Protokol : Nanda
Lilin Altar : Yessica F.S.
Dhammapada : Niraja & Nita
Dhammadesana : Grace Chandra
Penulis : Tommy
Seperti minggu-minggu sebelumnya, umat remaja yang hadir pada hari ini tidak terlalu banyak, hanya sekitar 20 an. Tapi semangat belajar Dhamma begitu terasa tatkala Grace terus memotivasi para remaja untuk terus belajar.
Pada pembukaan Dhammadesananya, Grace meminta para umat untuk duduk melingkar untuk menciptakan kesan kebersamaan antar umat yang hadir. Alih-alih umat bersiap-siap mendengarkan, Grace memulainya dengan pernyataan : “ Baru-baru ini kita semua merayakan hari makan bacang. Orang tua kita sengaja setiap tahun melakukan upacara persembahyangan untuk para leluhur. Temen-temen ada yang tau, apa tujuan persembahyangan untuk leluhur? ”.. Para remaja yang hadir, terdiam sejenak. Lalu Grace memulai ceritanya dengan membuka sebuah buku yang ia dapat dari Y.L. Samanera Abhasaro, yakni sebuah buku yang merupakan bagian dari Sutta-pitaka, Khuddkapatha pada bab VII Tirokuddasuttam mengenai khotbah di luar dinding.
Suatu hari ketika Guru Buddha memasuki Rajagaha, Raja Bimbisara mengundang Yang Terberkahi untuk menerima dana dari Raja Bimbisara. Setelah menyerahkan dana kepada Yang terberkahi,
Sang Raja sibuk memikirkan di mana seharusnya Guru Buddha tinggal, apa yang harus Sang Raja lakukan untuk yang terberkahi, Pada malam harinya, Raja Bimbisara Mendengar suara raungan sedih yang menakutkan hingga pada pagi hari nya, Sang Raja yang merasa terganggu membicarakan hal tersebut pada Guru Buddha, “Yang mulia Bhante, saya mendengar suara sedemikian rupa semalam, apa yang akan terjadi padaku?” Lalu yang terberkahi menjawab, “ Jangan takut Raja yang agung. Tak ada celaka yang datang dari hal itu. Yang terjadi adalah, ada sanak saudaramu di masa lampau yang telah terlahir kembali di antara makhluk halus. Dan selama satu interval Buddha mereka selalu mengharapkan engkau memberikan dana kepada yang tercerahkan dan kemudian membaktikan jasa kebajikan itu kepada mereka. Namun kemarin engkau tidak melakukannya. Karena mendapati harapan mereka telah sirna, mereka mengeluarkan lengkingan yang mengerikan itu. ” Lalu Yang terberkahi menceritakan tentang khotbah diluar dinding.
Oleh siapa khotbah itu diucapkan? Di mana? Kapan? Dan mengapa demikian? Dapat dinyatakan bahwa khotbah tersebut disampaikan oleh yang terberkahi. Dan tempatnya adalah Rajagaha [202] sehari setelah [ kedatangan beliau di Rajagaha] dengan tujuan memberikan berkah Nya untuk Raja Magadha.
92 Kalpa yang lalu ada sebuah kota bernama Kasi. Raja nya bernama Jayasena, sedangkan ratunya bernama Sirima. Seorang Bodhisatta ( Makhluk yang bertekad untuk mencapai pencerahan ) bernama Phussa berada dalam kandungan Ratu. Setelah akhirnya Bodhisatta itu mencapai pencerahan penuh, Raja Jayasena menjadi sangat melekat pada pemikiran “ Putra ku telah meninggalkan keduniawian yang agung. Dia telah menjadi Buddha ( yang tercerahkan ). Buddha adalah milikku, Dhamma adalah milikku, Sangha adalah milikku. Sepanjang waktu, Raja sendirilah yang melayani beliau, dan tak seorangpun diberi kesempatan untuk melakukan hal itu.Tiga adik tiri dari ibu lain berpikir, Para Buddha muncul untuk manfaat seluruh dunia, bukan untuk manfaat satu orang saja. Tetapi ayah kami tidak memberikan kesempatan kepada siapapun untuk melayani beliau. Bagaimana kami dapat merekayasa agar kami bisa melayani yang terberkahi? ” Lalu mereka membuat seolah-olah ada pergolakan di daerah perbatasan dan Raja mengirimkan ketiga putranya itu untuk mengamankan daerah tersebut. Setelah berhasil Raja pun merasa senang dan menawarkan hadiah kepada mereka, “ Apapun yang kalian inginkan, ambilah! ” Kata Raja, Mereka menjawab : “ Kami ingin melayani yang terberkahi.” “Ambil lainnya kecuali itu” mereka bersikeras, “ kami tidak menginginkan apapun lainnya.”,“Kalau demikian, ambilah! Tapi tentukan batas waktunya.“ Mereka meminta 7 tahun, tetapi Raja tidak mengijinkannya, mereka meminta secara berturut-turut, 6,5,4,3,2,1 tahun , 7 ,6,5,4 bulan sampai akhirnya menurun menjadi 3 bulan. Kemudian Raja berkata : “ Kalian boleh mengambilnya, ” dan ketiga putra diijinkan untuk melakukan hal itu.
Setelah permohonannya dikabulkan, ketiga saudara tiri Yang terberkahi sangat puas. Mereka mendatangi Yang terberkahi dan memberikan hormat kepada Beliau, mereka berkata, “ Yang mulia, kami ingin melayani yang terberkahi selama tiga bulan masa musim hujan ini. ” Yang terberkahi memberikan persetujuan dengan berdiam diri.
Maka mereka mulai mengirimkan surat pada pegawai Negara untuk membangun suatu tempat tinggal dan menyiapkan kebutuhan Yang terberkahi. Setelah mengenakan pakaian berwarna kuning, bersama dengan dua ribu lima ratus abdi, ketiga putra raja itu mengiringi Yang terberkahi kesana dan melayani Yang terberkahi dengan penuh perhatian. Bendahara mereka seorang putra perumah tangga yang sudah menikah adalah orang kepercayaan dan memiliki keyakinan. Maka dia pun mengurus dan memberikan materi untuk dana bagi Sangha yang di pimpin oleh Yang terberkahi. Pejabat itu menerima semua yang dikirimkan, dan bersamaan dengan sebelas ribu orang dari daerah pedesaan dia menyuruh agar dana makanan disiapkan dengan seksama. Namun beberapa dari orang-orang ini bukan orang yang setia. Orang-orang ini menghalangi permberian makanan, bahkan mereka sendirilah yang makan makanan yang seharusnya diberikan, dan malah membakar ruang makan.
Raja, Putra Raja, Si Pejabat dan Si Bendahara meninggal pada saatnya. Dengan para pengikutnya, mereka terlahir kambali di surga, sedangkan orang-orang yang tidak setia itu terlahir kembali di neraka-neraka. Demikianlah 92 kalpa berlalu, sementara dua kelompok itu masing-masing terus terlahir dari surga ke surga dan dari neraka ke neraka.
Sampai pada akhirnya di kalpa yang membawa keberuntungan ini, pada zaman Buddha Kassapa. Mereka yang tidak setia itu terlahir kembali di antara makhluk halus. Ketika manusia memberikan dana makanan untuk sanak saudara mereka yang telah meninggal, mereka membaktikan jasa kebajikannya demikian : “ Biarlah ini untuk sanak- keluarga kami. ” Dengan cara demikian sanak – keluarga itu memperoleh keelokan. Ketika makhluk-makhluk halus itu melihat hal tersebut mereka mendatangi Buddha Kassapa dan bertanya pada Beliau : “Yang Mulia Bhante, bagaimana caranya agar kami juga bisa memperoleh keelokan seperti itu? ” Buddha Kassapa menjawab: “ Di masa depan, akan ada yang tercerahkan yang bernama Gaotama. Pada zaman Yang terberkahi Gaotama itu, akan ada seorang raja yang bernama Bimbisara. 92 Kalpa yang lalu itu, dia adalah sanak – saudaramu. Setelah memberikan dana makanan kepada yang tercerahkan, raja Bimbisara akan membaktikan jasa kebajikannya untuk kalian. Pada saat itulah kalian akan memperolehnya.”
Dari cerita Yang Terberkahi itu kemudian Raja Bimbisara meminta Yang terberkahi untuk menerima undangan pada hari berikutnya.
Keesokan harinya, setelah dana makanan disiapkan, Yang terberkahi membuat para makhluk halus tersebut tampak kelihatan oleh raja Bimbisara dan semuanya tampak terlihat oleh Raja. Ketika membaktikan kebajikannya : “Biarlah ini untuk sanak-saudara”.
Pada waktu itu juga kolam yang tertutup teratai muncul bagi para makhluk halus. Mereka pun mandi dan minum, akhirnya kelelahan dan kehausan mereka mereda dan berubah menjadi keemasan. Ketika memberika bubur, hidangan dan makanan, Raja juga membaktikan jasa kebajikannya itu. Dan pada saat yang sama itu juga, makanan surgawi muncul bagi mereka. Begitu juga pada saat membaktikan tempat tinggal dan pakaian. Stelah makan Yang Terberkahi mengucapkan syair diluar dinding mereka berdiri dan menunggu” dengan tujuan memberikan berkah pada Raja Magadha.
Dari cerita di balik dinding tersebut, bisa ditarik kesimpulan bahwa, perbuatan apapun yang kita lakukan, perbuatan baik yang sedikit akan berakibat besar, begitu juga dengan perbuatan jahat yang kita lakukan, akan berbuah besar.
Dan perlu diingat bahwa setiap kebajikan yang kita lakukan, kita limpahkan jasa kebajikan tersebut pada sanak-keluarga yang sudah meninggal dengan harapan apabila ada sanak-saudara yang lahir di alam halus, sanak-keluarga kita dapat menikmati jasa-jasa yang kita limpahkan.
Semoga bermanfaat.
Oleh siapa khotbah itu diucapkan? Di mana? Kapan? Dan mengapa demikian? Dapat dinyatakan bahwa khotbah tersebut disampaikan oleh yang terberkahi. Dan tempatnya adalah Rajagaha [202] sehari setelah [ kedatangan beliau di Rajagaha] dengan tujuan memberikan berkah Nya untuk Raja Magadha.
92 Kalpa yang lalu ada sebuah kota bernama Kasi. Raja nya bernama Jayasena, sedangkan ratunya bernama Sirima. Seorang Bodhisatta ( Makhluk yang bertekad untuk mencapai pencerahan ) bernama Phussa berada dalam kandungan Ratu. Setelah akhirnya Bodhisatta itu mencapai pencerahan penuh, Raja Jayasena menjadi sangat melekat pada pemikiran “ Putra ku telah meninggalkan keduniawian yang agung. Dia telah menjadi Buddha ( yang tercerahkan ). Buddha adalah milikku, Dhamma adalah milikku, Sangha adalah milikku. Sepanjang waktu, Raja sendirilah yang melayani beliau, dan tak seorangpun diberi kesempatan untuk melakukan hal itu.Tiga adik tiri dari ibu lain berpikir, Para Buddha muncul untuk manfaat seluruh dunia, bukan untuk manfaat satu orang saja. Tetapi ayah kami tidak memberikan kesempatan kepada siapapun untuk melayani beliau. Bagaimana kami dapat merekayasa agar kami bisa melayani yang terberkahi? ” Lalu mereka membuat seolah-olah ada pergolakan di daerah perbatasan dan Raja mengirimkan ketiga putranya itu untuk mengamankan daerah tersebut. Setelah berhasil Raja pun merasa senang dan menawarkan hadiah kepada mereka, “ Apapun yang kalian inginkan, ambilah! ” Kata Raja, Mereka menjawab : “ Kami ingin melayani yang terberkahi.” “Ambil lainnya kecuali itu” mereka bersikeras, “ kami tidak menginginkan apapun lainnya.”,“Kalau demikian, ambilah! Tapi tentukan batas waktunya.“ Mereka meminta 7 tahun, tetapi Raja tidak mengijinkannya, mereka meminta secara berturut-turut, 6,5,4,3,2,1 tahun , 7 ,6,5,4 bulan sampai akhirnya menurun menjadi 3 bulan. Kemudian Raja berkata : “ Kalian boleh mengambilnya, ” dan ketiga putra diijinkan untuk melakukan hal itu.
Setelah permohonannya dikabulkan, ketiga saudara tiri Yang terberkahi sangat puas. Mereka mendatangi Yang terberkahi dan memberikan hormat kepada Beliau, mereka berkata, “ Yang mulia, kami ingin melayani yang terberkahi selama tiga bulan masa musim hujan ini. ” Yang terberkahi memberikan persetujuan dengan berdiam diri.
Maka mereka mulai mengirimkan surat pada pegawai Negara untuk membangun suatu tempat tinggal dan menyiapkan kebutuhan Yang terberkahi. Setelah mengenakan pakaian berwarna kuning, bersama dengan dua ribu lima ratus abdi, ketiga putra raja itu mengiringi Yang terberkahi kesana dan melayani Yang terberkahi dengan penuh perhatian. Bendahara mereka seorang putra perumah tangga yang sudah menikah adalah orang kepercayaan dan memiliki keyakinan. Maka dia pun mengurus dan memberikan materi untuk dana bagi Sangha yang di pimpin oleh Yang terberkahi. Pejabat itu menerima semua yang dikirimkan, dan bersamaan dengan sebelas ribu orang dari daerah pedesaan dia menyuruh agar dana makanan disiapkan dengan seksama. Namun beberapa dari orang-orang ini bukan orang yang setia. Orang-orang ini menghalangi permberian makanan, bahkan mereka sendirilah yang makan makanan yang seharusnya diberikan, dan malah membakar ruang makan.
Raja, Putra Raja, Si Pejabat dan Si Bendahara meninggal pada saatnya. Dengan para pengikutnya, mereka terlahir kambali di surga, sedangkan orang-orang yang tidak setia itu terlahir kembali di neraka-neraka. Demikianlah 92 kalpa berlalu, sementara dua kelompok itu masing-masing terus terlahir dari surga ke surga dan dari neraka ke neraka.
Sampai pada akhirnya di kalpa yang membawa keberuntungan ini, pada zaman Buddha Kassapa. Mereka yang tidak setia itu terlahir kembali di antara makhluk halus. Ketika manusia memberikan dana makanan untuk sanak saudara mereka yang telah meninggal, mereka membaktikan jasa kebajikannya demikian : “ Biarlah ini untuk sanak- keluarga kami. ” Dengan cara demikian sanak – keluarga itu memperoleh keelokan. Ketika makhluk-makhluk halus itu melihat hal tersebut mereka mendatangi Buddha Kassapa dan bertanya pada Beliau : “Yang Mulia Bhante, bagaimana caranya agar kami juga bisa memperoleh keelokan seperti itu? ” Buddha Kassapa menjawab: “ Di masa depan, akan ada yang tercerahkan yang bernama Gaotama. Pada zaman Yang terberkahi Gaotama itu, akan ada seorang raja yang bernama Bimbisara. 92 Kalpa yang lalu itu, dia adalah sanak – saudaramu. Setelah memberikan dana makanan kepada yang tercerahkan, raja Bimbisara akan membaktikan jasa kebajikannya untuk kalian. Pada saat itulah kalian akan memperolehnya.”
Dari cerita Yang Terberkahi itu kemudian Raja Bimbisara meminta Yang terberkahi untuk menerima undangan pada hari berikutnya.
Keesokan harinya, setelah dana makanan disiapkan, Yang terberkahi membuat para makhluk halus tersebut tampak kelihatan oleh raja Bimbisara dan semuanya tampak terlihat oleh Raja. Ketika membaktikan kebajikannya : “Biarlah ini untuk sanak-saudara”.
Pada waktu itu juga kolam yang tertutup teratai muncul bagi para makhluk halus. Mereka pun mandi dan minum, akhirnya kelelahan dan kehausan mereka mereda dan berubah menjadi keemasan. Ketika memberika bubur, hidangan dan makanan, Raja juga membaktikan jasa kebajikannya itu. Dan pada saat yang sama itu juga, makanan surgawi muncul bagi mereka. Begitu juga pada saat membaktikan tempat tinggal dan pakaian. Stelah makan Yang Terberkahi mengucapkan syair diluar dinding mereka berdiri dan menunggu” dengan tujuan memberikan berkah pada Raja Magadha.
Dari cerita di balik dinding tersebut, bisa ditarik kesimpulan bahwa, perbuatan apapun yang kita lakukan, perbuatan baik yang sedikit akan berakibat besar, begitu juga dengan perbuatan jahat yang kita lakukan, akan berbuah besar.
Dan perlu diingat bahwa setiap kebajikan yang kita lakukan, kita limpahkan jasa kebajikan tersebut pada sanak-keluarga yang sudah meninggal dengan harapan apabila ada sanak-saudara yang lahir di alam halus, sanak-keluarga kita dapat menikmati jasa-jasa yang kita limpahkan.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar