Jumat, 02 Oktober 2009

Y. M. Bhante Adhiratano : Bekal yang kita tabung agar kita bahagia.

Kebhaktian Umum, 02 Oktober 2009
Penyalaan Lilin Altar : Bapak Aen
Protokol : Romo Pannajayo
Pembacaan Dhammapada : Ibu Empang (Gatha 320 dan 321)
Dhammadesana : Y. M. Bhante Adhiratano
penulis : Grace Chandra
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhasa.. (3X)
Namo Sang Yang Adhi Buddhaya, Namo Buddhaya.. !!!

Tiga tahun yang lalu saat Y. M. Bhante Adhiratano masih Samanera, Beliau pernah mengunjungi Vihara Surya Adhi Guna. Saat ini untuk kunjungan yang kedua kalinya Beliau memberikan Dhammadesana tentang bekal sejati yang harus kita tabung guna menghadapi kehidupan kita yang akan datang.
Pada awal Dhammadesananya Y. M. Bhante Adhiratano mengulas tentang bencana gempa di Sumatera Barat. Bhante mengatakan bencana ini menunjukkan ketidak kekalan (Anicca) hidup ini. Segala sesuatu yang terjadi sangatlah tidak pasti, yang pasti hanyalah kematian yang suatu saat akan menjemput kita. Dalam mengarungi kehidupan yang tidak kekal ini sangatlah dibutuhkan suatu “Bekal” yang dapat menjamin diri kita akan bahagia.
Lalu “Bekal” apakah yang harus kita tabung dan miliki agar kita bahagia???. Sebagian orang berpikir jika mereka mempunyai bekal kekayaan duniawi yang melimpah ruah maka ia akan bahagia. Persepsi ini timbul karena mereka merasa bahagia setiap memiliki sesuatu. Akhirnya mereka merasa harus memiliki…, memiliki dan memiliki terus agar hidupnya berbahagia.
Kebahagiaan yang sejati bukanlah yang seperti itu. Kebahagiaan sejati adalah kebahagiaan yang dapat diperoleh bukan hanya dengan memiliki tetapi juga dengan melepaskan sesuatu. Jika kita mempunyai sifat yang dapat merelakan barang kita untuk membantu orang lain (berdana) maka kita juga akan merasakan suatu kebahagiaan.
Dana merupakan salah satu bekal kebajikan yang akan menuntun kita ke kehidupan yang lebih baik lagi. Dana merupakan pintu gerbang kebajikan yang sangat mudah dilakukan oleh siapa pun juga. Berdanalah maka kebajikan-kebajikan yang lain akan datang menghampiri kita.

Selain berdana diri kita juga harus membekali diri dengan sila yang baik. Untuk umat awam terdapat lima sila yang harus dipatuhi dalam menjalani kehidupan sehari-hari.Kelima sila itu yaitu: tidak membunuh, tidak mencuri, tidak melakukan perbuatan asusila, tidak berbohong atau berbicara yang tidak benar dan tidak minum-minuman yang membuat lemahnya kesadaran.
Orang yang mempunyai sila yang baik maka hidupnya akan nyaman dan tentram. Sebagai contoh jika kita hidupnya suka mencuri dan membunuh ketika kita melihat polisi maka diri kita pastilah akan merasa gelisah. Kita merasa ketakutan karena berpikir kemungkinan polisi menangkap kita. Tetapi jika kita selalu menjaga sila (tidak pernah mencuri dan membunuh) maka walaupun disekitar kita ada satu truk polisi tiba-tiba datang ke daerah kita, kita tidak akan merasa gelisah dan ketakutan. Kita hanya berpikir mungkin polisi datang karena ada penjahat di sekitar kita.
Setelah melakukan dana dan sila, alangkah baiknya umat Buddha juga menjalankan meditasi dalam kehidupan sehari-hari. Meditasi merupakan langkah untuk mensucikan pikiran. Meditasi merupakan keunggulan ajaran agama Buddha dibandingkan agama dan kepercayaan lain. Semua agama sama mengajarkan untuk selalu berbuat baik akan tetapi yang mengajarkan untuk memurnikan pikiran hanyalah agama Buddha. Oleh sebab itu seorang umat Buddha yang tidak pernah melakukan latihan meditasi setiap hari belum dapat dikatakan sebagai umat Buddha 100 %.
Pada akhir Dhammadesananya, Bhante berharap Dhammadesana yang beliau berikan pada malam ini membuat kami semua bersemangat menjalankan meditasi. Semoga kami semua dapat semakin maju dalam dhamma.
Pada kebaktian kali ini pula, diakhiri dengan pemberian penghargaan pada umat Buddha di Rengasdengklok yang telah mendonorkan darahnya untuk PMI ( Palang Merah Indonesia ) dalam misi kemanusian. Antara lain, di Anugerahkan kepada Ibu Lisa ( 25 kali donor ) dan kepada Bapak Uu Dharmawan sebanyak ( 10 kali donor ).
Demikianlah ringkasan kebhaktian umum, 02 oktober 2009. Semoga bermanfaat.
Sadhu…! Sadhu…! Sadhu…!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Search