Selasa, 07 April 2009

Yessica Felicia Sutiono : Suara Hati

Kebhaktian Remaja 04 April 2009
Protokol : Ratna Sari
Penyalaan Lilin Altar : Indra
Pembacaan Dhammapada : Antoni dan Shidi (Gatha 143)
Dhamma Duta : Yessica Felicia Sutiono
Tema : Dengarkanlah Suara Hatimu

Namo Buddhaya

Maaf teman-teman, mungkin banyak dari teman-teman semua yang menunggu ringkasan kebhaktian ini. Sekali lagi maaf ya, keterlambatan ini disebabkan kami sibuk menyiapkan acara drama untuk acara waisak nanti.

Malam ini saudari yesi membuka acara sharing dhamma dengan games. Games dengan menggunakan bantalan duduk dan paku paying ini membutuhkan dua orang sukarelawan (Sdra. Shidi dan Sdri. Levina) untuk menjalankan permainan ini.

Ilustasi permainan sebagai berikut :

1.Bantalan duduk dijadikan pembatas dan paku payung disebarkan diantara bantalan tersebut.

2.Kemudian kedua sukarelawan di perintahkan untuk berjalan dengan mata terbuka dijalan yang tersebar paku payung Para sukarelawan harus berjalan diantara bantalan duduk, tidak boleh melewati bantalan duduk. Sdra Shidi dan Sdri. Levina berjalan dengan hati-hati agar tidak terkena paku payung. Kedua sukarelawan berhasil menjalani games ini dengan baik (tanpa ada yang terluka) dalam waktu yang cepat.
3.Sekarang pada games kedua, Sdri. Yesy menutup mata Sdra. Shidi dan meminta Sdra. Shidi kembali melewati jalan yang tersebar paku payung. Pada tahap ini Sdri. Shidi berjalan dengan mata tertutup dan berjalan sesuai dengan tuntunan perintah Sdri. Levina. Sdra. Shidi harus percaya bahwa Sdri. Levina akan menuntunnya dengan hati-hati dan benar sehingga ia terhindar dari paku payung. Mereka melewati games dengan baik juga, tetapi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan games pada games kedua lebih lama dibandingkan dengan games pertama.

Kesimpulan games :

*Paku Payung diibaratkan kesulitan dan masalah yang kerap kita peroleh selama menjalani kehidupan ini.
*Pada games pertama dapat dilihat dengan mata terbuka kita dapat melewati paku payung (masalah) dengan cepat dan mudah. Nah.., seperti itulah diri kita bila saat diterpa masalah akan begitu mudah menyelesaikannya apabila kita melihat permasalahan tersebut dengan baik dan jelas.
*Sedangkan pada games kedua mengilustrasikan bahwa ketika kita diterpa masalah kita membutuhkan pertolongan teman untuk menyelesaikannya. Teman yang baik dan bijaksana akan menolong kita melewati masalah tersebut. Di kehidupan bermasyarakat seperti ini terkadang ada masalah yang sukar untuk dilihat jelas oleh kita. Begitu susahnya diselesaikan terkadang masalah ini membuat diri kita depresi atau stress. Disinilah teman baik dan bijaksana akan berperan untuk membantu kita.
*Terkadang yang membantu ini terkadang bukanlah sesosok orang yang nyata, yang sering kita sebut kawan atau teman. “Ia” bukanlah orang yang jauh atau tak dikenal oleh kita. Teman baik dan bijaksana itu terkadang ternyata adalah suara hati kita. Hanya saja dalam menyelesaikan masalah kita suka tidak mau mendengarkan suara hati kita.

Setelah acara games ini, Sdri. Yesi bercerita kisah tentang seseorang yang memutuskan sesuatu dengan suara hatinya. Cerita ini diceritakan guna menyadarkan kita betapa perlunya kita mendengarkan suara hati kita.

Pada jaman dahulu, di jaman perang terdapat dua orang pemuda yang bersahabat baik. Mereka berdua merupakan serdadu perang yang sedang bertugas melawan musuh. Pada suatu hari, ketika Serdadu A dan B menyerbu daerah musuh, mereka dibombardir oleh meriam musuh. Mereka berusaha untuk menghindari kepungan musuh untuk menyelamatkan diri. Serdadu A selamat dan kembali ke markasnya bertemu dengan Letnannya, sedangkan serdadu B masih terperangkap di daerah musuh dan kemungkinan meninggal ditembak musuh.

Serdadu A yang sangat setia dengan temanya menemui Letnannya untuk meminta ijin agar diperbolehkan kembali ke daerah lawan untuk membawa pulang serdadu B. Sang Letnan lalu berkata, “ Bodoh kamu, sebaiknya kamu jangan pergi kesana karena mungkin malah kamu juga akan turut meninggal juga. Lagi pula temanmu sudah mati, untuk apa kamu mencarinya lagi?.” Serdadu A berkata, “Iya.., Letnan benar. Mungkin saja saya akan tertembak mati. Tetapi saya ingin menguburkan mayat teman saya dengan terhormat.” Letnan itupun pasrah dan merelakan serdadu A pergi mencari serdadu B.

Serdadu A berangkat dengan gagah berani dan benar saja dia tertembak oleh musuh. Akhirnya Ia pulang dengan terluka parah sambil membawa mayat temannya. Melihat keadaan serdadu A, Letnan kembali berucap dengan marahnya, “Benarkan apa kata saya?. Kamu ini sungguh bodoh, tidak mau mendengarkan apa kata saya. Hem.., pasti sekarang kamu menyesal tidak mendengarkan kata-kata saya.”

Tetapi serdadu A menjawab dengan tenangnya bahwa ia tidak akan pernah menyesali keputusannya. Serdadu A berkata bahwa ia bertemu dengan serdadu B dalam keadaan sekarat. Pada saat akan menghembuskan napas terakhir, serdadu B berkata, “Hai.., temanku aku tahu kamu pasti akan datang menolongku.” Oleh sebab itu, serdadu A tidak pernah menyesal walaupun sudah terluka karena ternyata temannya serdadu B sedang sekarat menanti pertolongannya.

Oleh sebab itu, ada kata-kata bijak dengarkanlah suara hatimu bila kamu berada diantara dua keputusan yang dilema. Dengan mendengarkan suara hatimu, kamu tidak akan pernah menyesali apapun yang telah kamu lakukan dan putuskan. Untuk memperoleh suara hati yang baik, Pertajamlah suara hatimu dengan kebijaksanaan. Dengan suara hati yang baik kamu dapat menyelesaikan masalah dengan bijak tanpa ada penyesalan sedikitpun.

Demikian isi kebhaktian pada hari sabtu, tanggal 04 April 2009, semoga ringkasan ini bermanfaat bagi kita semua.

SABBE SATTA BHAVANTU SUKHI TATTA
SADHU…! SADHU…! SADHU…!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Search