Protokol : Ratna Sari
Penyalaan Lilin Altar : Tri Atmaja (Yang-Yang)
Pembacaan Dhammapada : Melisa dan Nita
Penyampaian Dhammadessana : Bapak Hemartha Virya Jaya
(Ketua MBI Cab. Rengasdengklok)
Penulis : Grace Chandra
Svathi Hottu, Namo Buddhaya
Sekitar lima tahun yang lalu Bapak Hemertha pernah mengisi dhammadessana di kebhaktian remaja. Kebhaktian remaja saat ini dibandingkan dengan lima tahun yang lalu mengalami kemajuan dalam hal kualitas walaupun kuantitasnya masih tidak terlalu jauh meningkat. Kemajuannya saat ini para remaja tidak ada yang berkeliaran atau berbicara di luar pada saat kebhaktian sudah dimulai. Ini merupakan kemajuan kualitas yang sangat bagus dan perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi.
Setelah itu, Bapak Hemartha meneruskan dhammadessananya dengan bertanya “Apakah kalian semua mempunyai kenangan dalam hidup ini?.” “Ya, pasti kalian mempunyai kenangan dalam hidup ini, baik kenangan baik ataupun kenangan buruk.” Kenangan-kenangan indah biasanya tidak mudah dilupakan sehingga terkadang terbawa mimpi, sedangkan kenangan buruk biasanya tidak ingin kita ingat-ingat kembali.
Bapak Hemartha mempunyai kenangan indah yang tidak terlupakan. Kenangan ini terjadi sekitar 20 tahun yang lalu, ketika beliau berbicara dengan Bhante Uttamo. Saat itu dalam perjalanan mengantar Bhante Uttamo ke daerah Indramayu yang memakan waktu ± 3-4 jam, Bapak Hemartha menanyakan sesuatu kepada Bhante Uttamo. Beliau bertanya tentang bagaimana cara beliau agar dapat mengetahui kelahirannya di masa lalu.
Bhante Uttamo mengatakan Beliau mempunyai cara agar seseorang dapat mengetahui kehidupannya di masa yang lalu. Bapak Hemartha sungguh antusias mendengar jawaban ini lalu beliau kembali bertanya bagaimana caranya. Bhante Uttamo berkata, “Ko Cacan (nama panggilan sehari-hari Bapak Hemartha) mudah untuk mengetahui kehidupan kita di masa lalu. Caranya cukup mudah setiap pagi hari, Ko Cacan harus ingat kaki mana yang pertama kali menyentuh lantai ketika ko Cacan bangun dari tempat tidur.” Bapak Hemartha berpikir cara ini cukup mudah, anak kecil pun dapat melakukannya.
Keesokan harinya, Bapak Hemartha mulai mempraktekkan apa yang dikatakan Bhante Uttamo kepadanya. Hari demi hari pak Hemarta, melewatinya dengan memperhatikan kaki pertamanya yang menyentuh lantai. Akhirnya hari terus berjalan dan tiba pada hari ke tiga belas, Bapak Hemartha lupa dengan kaki apa dia pertama kali menginjak lantai. Akhirnya selesai dan terhentilah pengamatan beliau selama ini. Semenjak saat itu, Beliau tersadar bahwa sebenarnya apa yang terjadi pada beliau di kehidupan masa lalu tidaklah penting untuk diketahui.
Yang penting dan yang harus kita jalani penuh dengan perhatian adalah kehidupan kita saat ini. Masa lalu hanyalah suatu kenangan sedangkan masa depan masihlah misteri. Oleh sebab itu, kita harus mawas diri dalam kekinian. Perbuatlah kebajikan sebanyak mungkin di masa saat ini. Ingatlah kita memang perlu cita-cita setinggi langit (masa depan) tapi tetaplah melangkah pada saat ini. Marilah berjuang dalam kekinian.
Semoga Bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar