Kebhaktian Umum, 12 juni 2009
Protokol : Saudari Wawah S.
Penyalaan Lilin Altar : Bapak Aen
Pembacaan Dhammapada : Ibu Lilayani (Gatha 256 dan Gatha 257)
Dhammadesana : Bapak Cornelis Wowor
Penulis : Grace Chandra
Malam ini merupakan malam yang spesial, karena pada malam ini dhammadesana kebhaktian umum Vihara Surya Adhi Guna diisi oleh salah satu orang penceramah terkenal yaitu Bapak Wowor. Kebaktian hari ini, ruang dhammasala dipenuhi oleh umat dari berbagai usia, mulai dari anak-anak, remaja, muda-mudi dan orang tua. Mereka semua menanti-nantikan dhammadesana dari Bapak Wowor.
Bapak Wowor memberikan dhammadesana dengan topik “Kerjakanlah Tugas Kita Sekarang Ini, Siapa Tahu Besok Kita Mati.” Kehidupan kita di dunia ini tidaklah pasti, tapi kematian itu pasti. Saat ini banyak orang yang meninggal mendadak, contohnya: kecelakaan helikopter yang terjadi pada bulan lalu dan hari ini. Tahun lalu pun terjadi kecelakaan pada pesawat yang akan take off. Kecelakaan tersebut banyak memakan korban jiwa, salah satunya yaitu seorang Gubernur yang baru saja menjalani masa kepemimpinan selama satu tahun. Bapak Wowor mengkaji bahwa orang yang sudah mempunyai karma baik dapat menjadi Gubernur saja meninggal apalagi kita-kita yang hanya orang biasa. Kematian pasti suatu saat mendatangi kita semua.
Dahulu pada zaman Buddha, ada seorang Permaisuri Raja yang bertanya kepada Buddha, “Bhante mengapa ada orang yang hidup berusia pendek tetapi ada juga orang yang berusia panjang?.” Lalu Buddha menjawab, “Orang berusia pendek karena pada kehidupan lampaunya,
Ia suka membunuh makhluk hidup sedangkan orang berusia panjang karena pada kehidupan lampaunya, Ia tidak pernah melakukan pembunuhan dan malah sering berbuat kebaikan.” Jadi bila kita ingin berusia panjang pada kehidupan ini kita harus melaksanakan sila pertama pancasila buddhis yaitu tidak melakukan pembunuhan. Setelah itu kita juga harus sering melakukan perbuatan kebaikan seperti menyelamatkan hidup makhluk hidup (Fangshen).
Perbuatan fangshen tidak hanya dapat dilakukan kepada binatang saja, kita juga dapat melakukan fangshen kepada sesama manusia. Fangshen kepada manusia contohnya: Kita membantu seseorang yang nyawanya terancam jika tidak segera dibawa ke Rumah Sakit. Kita menolong orang tersebut secara pribadi atau ramai-ramai dengan yang lainnya dengan mengumpulkan uang agar orang tersebut dapat ke Rumah Sakit. Dengan cara ini kita telah menyelamatkan jiwa seorang manusia. Selain perbuatan di atas, membelikan obat untuk yang sakit dan donor darah juga merupakan contoh fangshen kepada sesama manusia.
Bapak Wowor lalu bercerita tentang kisah nyata mengenai manfaat fangshen. Di Kalimantan Timur bagian Utara tepatnya di kota Tarakan, terdapat suatu keluarga yang anak lelakinya menderita penyakit leukemia. Anak laki-laki tersebut berumur sekitar 12-13 tahun dan merupakan anak laki-laki satu-satunya di keluarga tersebut. Anak laki-laki ini lebih disayang dibandingkan dua saudara perempuannya karena menurut tradisi keluarga tersebut anak laki-laki adalah pembawa nama keluarga (Seh keluarga). Ketika anak laki-laki ini divonis bahwa penyakit leukimianya makin parah karena darah merah sudah kalah jumlahnya dengan darah putih, tentu saja papa, mama dan saudara-saudara perempuannya sangat sedih sekali. Semua cara dilakukan agar anak laki-laki tersebut dapat sembuh.
