Protokol : Radhita
Dhammapada : Dwi & Indra
Lilin Altar : Yessica F.S.
Pengarah diskusi : Tommy
Penulis : Tommy
Kebaktian hari Sabtu, 2 Mei 2009 kali ini bertepatan dengan hari pendidikan. Maka dari itu, Saya, yang hari ini diminta untuk mengisi Dhammadesana kebaktian remaja, mengajak para umat untuk berdiskusi tentang pendidikan. Kenapa berdiskusi, karena ada 3 tradisi penting dalam Buddha – Dhamma, yakni :
1. Baca Parrita / mengulang ajaran Guru Buddha.
2. Berdiskusi Dhamma / Ajaran Guru Buddha.
3. Meditasi.
Dengan tradisi tersebut, saya mengarahkan diskusi tentang pendidikan yang kita rasakan dari masa kecil hingga sekarang.
Pada kebaktian kali ini umat yang hadir cukup banyak, mungkin lebih dari 50 orang.
Untuk membagi kelompok diskusi, kelompok dibagi dengan cara pertanyaan sederhana, yakni, kelompok yang sewaktu masa kecil ( masa SD ) sangat niat sekolah, rajin, tanpa harus disuruh oleh orang tua. Ada lebih dari 50 orang yang hadir pada kebaktian kali ini, tapi hanya ada 5 orang yang menyatakan diri nya semasa kecil rajin bersekolah. Grace, Sri Rahayu, Dewi, Angga & Nitta. Hanya kelima orang ini yang dari masa kecil memiliki motivasi untuk belajar ke sekolah.
Kelompok selanjutnya, kelompok yang semasa kecil tidak punya motivasi, bahkan gak kepengen sekolah, dari pertanyaan yang saya tanyakan, tak seorang pun yang menyatakan diri nya semasa SD malas atau bahkan tidak mau sekolah. Saya rasa dari 45 orang ini saya sangat yakin pasti beberapa pasti malas untuk bersekolah, tapi karena gengsi mungkin, jadi tidak ada yang menyatakan dirinya malas untuk sekolah semasa kecill.
Kelompok terakhir, adalah kelompok yang semasa SD, biasa-biasa saja, dalam arti, ya ada males nya, ada rajin nya, tergantung mut, ada juga yang ke sekolah karena paksaan orang tua, ada yang karena ke sekolah ingin bermain bersama teman yang lainnya dan banyak alasan lainnya, yang kesekolah bukan karena motivasi nya untuk betul-betul belajar.
Dari 50 orang yang hadir :
5 Orang menyatakan rajin dan punya motivasi untuk sekolah.
45 orang lainnya, menyatakan ya biasa – biasa saja.
Perbandingan yang saya rasa sangat signifikan. Hanya ada 10 % anak – anak yang sejak SD mempunyai kesadaran yang tinggi untuk belajar.
Dari 45 orang dibagi menjadi 3 kelompok besar, sekitar 15 orang masing-masing dalam satu kelompok.
Setelah kelompok sudah siap untuk berdiskusi, saya melemparkan pertanyaan pada kelompok yang selanjutnya akan mereka diskusikan.
Pertanyaan :
1. Untuk kelompok yang menyatakan dirinya rajin : Kenapa dari masa SD sudah
punya kesadaran untuk rajin & niat sekolah?
Untuk kelompok yang biasa saja, ya kenapa kurang termotivasi untuk datang ke sekolah?
2. Untuk kedua kelompok, Cita – cita atau angan – angan apa yang semada SD dipikirkan?
3. Seberapa pentingkah pendidikan?
Tiga pertanyaan tersebut dilemparkan pada kelompok dalam waktu 5 menit, setelah itu juru bicara dari masing2 kelompok akan memaparkan jawaban mereka pada 3 pertanyan tersebut. Yang agak berbeda pada diskusi-diskusi sebelum nya, kali ini saya sendiri memilih juru bicara dari masing-masing kelompok, kenapa? Karena banyak orang yang mempunyai potensi berbicara di depan umum tapi biasanya, saat diskusi mereka hanya diam, mengandalakan temannya yang sudah biasa berbicara. Pada diskusi kali ini, saya menunjuk secara acak dan mendadak pada saat kelompok tersebut mendapat giliran.
Untuk kelompok yang biasa saja, ya kenapa kurang termotivasi untuk datang ke sekolah?
Fanny : Saya biasa-biasa aja ke sekolah, karena mama saya juga gak menekankan untuk jadi juara kelas, yang penting setelah lulus sekolah , gak bodo- boda banget.
Nanda: Biasa – biasa aja, karena emang tidak ada yang terlalu menarik di sekolah.
Adrian: Sekolah itu kadang ada Mut dan gak Mutnya, kalo lagi mut, ya jadi rajin, tapi kalo gak mut, ya males belajar, kalo dari orang tua saya she, mama saya sering nyuruh saya belajar.Tapi ya balik lagi sama Mut nya tadi.
Errick: Saya memang dari kecil males untuk pergi ke sekolah.
Untuk kelompok yang menyatakan dirinya rajin : Kenapa dari masa SD sudah punya kesadaran untuk rajin & niat sekolah?
Sri Rahayu : Kenapa dari kecil rajin ke sekolah, karena banyak hal menyenangkan di sekolah, trus lagi kalo saat nya masuk sekolah, kita dapet uang jajan, kalo liburkan, gak dapet…, lalu setiap kenaikan kelas bisa beli tas dan peralatan sekolah yang baru, dan kalo dari masalah belajarnya, sangat termotivasi untuk dapet nilai yang lebih bagus kalo ada temen yang lain dapet nilai lebih bagus dari saya.
Untuk kedua kelompok, Cita – cita atau angan – angan apa yang semada SD dipikirkan?
Grace : Waktu kecil cita-cita saya kepengen jadi Dokter, tapi dengan berjalan seiringnya waktu, pada masa SMA, pelajaran biologi, saya tidak suka pada saat bedah – membedah, ngeliat suntikan aja ngeri, apalagi membedah, jadi saya urungkan niat saya untuk jadi dokter. Lalu terpikir untuk jadi Konsultan kimia, ya dari situ saya masuk ke fakultas teknik kimia di Umniversitas Parahyangan. Setelah lulus saya bekerja beberapa tahun dan sekarang saya membantu usaha orang tua saya. Jadi, cita-cita saya terus berubah, Anicca.
Melissa: Kalo saya mah, pengen jadi apa aja, yang penting bisa ngebahagiain orang tua.
Sidhi: Saya pengen jadi apa aja deh yang penting bisa ngebahagiain orang tua. Abisnya kalo mikirin cita-cita, keburu pusing kalo ngeliat nilai-nilai di sekolah. Jadi dokter, nilai biologi saya jelek, jadi arsitek, nilai matematika juga jelek. Pusing lah kalo mikirin cita – cita.
Irwin: Waktu kecil , cita-cita saya kepengen jadi tentara, karena seru maen tembak-tembakan, tapi sekarang saya malah takut tembak-tembakan.Jadi cita-cita saya sekarang , masih bingung.
Errick: Kalo dari kecil, saya gak punya cita-cita. Tujuan saya Cuma satu, mengikuti procedural keluarga saya, yakni, lulus SD, SMP, SMA dan S1, setelah itu cita-cita saya sekarang adalah punya duit banyak.
Sri Rahayu: Sebagian anak bilang mau ngebahagiain orang tua, tapi sebagian bilang gak dipaksa sama orang tua untuk dapet nilai bagus/dapet juara kelas, tapi justru yang bisa anak-anak yang masih sekolah lakuin untuk membahagiakan orang tua, ya dengan dapet nilai yang bagus.
Seberapa pentingkah pendidikan?
Yessica F.S.: Pendidikan penting banget, apalagi jaman sekarang.
Antoni: Pendidikan formal gak gitu penting, contoh nya mama saya , Cuma lulusan SD, tapi bisa sekolahin anak nya sampe lulus universitas.
Tommi E : Pendidikan formal penting, tapi ada gak pentingnya juga, contohnya bahasa sunda, buat apa kita belajar bahasa sunda?pas kerja kan gak kepake.Lalu pada matematika, buat apa kita belajar MATRIKS? Jadi pendidikan formal itu harusnya, pendidikan yang penting dan kepake pas kita lulus sekolah nanti untuk bekal kerja.
Errick: Pendidikan sangat penting. Jaman dulu mungkin orang lulus SD bisa punya toko, bisa sekolahin anak-anaknya sampe tinggi, tapi jaman sekarang sulit.,tanpa pendidikan, anda akan jadi sampah!
Dewi: Pendidikan penting.
Nitta: Pendidikan sekolah sangat penting baik yang formal/informal.
Angga: Kalo pendidikan nya bagus, pasti masa depan nya bagus.
Sri Rahayu : pendidikan formal n informal itu menurut saya penting banget
kenapa formal penting ? y karena klo kita ga skul, pasti otak kita itu jd tumpul
jd klo bisa, sekolah itu harus setinggi2nya
ampe s2, s3, s4, atau bahkan es teler kalo ada
selama mash sanggup biaya nya dan ada niat, harus skolah setinggi2nya
terus yg informal knp penting??
ya karena pendidikan formal yang ga di barengin sama pendidikan nonformal itu, ga bagus juga
contoh : ada anak yang di skul nya pinterrrrr banget tapi sopan santun nya ga ada
kan sopan santun itu lebih di ajarin di home
terus contoh nya ke vihara
meskipun pinter tapi moral nya jelek pun jadi ga bagus
jadi harus sama seimbang antara pendidikan formal & nonformal ,jadi intinya dua-dua nya itu penting!
Banyak sekali opini tentang pendidikan , orang tua kita akan bangga jika anak-anaknya sekolah tinggi, dari status sosial, saya sendiri, memandang pendidikan sangat penting,
Pendidikan yang dimaksud bukan hanya pendidikan uang didapat di sekolah, tapi juga pendidikan dari orang tua, pendidikan dari orang tua, vihara, kursus, seminar, organisasi, tempat kerja, dan lain-lain.
seperti pada Manggal Sutta,
Berpengetahuan dan berketerampilan,
Terlatih baik dalam tata susila,
Dan bertutur kata dengan baik,
Itulah berkah utama.
Guru Buddha, pada manggala sutta menyatakan bahwa pendidikan sangat penting. Untuk kualitas kehidupan yang lebih baik. Dengan semakin majunya pendidikan, semakin maju pula teknologi, tapi proses ini belum tentu pula diimbangin dengan kemajuan kualitas hidup manusia. Kenapa? Karena hasil dari teknologi seperti pisau, apabila digunakan dengan benar, pisau akan sangat bermanfaat, jika difungsikan sebagai pemotong sayuran, buah , tambang dll.. tapi pisau juga juga bisa digunakan sebagai alat pembunuh. Pada teknologi yang sekarang sangat berkembang, yakni internet, internet sangat bermanfaat dalam hal informasi, tapi internet juga bisa disalah gunakan pada penggunaan situs-situs dewasa, virus dan penipuan kartu kredit. Pembuat situs-situs tersebut, orang pintar, apa orang bodoh?
Yang pasti mereka adalah orang pintar, tapi tidak memiliki prinsip :
kemajuan teknologi = kemajuan kualitas hidup
Sama hal nya dengan pendidikan, pendidikan yang baik menghasilkan teknologi yang baik, tapi hasil dari teknologi harus betul-betul didasari pada dasar nya, yakni kemajuan teknologi untuk kemajuan kualitas hidup.
Semoga terus maju pendidikan Bangsa, pendidikan Umat Buddha, dan terus mengembangkan teknologi demi kemajuan kualitas hidup.
Semoga Bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar