ini sebagai suatu hal yang celaka atau buruk. Pandanglah kejadian ini sebagai sesuatu yang bermanfaat. Sesuatu yang membuat kita (umat Buddha) mulai belajar secara bertahap untuk mengatasi kemelekatan.
Kita sebagai manusia seharusnya mengetahui hakikat hidup kita yang sebenarnya sehingga hidup ini akan dapat dijalani dengan mudah. Jika kita diterpa suatu masalah atau karma buruk sebaiknya dhamma (ajaran Sang Buddha) dijadikan pegangan kita. Dengan dhamma suatu masalah dapat terselesaikan dengan baik dan bijaksana.
Demikianlah ringkasan kebhaktian umum malam ini. Semoga semua yang membacanya menjadi tenang, tentram, dan berbahagia. Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia. Sadhu…! Sadhu…! Sadhu…!

Minggu, 19 April 2009

Grace & Yessica F.S. : Kapan kita sempet Meditasi?


Kebaktian Remaja, sabtu 18 April 2009
Protokol : Melisa
Lilin Altar : Yessica F.S.
Dhammapada : Raditya & Dewi
Pemimpin Meditasi: Grace & Yessica F.S.
Penulis : Tommy
Kebaktian kali ini diisi dengan meditasi..,Grace mengawali kebaktian dengan membahas seminar yang baru saja diikutinya pada hari Kamis, 16 April 2009, dengan pembicara, Y.M. Ayya Santini, Bro. Tan & Ibu Lanny Anggawati. Tema dari seminar tersebut adalah “Mengapa ada kemelekatan?”..
tema tersebut pula yang dilontarkan Grace kepada para umat yang hadir di kebaktian remaja hari ini.
Kenapa ada kemelekatan? Apa bisa kehidupan kita tanpa kemelekatan? Apakah kemelekatan harus dihilangkan?.. Sebenarnya kemelekatan di butuhkan! .. Tapi..
kemelekatan yang baik, misalnya melekat untuk bermeditasi,tanpa melekat pada meditasi, kita akan sulit suka meditasi, dan tanpa mencoba, kita akan sulit untuk mulai melekat bermeditasi... amat sulit untuk menghilangkan kemelekatan yang buruk, yang membawa pada kemerosotan kualitas bathin. Sebagai contoh, kemelekatan akan sesuatu yang enak.. entah makanan, surabi hijau, atau kemelekatan akan harta, kemelekatan akan mobil , kemelekatan tempat tinggal dan lain sebagai nya, kemelakatan seperti ini yang membawa pada ketidakpuasan.
Mungkin bagi anak remaja, bermeditasi adalah hal yang membosankan, bikin ngantuk , buang waktu bermain dan lain-lain.. tapi meditasi adalah satu-satu nya jalan menuju pembebasan sejati.
Pada kebaktian kali ini, sesi meditasi di bagi 2..

Meditasi sesi Pertama, para umat dituntun untuk memperhatikan keluar masuk nya nafas. Dengan keheningan & lampu vihara yang redup.
Setelah meditasi dimulai, 5 menit tenang, 10 menit agak berisik, diatas 10 menit, beberapa orang mulai berbisik-bisik, beberapa mengubah posisi duduk,banyak sekali sesuatu yang semesti nya tidak terjadi pada saat bermeditasi. Saat 15 menit bel berbunyi, menunjukan waktu meditasi sesi pertama usai..

Grace meminta para umat untuk menceritakan pengalaman meditasi singkatnya, diantara nya Angga (14 Tahun) , Angga menceritakan bahwa nafas nya sesak selama 15 menit bermeditasi. Setelah lama berbincang, ternyata Angga memperhatikan keluar masuk nya nafas dengan sengaja mengatur nafas nya menjadi keluar masuk, bukan memperhatikan nafas alaminya, sehingga nafasnya menjadi sesak.
Lalu Yessi juga Berbagi pengalaman meditasinya, Yessi mengatakan bahwa, saat bermeditasi, posisi duduk jangan berubah, karena semakin sering berubah, semakin sering posisi akan berubah selanjutanya selama meditasi. Jadi saat kaki kita terasa sakit, amati saja, suatu saat akan ada rasa sakit yang sangat sakit, tapi setelah sakit itu akan lenyap.

Setelah sharing selesai, meditasi dilanjutkan dengan relaksasi, para umat dituntun untuk mendengarkan SONG OF MIRALEPA versi bahasa Indonesia, dimana di dalamnya terdapat banyak syair tentang riwayat hidup Miralepa.