Pada suatu hari Romo yang cukup terkenal di kota Tarakan datang mengunjungi keluarga tersebut. Papa anak laki-laki tersebut memohon agar Romo membantu anak laki-lakinya agar dapat sembuh dari penyakitnya. Romo pun berkata, “Saya akan membantumu tapi ada persyaratannya yaitu semua keluarga termasuk kamu, istri kamu, anak laki-laki dan kedua anak perempuan kamu harus tidak membunuh makhluk hidup dan melakukan fanghen secara terus menerus. Apakah kamu bisa menaati persyaratan ini?.” Papa anak laki-laki ini pun menyanggupinya. Akan tetapi sang Papa bingung bagaimana caranya anak laki-lakinya dapat melakukan fangshen sendiri karena untuk bangun saja dia tidak bisa (Badan anak laki-lakinya sudah lemas).
Romo itu menjelaskan orang sakit berbadan lemas pun dapat melakukan fangshen dengan jalan berbicara. Romo berkata, “Berikanlah uang pada anakmu dan ketika uang itu sudah ada di tangan anak laki-lakimu katakanlah bahwa uang itu miliknya.” Lalu, biarkan anak laki-lakimu berkata dengan mulutnya sendiri untuk memerintahkan keluarganya agar menggunakan uang tersebut dalam fangshen. Anak laki-lakimu juga harus bertekad dalam dirinya, “Semoga jasa kebajikan yang saya lakukan ini dapat membuat diri saya sembuh dari penyakit yang saya derita saat ini.”
Akhirnya keluarga itu melakukan nasehat Romo itu dan selang beberapa lama kemudian anak itu menunjukan tanda-tanda kesembuhan. Darah merah anak laki-laki tersebut mulai meningkat dan akhirnya anak laki-laki tersebut sembuh dari penyakitnya. Semenjak saat itu, keluarga anak laki-laki tersebut semakin yakin dengan Agama Buddha. Keluarga tersebut sekarang rajin ke Vihara dan sering berbuat kebajikan.
Bapak Wowor juga mengatakan dia menceritakan kisah ini bukan berarti menjamin bahwa bila ada orang yang sakit keras pasti sembuh jika dia melakukan fangshen. Jadi apabila seseorang melakukan fangshen ternyata tidak berbuah pada saat ini, janganlah kecewa. Fangshen adalah perbuatan yang baik, jadi walaupun usaha kita tidak membuahkan hasil sekarang pasti pada kehidupan selanjutnya akan berbuah.
Demikianlah dhammadesana dari Bapak Wowor, selanjutnya acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Pertanyaan-pertanyaan dari umat Vihara Surya Adhi Guna adalah sebagai berikut:
1. Ada umat yang pernah bermimpi bahwa dia melihat papa dan mamanya senang dan ada juga umat yang bermimpi bahwa dia melihat orangtuanya kehausan dan minta minum kepadanya. Mereka semua bertanya, “apakah arti dari mimpi ini dan apa yang harus dilakukan oleh kami selaku buddhis?.”
Bapak Wowor menjawab:
Sungguh beruntung jika di dalam mimpi kita melihat orang tua kita yang telah meninggal berbahagia karena ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan orang tua kita telah terlahir di alam yang berbahagia. Akan tetapi, jika di dalam mimpi kita melihat Almarhum orang tua kita menderita maka ada kemungkinan kalau orang tua kita terlahir di alam peta. Jika orang tua kita memohon minum di dalam mimpi kita, sebaiknya kita berdana minuman kepada seseorang. Setelah melakukan jasa kebajikan tersebut kita limpah kepada orang tua kita, “Semoga dengan jasa kebajikan yang saya lakukan ini semoga orang tua saya tidak menderita kehausan lagi.”
2. Bagaimana karma dari seorang perampok yang selalu merampok harta orang kaya lalu membagikannya kepada orang miskin?.
Bapak Wowor menjawab:
Orang tersebut memiliki karma yang mendua. Hal ini dikarenakan ketika Ia merampok orang kaya maka Ia mempunyai karma buruk dan ketika Ia membagi-bagikan harta kepada orang miskin maka Ia melakukan karma baik. Jadi sebetulnya tidak ada yang namanya orang jahat, yang ada orang yang pernah melakukan perbuatan buruk. Tidak ada pula orang baik, yang ada orang yang pernah melakukan perbuatan baik.
3. Apakah orang gila pasti terlahir menjadi orang gila lagi? Dan apakah orang yang banci terlahir akan terlahir menjadi banci?
Bapak Wowor menjawab:
Orang gila terlahir menjadi orang gila lagi atau tidak tergantung dari karma yang sebelumnya ia lakukan. Orang gila itu mempunyai kesadaran seperti kita tetapi yang membedakannya Ia tidak tahu malu dan tidak dapat mengontrol dirinya. Apabila orang gila itu sadar maka segala perbuatannya itu pastilah menghasilkan suatu buah perbuatan.
Begitu juga dengan orang banci, terlahir atau tidaknya ia sebagai banci tergantung dari karma yang dilakukannya selama ia terlahir menjadi banci. Apabila banci tersebut selama hidupnya melakukan perbuatan yang tidak baik seprti menjual diri, maka pada kehidupan selanjutnya kemungkinan terlahir lebih parah lagi. Bisa saja banci tersebut terlahir sebagai hemaprodit (mempunyai jenis kelamin dua). Orang yang terlahir banci biasanya karena dahulunya Ia pernah melakukan perbuatan asusila, melanggar sila yang ketiga dalam pancasila buddhis.
4. Apakah baru niat membunuh tapi tidak membunuh dapat dikatakan perbuatan dan apakah menghasilkan suatu buah perbuatan?.
Bapak Wowor menjawab:
Niat membunuh berarti kita sudah berbuat walaupun memang tidak melanggar sila. Sesuatu yang sudah dilandasi oleh kehendak dapat dikatakan suatu perbuatan dan akan menghasilkan suatu buah perbuatan.
5. Apakah yang harus kita lakukan agar kita terhindar dari musibah yang akan menimpa kepada kita?.
Bapak Wowor menjawab:
Perbanyaklah kebajikan. Dan ketika sudah berbuat bajik, bertekadlah dalam diri bahwa semoga dengan kebajikan yang telah saya lakukan ini semoga bila terjadi suatu mara bahaya semoga saja saya tidak berada di tempat itu.
6. Bagaimana caranya agar kita tidak kesal apabila ada orang yang berutang kepada kita tidak mau melunasi hutangnya?.
Bapak Wowor menjawab:
Kesal karena kejadian tersebut adalah wajar. Hal ini dikarenakan kita masih umat awam dan belum mancapai tingkat kesucian. Yang bisa kita lakukan adalah melatih sedikit demi sedikit agar dapat mengontrol diri kita. Apabila kita bertemu orang seperti itu yang dapat kita lakukan adalah melakukan pendekatan pada orang itu. Kita berkata, ‘Setor dulu hutangnya pak/ibu, kalau sudah lunas baru boleh berhutang lagi.”
7. Apakah pendapat Romo Wowor mengenai perbuatan membunuh nyamuk demam berdarah karena saat ini banyak sekali orang yang terkena penyakit ini?
Bapak Wowor menjawab:
Perbuatan membunuh demi keselamatan anak-anak kita adalah perbuatan yang terpaksa dilakukan. Sama seperti seorang tentara yang terpaksa membunuh di medan perang. Perbuatan membunuh pastilah menghasilkan buah yang tidak baik. Oleh sebab itu kita juga harus banyak-banyak berbuat kebajikan agar buah kejahatan tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap kita.
8. Mengapa terkadang di acara kebhaktian atau upacara kadang selalu diucapkan semoga Sang Buddha melindingi kita?, Bukankah yang dapat melindungi diri kita adalah diri kita sendiri yaitu perbuatan kita?.
Bapak Wowor menjawab;
Itu hanyalah bahasa upacara saja sebenarnya memang dalam kehidupan ini yang menolong diri kita adalah perbuatan kita sendiri.
9. Apa yang harus kita lakukan menghadapi surat-surat berantai yang mengatakan bahwa ini merupakan mantra kebahagiaan jika tidak memfotokopi dan menyebarkan akan mengalami musibah?.
Bapak Wowor mejawab:
Janganlah kita meneruskan surat berantai tersebut dan jangan takut akan acaman-ancaman yang ada di dalam surat tersebut.
10. Mengapa terkadang kita dapat bermimpi melafalkan suatu paritta dan apakah betul suatu paritta dapat membantu kita agar tidak diganggu makhluk lain?.
Bapak Wowor menjawab:
Itu terjadi karena kita sudah terbiasa dan sering melafalkan paritta tersebut sehingga dalam mimpi pun kita dapat melafalkan paritta tersebut.
Pelafalan paritta dapat membantu kita agar tidak diganngu oleh makhluk halus. Hal ini pernah saya alami ketika saya menginap di suatu hotel yang kamarnya memiliki penunggunya. Setiap orang yang tinggal di kamar tersebut pasti diganggunya akan tetapi saya tidak mengalami gangguan tersebut. Hal ini dikarenakan sebelum tidur saya selalu membaca paritta. Saya mempunyai tekad bahwa sebelum tidur (Secapai apapun) saya harus membaca paritta terlebih dahulu.
Demikianlah ringkasan dhammadesana pada kebhaktian umum 12 Juni 2009. Semoga Dhammadesana ini bermanfaat bagi kita semua.
Perbuatan fangshen tidak hanya dapat dilakukan kepada binatang saja, kita juga dapat melakukan fangshen kepada sesama manusia. Fangshen kepada manusia contohnya: Kita membantu seseorang yang nyawanya terancam jika tidak segera dibawa ke Rumah Sakit. Kita menolong orang tersebut secara pribadi atau ramai-ramai dengan yang lainnya dengan mengumpulkan uang agar orang tersebut dapat ke Rumah Sakit. Dengan cara ini kita telah menyelamatkan jiwa seorang manusia. Selain perbuatan di atas, membelikan obat untuk yang sakit dan donor darah juga merupakan contoh fangshen kepada sesama manusia.
Bapak Wowor lalu bercerita tentang kisah nyata mengenai manfaat fangshen. Di Kalimantan Timur bagian Utara tepatnya di kota Tarakan, terdapat suatu keluarga yang anak lelakinya menderita penyakit leukemia. Anak laki-laki tersebut berumur sekitar 12-13 tahun dan merupakan anak laki-laki satu-satunya di keluarga tersebut. Anak laki-laki ini lebih disayang dibandingkan dua saudara perempuannya karena menurut tradisi keluarga tersebut anak laki-laki adalah pembawa nama keluarga (Seh keluarga). Ketika anak laki-laki ini divonis bahwa penyakit leukimianya makin parah karena darah merah sudah kalah jumlahnya dengan darah putih, tentu saja papa, mama dan saudara-saudara perempuannya sangat sedih sekali. Semua cara dilakukan agar anak laki-laki tersebut dapat sembuh.
Pada suatu hari Romo yang cukup terkenal di kota Tarakan datang mengunjungi keluarga tersebut. Papa anak laki-laki tersebut memohon agar Romo membantu anak laki-lakinya agar dapat sembuh dari penyakitnya. Romo pun berkata, “Saya akan membantumu tapi ada persyaratannya yaitu semua keluarga termasuk kamu, istri kamu, anak laki-laki dan kedua anak perempuan kamu harus tidak membunuh makhluk hidup dan melakukan fanghen secara terus menerus. Apakah kamu bisa menaati persyaratan ini?.” Papa anak laki-laki ini pun menyanggupinya. Akan tetapi sang Papa bingung bagaimana caranya anak laki-lakinya dapat melakukan fangshen sendiri karena untuk bangun saja dia tidak bisa (Badan anak laki-lakinya sudah lemas).
Romo itu menjelaskan orang sakit berbadan lemas pun dapat melakukan fangshen dengan jalan berbicara. Romo berkata, “Berikanlah uang pada anakmu dan ketika uang itu sudah ada di tangan anak laki-lakimu katakanlah bahwa uang itu miliknya.” Lalu, biarkan anak laki-lakimu berkata dengan mulutnya sendiri untuk memerintahkan keluarganya agar menggunakan uang tersebut dalam fangshen. Anak laki-lakimu juga harus bertekad dalam dirinya, “Semoga jasa kebajikan yang saya lakukan ini dapat membuat diri saya sembuh dari penyakit yang saya derita saat ini.”
Akhirnya keluarga itu melakukan nasehat Romo itu dan selang beberapa lama kemudian anak itu menunjukan tanda-tanda kesembuhan. Darah merah anak laki-laki tersebut mulai meningkat dan akhirnya anak laki-laki tersebut sembuh dari penyakitnya. Semenjak saat itu, keluarga anak laki-laki tersebut semakin yakin dengan Agama Buddha. Keluarga tersebut sekarang rajin ke Vihara dan sering berbuat kebajikan.
Bapak Wowor juga mengatakan dia menceritakan kisah ini bukan berarti menjamin bahwa bila ada orang yang sakit keras pasti sembuh jika dia melakukan fangshen. Jadi apabila seseorang melakukan fangshen ternyata tidak berbuah pada saat ini, janganlah kecewa. Fangshen adalah perbuatan yang baik, jadi walaupun usaha kita tidak membuahkan hasil sekarang pasti pada kehidupan selanjutnya akan berbuah.
Demikianlah dhammadesana dari Bapak Wowor, selanjutnya acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Pertanyaan-pertanyaan dari umat Vihara Surya Adhi Guna adalah sebagai berikut:
1. Ada umat yang pernah bermimpi bahwa dia melihat papa dan mamanya senang dan ada juga umat yang bermimpi bahwa dia melihat orangtuanya kehausan dan minta minum kepadanya. Mereka semua bertanya, “apakah arti dari mimpi ini dan apa yang harus dilakukan oleh kami selaku buddhis?.”
Bapak Wowor menjawab:
Sungguh beruntung jika di dalam mimpi kita melihat orang tua kita yang telah meninggal berbahagia karena ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan orang tua kita telah terlahir di alam yang berbahagia. Akan tetapi, jika di dalam mimpi kita melihat Almarhum orang tua kita menderita maka ada kemungkinan kalau orang tua kita terlahir di alam peta. Jika orang tua kita memohon minum di dalam mimpi kita, sebaiknya kita berdana minuman kepada seseorang. Setelah melakukan jasa kebajikan tersebut kita limpah kepada orang tua kita, “Semoga dengan jasa kebajikan yang saya lakukan ini semoga orang tua saya tidak menderita kehausan lagi.”
2. Bagaimana karma dari seorang perampok yang selalu merampok harta orang kaya lalu membagikannya kepada orang miskin?.
Bapak Wowor menjawab:
Orang tersebut memiliki karma yang mendua. Hal ini dikarenakan ketika Ia merampok orang kaya maka Ia mempunyai karma buruk dan ketika Ia membagi-bagikan harta kepada orang miskin maka Ia melakukan karma baik. Jadi sebetulnya tidak ada yang namanya orang jahat, yang ada orang yang pernah melakukan perbuatan buruk. Tidak ada pula orang baik, yang ada orang yang pernah melakukan perbuatan baik.
3. Apakah orang gila pasti terlahir menjadi orang gila lagi? Dan apakah orang yang banci terlahir akan terlahir menjadi banci?
Bapak Wowor menjawab:
Orang gila terlahir menjadi orang gila lagi atau tidak tergantung dari karma yang sebelumnya ia lakukan. Orang gila itu mempunyai kesadaran seperti kita tetapi yang membedakannya Ia tidak tahu malu dan tidak dapat mengontrol dirinya. Apabila orang gila itu sadar maka segala perbuatannya itu pastilah menghasilkan suatu buah perbuatan.
Begitu juga dengan orang banci, terlahir atau tidaknya ia sebagai banci tergantung dari karma yang dilakukannya selama ia terlahir menjadi banci. Apabila banci tersebut selama hidupnya melakukan perbuatan yang tidak baik seprti menjual diri, maka pada kehidupan selanjutnya kemungkinan terlahir lebih parah lagi. Bisa saja banci tersebut terlahir sebagai hemaprodit (mempunyai jenis kelamin dua). Orang yang terlahir banci biasanya karena dahulunya Ia pernah melakukan perbuatan asusila, melanggar sila yang ketiga dalam pancasila buddhis.
4. Apakah baru niat membunuh tapi tidak membunuh dapat dikatakan perbuatan dan apakah menghasilkan suatu buah perbuatan?.
Bapak Wowor menjawab:
Niat membunuh berarti kita sudah berbuat walaupun memang tidak melanggar sila. Sesuatu yang sudah dilandasi oleh kehendak dapat dikatakan suatu perbuatan dan akan menghasilkan suatu buah perbuatan.
5. Apakah yang harus kita lakukan agar kita terhindar dari musibah yang akan menimpa kepada kita?.
Bapak Wowor menjawab:
Perbanyaklah kebajikan. Dan ketika sudah berbuat bajik, bertekadlah dalam diri bahwa semoga dengan kebajikan yang telah saya lakukan ini semoga bila terjadi suatu mara bahaya semoga saja saya tidak berada di tempat itu.
6. Bagaimana caranya agar kita tidak kesal apabila ada orang yang berutang kepada kita tidak mau melunasi hutangnya?.
Bapak Wowor menjawab:
Kesal karena kejadian tersebut adalah wajar. Hal ini dikarenakan kita masih umat awam dan belum mancapai tingkat kesucian. Yang bisa kita lakukan adalah melatih sedikit demi sedikit agar dapat mengontrol diri kita. Apabila kita bertemu orang seperti itu yang dapat kita lakukan adalah melakukan pendekatan pada orang itu. Kita berkata, ‘Setor dulu hutangnya pak/ibu, kalau sudah lunas baru boleh berhutang lagi.”
7. Apakah pendapat Romo Wowor mengenai perbuatan membunuh nyamuk demam berdarah karena saat ini banyak sekali orang yang terkena penyakit ini?
Bapak Wowor menjawab:
Perbuatan membunuh demi keselamatan anak-anak kita adalah perbuatan yang terpaksa dilakukan. Sama seperti seorang tentara yang terpaksa membunuh di medan perang. Perbuatan membunuh pastilah menghasilkan buah yang tidak baik. Oleh sebab itu kita juga harus banyak-banyak berbuat kebajikan agar buah kejahatan tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap kita.
8. Mengapa terkadang di acara kebhaktian atau upacara kadang selalu diucapkan semoga Sang Buddha melindingi kita?, Bukankah yang dapat melindungi diri kita adalah diri kita sendiri yaitu perbuatan kita?.
Bapak Wowor menjawab;
Itu hanyalah bahasa upacara saja sebenarnya memang dalam kehidupan ini yang menolong diri kita adalah perbuatan kita sendiri.
9. Apa yang harus kita lakukan menghadapi surat-surat berantai yang mengatakan bahwa ini merupakan mantra kebahagiaan jika tidak memfotokopi dan menyebarkan akan mengalami musibah?.
Bapak Wowor mejawab:
Janganlah kita meneruskan surat berantai tersebut dan jangan takut akan acaman-ancaman yang ada di dalam surat tersebut.
10. Mengapa terkadang kita dapat bermimpi melafalkan suatu paritta dan apakah betul suatu paritta dapat membantu kita agar tidak diganggu makhluk lain?.
Bapak Wowor menjawab:
Itu terjadi karena kita sudah terbiasa dan sering melafalkan paritta tersebut sehingga dalam mimpi pun kita dapat melafalkan paritta tersebut.
Pelafalan paritta dapat membantu kita agar tidak diganngu oleh makhluk halus. Hal ini pernah saya alami ketika saya menginap di suatu hotel yang kamarnya memiliki penunggunya. Setiap orang yang tinggal di kamar tersebut pasti diganggunya akan tetapi saya tidak mengalami gangguan tersebut. Hal ini dikarenakan sebelum tidur saya selalu membaca paritta. Saya mempunyai tekad bahwa sebelum tidur (Secapai apapun) saya harus membaca paritta terlebih dahulu.
Demikianlah ringkasan dhammadesana pada kebhaktian umum 12 Juni 2009. Semoga Dhammadesana ini bermanfaat bagi kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar