Senin, 19 Oktober 2009

Perayaan Hari Kathina 2009

Pembawa acara : Ibu Lilayani
Pemimpin kebaktian : Romo Pannajayo
Bhikkhu Sangha dari Sangha Agung Indonesia
Penulis : Tommy


Pada malam yang berbahagia ini, adalah hari yang kesekian kalinya saya merayakan hari Raya Kathina. Waktu terasa begitu cepat, rasa-rasanya baru beberapa hari yang lalu saya merayakan hari Kathina tahun 2008 di Vihara Surya Adhi Guna. Antusias para umat Buddha Rengasdengklok dan sekitarnya terlihat begitu besar pada hari raya ini. Hal ini terbukti dari banyaknya para umat yang biasanya absen datang ke vihara, pada hari ini terlihat hadir. Khusus untuk berdana kepada Sangha. Terlihat juga Bpk. Natala Sumeda ( Ketua Vihara Buddha Dhamma Karawang,) Bpk. Ian Alexander ( Ketua yayasan Sanghamitta Karawang ), juga Ibu Padumawati bersama umat Vihara Bodhi Diepa Cikampek turut hadir untuk mengikuti Sangha Dana di Vihara Surya Adhi Guna.

Saya datang agak telat hari ini. Sesampai di Vihara, Ryan, Nanda Devi Nur, Dwi Yunantara dan Meylianawati Dewi
sedang berlatih membacakan Nidhikanda Sutta ( Sutta tentang berkah ) yang dibimbing oleh Sdri. Grace Chandra. Setelah memasuki Dhammasala, terlihat ada 9 anggota Sangha yang hadir pada Kathina tahun ini. Salah satunya adalah YM Bhikkhu Dharmavimala Thera yang tepat pada minggu lalu merayakan Vassa ke 18. 9 anggota Sangha duduk di depan altar vihara, bukanlah pemandangan yang biasa. Mungkin tidak setahun sekali, vihara kami kadatangan Anggota Sangha sampai sebanyak ini.

Setelah pembacaan paritta selesai, acara dilanjutkan dengan pembacaan Nidhikanda Sutta. Sutta tentang berkah yang kerap kali dibacakan saat perayaan Kathina. Lalu acara dilanjutkan dengan Dhammadesana dari Anggota Sangha. Dari 9 anggota Sangha yang hadir pada kebaktian kali ini, Saya tidak tahu nama Bhikkhu yang berceramah pada kesempatan kali ini. Bhante membabarkan Dhamma mengenai hari Kathina yang tidak dimulai dari 10 atau 20 tahun belakangan ini. Hari Kathina ada sejak jaman Buddha Gaotama masih hidup. Inti dari hari Kathina adalah Bakti umat kepada Sangha dan memberi. Kita sebagai manusia patut memberi sebagai tabungan kamma baik yang paling mudah dilakukan. Bhante juga bercerita tentang seseorang yang sangat pelit semasa hidupnya. Walaupun kaya tapi ia tidak pernah berdana sedikitpun untuk para pertapa atau pun orang-orang sekelilingnya yang kesusahan. Orang tersebut sangat melekat pada rumah dan harta kekayaan yang dimilikinya. Suatu hari, disaat tabungan kamma baiknya telah habis, ia meninggal dunia secara mendadak. Ia terlahir kembali menjadi anjing di rumahnya sendiri. Suatu ketika, Guru Buddha bersama murid-muridnya berpindapatta melewati rumah dimana anjing tersebut tinggal. Melihat Guru Buddha sedang berpindapatta bersama murid-muridnya, anjing tersebut mengggong-gong. Lalu Guru Buddha berkata pada anjing tersebut dengan memanggil namanya ketika ia masih terlahir sebagai pemilik rumah tersebut. Mendengar apa yang diucapkan Guru Buddha, anak sipemilik rumah, Shuba, menjadi marah dan berniat untuk menegur Guru Buddha. “Guru kenapa anda memanggil nama anjing ini, dengan nama ayah saya?.. ” tanya Subha. Lalu Guru Buddha menjawab, “ Subha, dia memang ayahmu sebelum kelahirannya manjadi anjing. ” “ Tidak mungkin ayah saya terlahir menjadi anjing. Kami adalah keluarga bangsawan, setelah meninggal, keluarga kami akan terlahir di surga. ” Subha menyangkal pertanyaan Guru Buddha. Lalu Guru Buddha menjawab, “ Subha, apakah warisan yang diberikan oleh ayahmu sudah diwariskan semuanya kepadamu?”.. “ Kayanya belum semua Guru. ” Lalu Guru Buddha melanjutkan, “ untuk mendapatkan warisan tersebut, sesampai dirumah, kamu buatkan susu & bubur untuk anjing itu. Lalu setelah anjing itu makan, kamu berbisiklah padanya, “ Ayah, dimanakah harta yang belum kau berikan padaku? ” ”. Lalu Bhante menanyakan hal tersebut para umat, jika anda diminta bertanya hal seperti itu kepada seekor anjing, apakah anda akan melakukannya?..
Subha berpikir, apabila apa yang dikatakan Guru Buddha salah, ia akan berkeliling kampung untuk memberitahukan bahwa apa Guru Buddha adalah pembohong besar. Tapi apabila apa yang dikatakan Guru Buddha benar adanya, maka ia akan mendapatkan keuntungan, yakni harta warisan yang belum diberikan oleh ayahnya. Subha mengikuti apa yang Buddha sarankan kepadanya, ia memberi bubur & susu kepada anjing yang dulunya adalah ayahnya sendiri. Setelah kenyang, akhirnya Subha berbisik kepada anjing tersebut, “ Ayah, dimana kau simpan hartamu, yang belum kau berikan padaku?.. ” mendengar bisikan tersebut, anjing tersebut lalu berjalan ke sudut rumah dan mulai menggali tanah. Tidak berapa lama kemudian, terlihatlah kepingan emas yang disimpan oleh ayahnya yang masih hidup. Lalu anjing tersebut berjalan kembali ke sudut yang satunya, ditemukan lagi kepingan emas. Dan keseluruhan ada 3 titik, masing-masing 100 ribu keping emas. Apa yang dikatakan Guru Buddha memang terbukti. Kekikiran membuat orang menjadi lebih sulit untuk menjalani kehidupan. Hasil langsung dari berdana adalah, mendapatkan kebahagian untuk diri kita sendiri. Setelah berbuat bajik, kita menjadi lebih happy, lebih damai. Lalu dengan berdana, kita akan disenangi oleh banyak orang. Dan dengan berdana, kita akan terlahir di alam yang berbahagia. Salah satu contohnya adalah Dhamika. Dhamika adalah murid Buddha yang sangat gemar berdana. Ia sering kali mengajak teman-temannya untuk berdana. Suatu ketika, YA Bhante Mogalana berjalan-jalan ke surga. Beliau melihat banyak istana yang sangat indah, di istana tersebut, beliau melihat dewa dan dewi yang tinggal. Lalu Bhante bertanya kepada salah seorang dewi, “ Dewi, apa yang telah kamu perbuat, hingga kamu bisa terlahir di alam dewa ini dengan istana yang begitu besar? ” Lalu dewi tersebut menjawab “ Tidak banyak yang saya lakukan Bhante, semasa hidup, saya hanya tidak pernah marah terhadap suami saya.” Lalu Bhante bertanya kapada para umat yang hadir, apa ibu-ibu bisa tidak marah kepada suami anda masing-masing?.. Ibu-ibu tertawa mendengar pertanyaan tersebut. Lalu Bhante meneruskan ceritanya mengenai perjalanan YA Bhante Mogalana ke surga. Setelah berbicara dengan dewi tersebut, Bhante Mogalana melihat sebuah istana yang sangat besar, tapi masih kosong penghuninya. Lalu Bhante Mogalana bertanya kepada para dewa yang istananya tidak jauh dari istana tersebut, “ Istana siapakah yang kosong ini? ” Lalu sesosok dewa menjawab, “ Itu adalah istana milik Dhamika, pemiliknya masih hidup, jadi istananya di alam dewa ini masih kosong. ” Mendengar pertanyaan tersebut, Bhante Mogalana segera kembali ke Dunia manusia lalu menceritakan apa yang ditemukannya dan bertanya kepada Guru Buddha, “ Bhante apakah betul, orang yang masih hidup bisa menimbun jasa kebajikan di alam surga? ” Lalu Guru Buddha menjawab, “ Betul, Orang yang belum meninggal pun bisa menimbun jasa kebajikannya di alam surga. ” Jadi kita sebagai umat awam harus terus berbuat baik untuk kehidupan yang lebih baik lagi. Setelah Dhammadesana selesai, acara dilanjutkan dengan Sangha Dana. Umat berbaris untuk berdana Sangha. Karena begitu banyak umat yang hadir pada kebaktian malam hari ini, barisan menjadi sangat panjang dan antrian pun memakan waktu hampir setengah jam. Setelah berdana, kebaktian ditutup dan umat dipersilahkan untuk makan malam.

Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Search