Semoga bermanfaat..

Minggu, 12 April 2009

Sunarti : Iseng - Iseng Balik Kampung


Kebaktian Remaja, Sabtu 11 April 2009
Protokol = Devi
Dhammapada = Widya & Sulastri
Sharing Dhamma = Sunarti ( Sekretaris Sekber PMVBI Jabar )
Hai Mom..

Sunarti , Mahasiswi Universitas Maranatha Bandung, Jurusan Teknik Industri Salam tersebut membuka sharing Dhamma sabtu malam ini... Perkenalan tentang Sunarti diawali dengan kegiatan nya yang padat di Vihara Vimala Dharma Bandung sebagai Staff Bursa di Vihara tersebut. Kesan cendikiawan, sangat terasa apabila kita memasuki/mengikuti kebaktian vihara tersebut. Hal ini disebabkan lokasi vihara yang berdekatan dengan area kampus di daerah Bandung, Sehingga mahasiswa/i daerah dari seluruh Indonesia, berkumpul untuk ikut kebaktian di vihara Vimala Dharma. Bukan hanya Sunarti , anak Vihara Surya Adhi Guna yang semasa kuliah di Bandung, ikut kebaktian di Vihara Vimala Dharma, Grace, Dharma, Metta, Rina, Irvan, Metta dan banyak teman2 yang lain juga ikut kebaktian di tempat rantauan tersebut. Sharing dibuka dengan cerita mengenai ke isengan Sunarti semasa liburan kuliahnya
yang membosankan, seketika dibukannya Buletin BVD ( Buletin Vimala Dharma ) untuk mengisi waktu nya dengan hal bermanfaat, dilihat nya sebuah artikel yang cukup mempunyai pesan moral. Pada suatu malam minggu sepasang kekasih, janjian nonton di sebuah bioskop. Tepat jam 19.00 si wanita, sampai duluan di bioskop. Sesampai nya, ia langsung menghubungi si pria, memberitahu sang pria keberadaan nya di bioskop. Mengetahui hal tersebut si pria menyuruh si wanita untuk memesan tiket terlebih dahulu sambil menunggu nya, dan si wanita pun segera memesan tiket. Di dapat nya tiket nonton yang akan dimulai pukul 20.00. Dengan sabar menunggu, jam menunjukan pukul 19.30, sang pria tak kunjung datang, lalu wanita tersebut menelepon kembali si pria menanyakan keberadaan san pria, “Kamu sudah sampe mana?sayang sudah lama menunggu!”, si pria menjawab “Tunggu sebentar lagi saya sampai”. Mendengar pernyataan tersebut, sang wanita kembali menunggu. Jam menunjukan pukul 20.00 tepat, sang pria tak kunjung datang. Seketika wanita tersebut menjadi kesal, sangat kesal dan marah pada sang pria. Wanita tersebut berpikir, saya kesal, semua orang harus ikut kesal, wanita tersebut ingin membuat orang lain juga ikut kesal karena pikiran nya yang kalut. Seketika, ia berpikir, ingin membuat supir taksi dengan berpura-pura memesan taksi. “Taksi, saya butuh taksi, posisi saya di bioskop Gembira, jemput saya sekarang juga!!”.. “Baiklah bu, 15 menit lagi supir taksi kami akan menjemput ibu di lokasi”, jawan sang operator taksi. Setelah memesan taksi, perasaan sang wanita menjadi lebih senang karena sukses menipu supir taksi yang sekarang sedang melaju menuju lokasi nya, pikir nya, setelah supir taksi datang, ia akan bersembunyi, membuat supir taksi tersebut adalah hal yang diinginkannya. 15 menit berlalu, 20 menit, 30 menit, bahkan 1 jam telah berlalu, tapi supir taksi yang ia pesan tak datang juga. Karena hal ini sang wanita kembali menjadi sangat kesal, ia berpikir hari ini ia sangat sial, tertipu sampai 2 kali.. kesal juga sampai 2 kali... Keesokan paginya, wanita tersebut menonton sebuah berita mengenai kecelakaan supir taksi yang melaju terburu-buru menuju bioskop yang sama dengan yang wanita tersebut datangi. Seketika wanita tersebut terkejut dan sangat menyesal... Dari cerita ini, sama halnya dengan kehidupan kita sehari-hari yang sangat rentan dengan akibat dari pemikiran kita yang tidak panjang, seketika perbuatan yang kita lakukan tanpa pikir panjang, tak jarang merugikan pihak lain, walau sebenarnya niat kita tidak merugikan orang lain. Sunarti juga berpesan pada anak-anak remaja yang sebentar lagi lulus SMA, dan meneruskan ke perguruan tinggi. “sebaiknya tidak memilih jurusan karena saran orang lain, tapi dengan minat dan bakat yang kita miliki. Tentunya juga harus mempertimbangkan manfaat & prospek ke depannya. Jangan sampai salah jurusan.” Di Bandung, jauh dari orang tua, Sunarti sering kangen sama orang tuanya,mungkin semua temen2 yang lain juga gitu kali ya, kalo jauh dari orang tua. Suatu ketika, ada seorang anaka yang nakal, sehingga orang tuanya memarahinya, dan sang anak kabur dari rumah karena rasa kesalnya pada orang tuanya yang memarahinya. Beberapa jam kemudian ditengah jalan, sang anak bertemu dengan tukang bakmi yang baik hati. Melihat anak tersebut sedang menagis, tukang bakmi tersebut memberi semangkuk bakmi kepada anak tersebut. Anak tersebut berhenti menangis dan makan dengan lahap. Setelah habis, sang anak mengucapkan beribu2 terimakasih pada si tukang bakmi. Lalu tukang bakmi tersebut berkata pada sang anak “Saya hanya memberikan semangkuk bakmi sama kamu, lalu kamu berterima kasih seribu kali. Sudahkah kamu berterimakasih pada orang tua mu sekali saja, yang telah memberikan kamu ribuan mangkuk nasi dan bakmi? ”.. Cerita ini mengingatkan kita tentang jasa orang tua dan bakti kita. Mengenai bakti kepada orang tua, Sunarti menghimbau pada teman-teman di SAG untuk bisa mengucapkan terima kasih kepada orang tuanya. Sharing kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab. Semoga bermanfaat..

Sabtu, 11 April 2009

Vihara Surya Adhi Guna - Legendaris

Fase Pertama : Awalnya umat Buddha di Rengasdengklok kebhaktian di rumah umat. Kami saat itu kebhaktian dari rumah umat yang satu ke umat yang lain secara bergalian. Saat itu ada kurang lebih tiga rumah umat yang digunakan untuk kebhaktian bersama yaitu: rumah Alm. Mitra s, rumah Alm. Yatna Suwarna dan rumah Alm. Ayah saya.
Fase Kedua : Mengingat umat Buddha di rengasdengklok yang semakin banyak, maka akhirnya, Bp. Eddy Suryana mengambil inisiatif untuk meminjamkan rukonya untuk dijadikan Maha Cetiya di Jl. Berdikari. Pada fase kedua inilah jumlah umat muda-mudi mulai semakin banyak dan makin berkembang.
Fase Ketiga : Pada fase ini mulailah muncul gagasan-gagasan untuk mendirikan Vihara. Vihara Surya Adhi Guna akhirnya selesai diidrikan pada tahun 1984. Pembangunan Vihara ini terlaksana akibat bantuan dari umat Buddha di Rengasdengklok. Saat itu kita membangun Vihara dengan fasilitas dhammasala di bagian depan dan kuti (satu lantai) di bagian belakang. Pada tahun 1997 terjadi kerusuhan yang menyebabkan kerusakan parah pada Vihara kita. Akhirnya dengan bantuan dana umat intern dan luar kota dibangunlah kembali Vihara dengan fasilitas dhammasala di bagian depan dan kuti (tiga lantai) di bagian belakang.



Romo Pannajayo : 6 Macam Kemampuan Bathin Guru Buddha


Kebhaktian Umum, 10 April 2009.
Protokol : Sdri. Wawah Setiono
Penyalaan Lilin Altar : Bp. Aen
Pembacaan Dhammapada : Ibu Soan Encom
Dhammadesana : Romo Pannajayo
Tema : Enam Macam Kemampuan Batin Yang Dimiliki Samma Sambuddha

Namo Buddhaya!!

Enam macam kemampuan yang dimiliki Samma Sambuddha :

1. Kemampuan Batin Secara Fisik
- Diperoleh jauh sebelum mencapai penerangan sempurna.
- Diperoleh dari latihan sammatha bhavana
- Bisa membuat jasmani sebagaimana yang diinginkan.
Contoh : Berwujud dua/lima, berjalan di atas air, menembus bumi, tembok/gunung, dan pergi ke alam kehidupan yang lain.






2. Kemampuan Telinga Dewa
Memiliki pendengaran yang luar biasa, mampu mendengarkan dekat/jauh (melalui pemusatan pikiran) ke semua alam kehidupan. Dengan kemampuan ini beliau mampu mengetahui makhluk mana yang butuh pertolongan, lalu beliau datang memberi khotbah. Khotbah yang diberikan pun sesuai dengan keadaan dan kemampuan si pendengarnya.








3. Kemampuan Mata Dewa
- Mampu melihat makhluk manapun sesuai keinginan
- Dapat melihat tembus pandang, misalnya: menembus tembok
- Melihat sebab akibat perbuatan. Misalnya: Saat ini keadaannya begini, beliau mampu mengetahui apa sebabnya jadi begini.




4. Kemampuan Membaca Pikiran Makhluk Lain
Samma Sambuddha memiliki kemampuan untuk melihat kumpulan karma seseorang dan membaca kemampuan pikiran seseorang. Oleh karena itu, ketika Samma Sambuddha memberikan dhamma, dhamma yang diberikan pun sesuai dengan kemampuan si pendengarnya sehingga dhamma yang diberikan pun tepat sasaran.








5. Mengingat Kehidupan Yang Lalu
- Mampu mengingat kehidupan 1 kali yang lampau, 2 kali yang lampau sampai berjuta-juta kali yang lampau. Baik itu kehidupan masa lalu diri sendiri maupun kehidupan masa lalu makhluk lain.
- Mampu mengetahui asal mula alam semesta.









6. Kemampuan Batin untuk mengetahui cara melenyapkan kekotoran batin (mencapai Nibbana).
Dengan kemampuan ini Samma Sambudha mengetahui hakekat hidup yang sebenarnya.

Kemampuan batin 1 s/d 5 dapat diperoleh sebelum mencapai penerangan sempurna.
Kemampuan batin yang keenam hanya dapat diperoleh oleh para arahat dan oleh Samma Sambuddha.

Demikian ringkasan kebaktian umum tanggal 10 April 2009. Semoga bermanfaat bagi kita semua.


Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia
Sadhu...! Sadhu...! Sadhu...!

Kamis, 09 April 2009

Kumpulan Dhamma By SMS

30 april 2009
Seorang yogi berkata pada muridnya:
"Hendaknya di waktu muda, nikmatilah hidup sambil menjalankan Dharma dengan penuh semangat dan tanpa henti. Karena kelak di usia tua, anda akan menjadi lemah. Bahkan doa-doa mu tak akan terdengar oleh kutu-kutu di rambutmu."
(Bhante Cakra)

Selasa, 07 April 2009

Yessica Felicia Sutiono : Suara Hati

Kebhaktian Remaja 04 April 2009
Protokol : Ratna Sari
Penyalaan Lilin Altar : Indra
Pembacaan Dhammapada : Antoni dan Shidi (Gatha 143)
Dhamma Duta : Yessica Felicia Sutiono
Tema : Dengarkanlah Suara Hatimu

Namo Buddhaya

Maaf teman-teman, mungkin banyak dari teman-teman semua yang menunggu ringkasan kebhaktian ini. Sekali lagi maaf ya, keterlambatan ini disebabkan kami sibuk menyiapkan acara drama untuk acara waisak nanti.

Malam ini saudari yesi membuka acara sharing dhamma dengan games. Games dengan menggunakan bantalan duduk dan paku paying ini membutuhkan dua orang sukarelawan (Sdra. Shidi dan Sdri. Levina) untuk menjalankan permainan ini.

Ilustasi permainan sebagai berikut :

1.Bantalan duduk dijadikan pembatas dan paku payung disebarkan diantara bantalan tersebut.

2.Kemudian kedua sukarelawan di perintahkan untuk berjalan dengan mata terbuka dijalan yang tersebar paku payung Para sukarelawan harus berjalan diantara bantalan duduk, tidak boleh melewati bantalan duduk. Sdra Shidi dan Sdri. Levina berjalan dengan hati-hati agar tidak terkena paku payung. Kedua sukarelawan berhasil menjalani games ini dengan baik (tanpa ada yang terluka) dalam waktu yang cepat.
3.Sekarang pada games kedua, Sdri. Yesy menutup mata Sdra. Shidi dan meminta Sdra. Shidi kembali melewati jalan yang tersebar paku payung. Pada tahap ini Sdri. Shidi berjalan dengan mata tertutup dan berjalan sesuai dengan tuntunan perintah Sdri. Levina. Sdra. Shidi harus percaya bahwa Sdri. Levina akan menuntunnya dengan hati-hati dan benar sehingga ia terhindar dari paku payung. Mereka melewati games dengan baik juga, tetapi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan games pada games kedua lebih lama dibandingkan dengan games pertama.

Kesimpulan games :

*Paku Payung diibaratkan kesulitan dan masalah yang kerap kita peroleh selama menjalani kehidupan ini.
*Pada games pertama dapat dilihat dengan mata terbuka kita dapat melewati paku payung (masalah) dengan cepat dan mudah. Nah.., seperti itulah diri kita bila saat diterpa masalah akan begitu mudah menyelesaikannya apabila kita melihat permasalahan tersebut dengan baik dan jelas.
*Sedangkan pada games kedua mengilustrasikan bahwa ketika kita diterpa masalah kita membutuhkan pertolongan teman untuk menyelesaikannya. Teman yang baik dan bijaksana akan menolong kita melewati masalah tersebut. Di kehidupan bermasyarakat seperti ini terkadang ada masalah yang sukar untuk dilihat jelas oleh kita. Begitu susahnya diselesaikan terkadang masalah ini membuat diri kita depresi atau stress. Disinilah teman baik dan bijaksana akan berperan untuk membantu kita.
*Terkadang yang membantu ini terkadang bukanlah sesosok orang yang nyata, yang sering kita sebut kawan atau teman. “Ia” bukanlah orang yang jauh atau tak dikenal oleh kita. Teman baik dan bijaksana itu terkadang ternyata adalah suara hati kita. Hanya saja dalam menyelesaikan masalah kita suka tidak mau mendengarkan suara hati kita.

Setelah acara games ini, Sdri. Yesi bercerita kisah tentang seseorang yang memutuskan sesuatu dengan suara hatinya. Cerita ini diceritakan guna menyadarkan kita betapa perlunya kita mendengarkan suara hati kita.

Pada jaman dahulu, di jaman perang terdapat dua orang pemuda yang bersahabat baik. Mereka berdua merupakan serdadu perang yang sedang bertugas melawan musuh. Pada suatu hari, ketika Serdadu A dan B menyerbu daerah musuh, mereka dibombardir oleh meriam musuh. Mereka berusaha untuk menghindari kepungan musuh untuk menyelamatkan diri. Serdadu A selamat dan kembali ke markasnya bertemu dengan Letnannya, sedangkan serdadu B masih terperangkap di daerah musuh dan kemungkinan meninggal ditembak musuh.

Serdadu A yang sangat setia dengan temanya menemui Letnannya untuk meminta ijin agar diperbolehkan kembali ke daerah lawan untuk membawa pulang serdadu B. Sang Letnan lalu berkata, “ Bodoh kamu, sebaiknya kamu jangan pergi kesana karena mungkin malah kamu juga akan turut meninggal juga. Lagi pula temanmu sudah mati, untuk apa kamu mencarinya lagi?.” Serdadu A berkata, “Iya.., Letnan benar. Mungkin saja saya akan tertembak mati. Tetapi saya ingin menguburkan mayat teman saya dengan terhormat.” Letnan itupun pasrah dan merelakan serdadu A pergi mencari serdadu B.

Serdadu A berangkat dengan gagah berani dan benar saja dia tertembak oleh musuh. Akhirnya Ia pulang dengan terluka parah sambil membawa mayat temannya. Melihat keadaan serdadu A, Letnan kembali berucap dengan marahnya, “Benarkan apa kata saya?. Kamu ini sungguh bodoh, tidak mau mendengarkan apa kata saya. Hem.., pasti sekarang kamu menyesal tidak mendengarkan kata-kata saya.”

Tetapi serdadu A menjawab dengan tenangnya bahwa ia tidak akan pernah menyesali keputusannya. Serdadu A berkata bahwa ia bertemu dengan serdadu B dalam keadaan sekarat. Pada saat akan menghembuskan napas terakhir, serdadu B berkata, “Hai.., temanku aku tahu kamu pasti akan datang menolongku.” Oleh sebab itu, serdadu A tidak pernah menyesal walaupun sudah terluka karena ternyata temannya serdadu B sedang sekarat menanti pertolongannya.

Oleh sebab itu, ada kata-kata bijak dengarkanlah suara hatimu bila kamu berada diantara dua keputusan yang dilema. Dengan mendengarkan suara hatimu, kamu tidak akan pernah menyesali apapun yang telah kamu lakukan dan putuskan. Untuk memperoleh suara hati yang baik, Pertajamlah suara hatimu dengan kebijaksanaan. Dengan suara hati yang baik kamu dapat menyelesaikan masalah dengan bijak tanpa ada penyesalan sedikitpun.

Demikian isi kebhaktian pada hari sabtu, tanggal 04 April 2009, semoga ringkasan ini bermanfaat bagi kita semua.

SABBE SATTA BHAVANTU SUKHI TATTA
SADHU…! SADHU…! SADHU…!

Sabtu, 04 April 2009

Pengumuman dari Bpk. Hemarta

Kebhaktian Umum Tanggal 03 April 2009
Protokol : Romo Pannajayo
Penyalaan Lilin Altar : Grace Chandra
Pembacaan Dhammapada : Ibu Encun
Pengumuman : Bpk. Hemarta & Romo Pannajayo

Namo Buddhaya
Tak terasa satu minggu telah berlalu, hari ini kembali kami akan mengulas mengenai kebhaktian umum di Vihara kita yang tercinta, Surya Adhi Guna. Pada malam ini, kebhaktian umum tidak diisi dengan Dhammadessana karena Yang Mulia Bhante dari Vihara Dhammacakka (Sunter) tidak dapat hadir. Pada hari ini juga umat yang hadir tidak terlalu banyak, karena sebagian dari umat kita telah pergi ke Vihara Buddha Sasana. Mereka datang untuk menghadiri acara ulang tahun SIN BENG SHIA JIN KONG (VIHARA BUDDHA SASANA).
Untuk mengisi kekosongan acara malam ini, Bpk Hemarta memberikan pengumuman mengenai :
1. Perayaan waisak pada tahun ini akan dirayakan sebanyak tiga kali yang terdiri dari :
- Tgl 8 Mei 2009, hari jumat akan dilaksanakan acara Dhammasanti Waisak. Pada malam tersebut akan digelar drama, tari-tarian, dan nyanyi-nyanyian.
- Tgl 9 Mei 2009 akan dilaksanakan kebhaktian untuk menyambut detik-detik waisak.
- Tgl 15 Mei akan dilaksanakan acara perayaan waisak yang akan dihadiri oleh Yang Mulia Bhante Surya Bhumi.

2. Memperkenalkan blog SAG http://suryaadhiguna.blogspot.com kepada umat. Selain itu Bapak Hemarta juga memberitahukan bahwa SAG akan menerbitkan sebuah buletin. Smoga saja rencana ini lancar terlaksana.

3.Perkenalan dengan Ketua MBI Jawa Barat, Bpk Ang Tiong Hin. Bpk Ang datang ke Rengasdengklok dalam rangka menghadiri sejit Vihara Buddha Sasana. Pada acara ini, Bpk Ang menjelaskan bahwa seseorang hanya boleh menjabat sebagai ketua MBI selama dua periode berturut-turut. Selain itu juga, dibahas mengenai kursus-kursus yang akan dilaksanakan di Vihara Vimala Dharma, Bandung. Kursus-kursus ini diadakan untuk menghasilkan suatu manajemen kepengurusan MBI yang lebih baik.

Malam ini Romo Pannajayo mengumumkkan tentang Seminar dalam rangka penggalangan dana pembangunan Vihara Sanghamitta, Karawang. Seminar dengan topik :
"Mengapa Ada Kemelekatan?" akan diselenggarakan:

Hari/tgl: Kamis/16 April 2009
Jam : 18.00 s/d selesai
Tempat : di Restaurant Alam Sari
Jl. Tarumanegara Interchange Tol Karawang Barat, Karawang

Pembicara : - Bhikkhuni Santini
- Bro. DR. Tan Ho Soon
- Dra. Lanny Anggawati
Info/Undangan:
Sukma W(081906610168)
Tatang Y(0817868881)
Budi P(08567101055)

Note: Dana amal dpt disalurkan ke rek no. 109 0738999 BCA Karawang an Bhikkhuni Santini.

Untuk Umat SAG yang mau ikut segera mendaftar ke Romo Pannajayo atau Mas Yono
paling lambat tanggal 10 April 2009.

Semoga informasi ini bermanfaat, Terima Kasih.

SABBE SATTA BHAVANTU SUKHI TATA!!
SADHU...! SADHU...! SADHU...!

Search