Senin, 20 April 2009

SEMINAR: “ MENGAPA ADA KEMELEKATAN?”


Hari Kamis, 16 April 2009, kami umat Vihara Surya Adhi Guna (+ 100 orang) datang ke Restaurant Alam Sari Karawang untuk menghadiri Seminar yang bertema “Mengapa Ada Kemelekatan?”. Seminar ini diadakan dalam rangka penggalangan dana pembangunan Vihara Sanghamitta Karawang. Pembicara dalam seminar ini terdiri dari Bhikkhuni Santini, Bro. DR. Tan Ho Soon, dan Dra. Lanny Anggawati.

1. Dra Lanny Anggawati Namo Buddhaya…!, Selamat Malam!!.. Pertama-tama seminar malam ini dibuka oleh Dra. Lanny dengan bertanya apakah kita semua yang hadir dalam seminar ini Happy. Beliau mengatakan seharusnya kita happy di malam ini karena : * Kita semua yang hadir di seminar ini unik. Unik karena dapat terlahir di alam manusia. * Kita juga bergembira karena kita terlahir dalam suatu kondisi yang mengenal dhamma * Dan yang terakhir kita bergembira karena kita masih hidup di saat ini sehingga kita masih mempunyai kesempatan untuk melakukan karma baik Selanjutnya beliau membahas mengenai “Kemelekatan Yang Menguntungkan.” Biarlah seseorang tidak membangkitkan masa lampau atau membangun harapan di masa depan, karena masa lampau telah tertinggal di belakang dan masa depan belum lagi terjangkau. Alih-Alih dengan kebijaksanaan, biarlah dia melihat setiap keadaaan yang muncul di masa kini. Biarlah dia mengetahui dan meyakini hal itu. Tak terkalahkan, tak tergoyahkan. Jalanilah masa kini karena hal itu nyata. Usaha yang ingin kita lakukan sebaiknya kita lakukan pada hari ini juga. Janganlah suka menunda-nunda usaha atau pekerjaan. Hal ini disebabkan, Esok hari kematian datang, siapa yang tahu???. Tak ada tawar-menawar dengan kematian. Tak ada yang dapat membuat kematian dan pasukannya menjauh. Oleh sebab itu, seseorang yang berdiam (diam dalam kekinian) demikian dengan tekun, tanpa henti sepanjang hari dan sepanjang malam, Dialah yang oleh orang suci yang penuh kedamaian dikatakan “orang yang memiliki satu kemelekatan yang menguntungkan.” Masa kini harus dipegang karena apabila masa kini dilakukan dengan baik maka masa yang akan datang akan lebih baik. Dalam menjalani kehidupan ini kita selalu diterpa oelh “ANICCA.” Anicca yang terjadi dalam kehidupan ini terdiri dari anicca yang kita inginkan dan anicca yang tidak kita inginkan. Anicca yang sulit kita hadapi adalah anicca yang tidak kita inginkan. Bila terjadi suatu perubahan yang tidak sesuai dengan keinginan kita terkadang hati kita menjadi kecewa. Padahal sesungguhnya anicca yang tidak inginkan ini merupakan guru bagi kita agar kita selalu belajar menjadi orang yang lebih baik. Dalam hidup semua orang selalu ingin “HOKI.” Tetapi apakah kita pernah berpikir bagaimana kita bisa hoki. Hoki terjadi karena perbuatan kebajikan kita. Oleh sebab itu, sebanyak mungkinlah berbuat kebajikan karrna berbuat kebajikan adalah hoki. Dra Lanny kemudian kembali bertanya kepada kita semua, “Apabila di dalam suatu keluarga ada anak yang sangat berbakti kepada ibunya. Yang hoki itu anaknya atau ibunya??”. Para peserta seminar ada yang menjawab anaknya dan ada yang terdiam. Beliau pun kemudian menjelaskan bahwa yang hoki itu adalah anaknya. MENGAPA??? Karena pada dasarnya sang anak yang berbakti itu menanam hoki (karna berbuat bajik) sedangkan ibunya hanyalah memetik hoki karna ia beruntung punya anak yang berbakti. Sebagai penutupan Dra. Lannya mengatakan bahwa yang harus kita lakukan hanyalah berbenah pada hari ini sehingga dapat menyongsong masa depan lebih baik. Hari ini harus lebih baik dari sebelumnya.


2. Bro. Dr. Tan Ho Soon Bro. Tan merupakan pembicara yang berasal dari Malaysia. Beliau merupakan Direktur dari Institut Nalanda Malaysia. Kemelekatan dapat timbul karena adanya tanha (nafsu keinginan). Tanha timbul karena adanya perasaan (vedana). Setiap manusia yang mempunyai berbagai nafsu keinginan akan terjerat di dalam kemelekatan. Kemelekatan (Upadana) inilah yang menyebabkan timbulnya proses tumimbal lahir. Dengan masih adanya kemelekatan, diri kita akan mengalami kelahiran kembali sehingga kita kembali akan mengalami penderitaan atau samsara (penderitaan akan kematian, kelapukan, keluh kesah, sakit, dll). Hal ini sesuai dengan Hukum Paticcasamuppada yang berbunyi “ …....., Vedana Paccaya Tanha, Tanha Paccaya Upadanang, Upadana Paccaya Bhavo, Bhava Paccaya Jati, Jati Paccaya Jaramaranang.” Terdapat empat macam kemelekatan yang harus kita bebaskan, yaitu: 1. Kamma Upadana (Kemelekatan Nafsu Indria) Kemelekatan yang timbul karena adanya kenikmatan dari nafsu indria. Contohnya: kemelekatan terhadap acara TV, Musik, buku, dll. Ketika kita asyik mendengar sebuah lagu yang bagus dan sesuai dengan keinginan kita, maka kita akan menikmati dan senang dengan lagu itu. Lambat-laun kita akan menjadi melekat pada musik tersebut dan lagu tersebut kita jadikan “MUSIK FAVORIT”. Kenikmatan dan kegembiraan yang timbul karena respon dari nafsu indria membuat kita melekat akan sesuatu. 2. Itthi Upadana (Kemelekatan Terhadap Pandangan) Sangatlah wajar jika setiap orang memiliki suatu pandangan yang berbeda-beda terhadap suatu hal. Akan tetapi, janganlah kita menjadi sangat melekat dengan pandangan kita tersebut. Jika kita melekat dengan pandangan kita maka kita akan tidak menyukai orang lain yang memiliki pandangan yang berbeda dengan kita. Kemelekatan kita terhadap pandangan kita masing-masing dapat membuat suatu perpecahan. Sebagai contohnya adalah kisruh politik yang terjadi di Thailand saat ini. Partai politik yang ada di Thailand masing-masing mempertahankan pendapat/pandangan mereka masing-masing. Masing-masing partai politik melekat dengan pandangannya masing-masing sehingga mereka tidak dapat menyatukan perbedaan pandangannya tersebut. 3. Silabata Upadana (Kemelekatan Terhadap Ritual) Silabata Upadana adalah kemelekatan terhadap ritual-ritual/tradisi yang telah ada. Kita selalu melakukan ritual tersebut dan tidak dapat melepaskan tradisi tersebut karena tradisi tersebut sudah turun-temurun dilakukan. 4. Achanna Upadana (Kemelekatan Terhadap “KEAKUAN”) Kemelekatan terhadap “KEAKUAN” ini adalah suatu kemelekatan yang nantinya akan menimbulkan konsep tentang diri kita masing-masing misalnya “OH.., aku itu orangnya seperti ini.., kalau kamu seperti itu.” Kemelekatan terhadap keakuan membuat diri kita merasa tidak menyukai orang lain yang berbeda (berbeda tingkah laku, berbeda karakter atau berbeda fisik) dengan kita. Ada sebuah cerita tentang dua orang bhikkhu yang berteman baik sepanjang hidupnya. Setelah meninggal, Bhikkhu pertama terlahir kembali di alam surga sedangkan bhikkhu kedua terlahir sebagai cacing yang hidup di dalam seonggok kotoran. Bhikkhu pertama yang mengetahui sahabatnya terlahir seperti itu segera menemui temannya untuk menolong temannya keluar dari kotoran dan masuk ke alam surga. Akan tetapi, bhikkhu kedua menolak maksud baik temannya itu. Ia tidak mau masuk ke surga karena dirinya merasa sangat menyukai lingkungan hidupnya dan tidak mau dipisahkan dari seonggok kotoran tersebut. Bhikkhu kedua sangat melekat dengan kehidupannya. “Berbahagialah orang yang tidak melekat dan tidak memiliki sifat yang egois.” Setelah menjelaskan kempat macam kemelekatan, Bro. Tan menceritakan kisah tentang sepasang suami istri yang sangat miskin yang memiliki keinginan untuk berdana sesuatu yang berharga, yang mereka miliki. Akan tetapi, mereka sama sekali tidak memiliki sesuatu yang berharga, yang patut diberikan kepada Sang Buddha. Akhirnya sang suami memberikan pakaian yang sedang ia kenakan kepada Sang Buddha. Pada saat itu Raja Pasenadi lewat dan menyaksikan hal tersebut. Setelah melihat kejadian tersebut, Raja Pasenadi merasakan suatu kebahagiaan tertentu. Akhirnya muncullah suatu keinginan dalam diri Raja Pasenadi untuk memberikan semua kekayaan yang dimilikinya kepada pasangan suami istri tersebut. Raja Pasenadi ingin membebaskan kemelekatan yang ada pada dirinya. Pada saat ini, kita sedang berjuang, bertempur mengatasi kemelekatan. Mari kita mengatasi marah dengan tidak marah. Mari kita mengatasi yang tidak bajik dengan kebajikan. Mari kita mengatasi keserakahan dengan kemurahan hati. Mari kita mengatasi ketidakjujuran dengan kejujuran.

3. Yang Mulia Ayya Santini
Selalu posisikan diri pada kemelekatan yang menguntungkan. Apabila seseorang terbiasa untuk “melepas” maka ia akan mengikis kemelekatan. Mengetahui sesuatu yang tidak diketahui adalah awal dari suatu kebijaksanaan. Dengan mengetahui dhamma dan berusaha untuk mempraktekkan dan terus berusaha dipraktekkan maka kita akan melihat sinar dhamma terus menerus. Sesuai dengan Mangala Sutta bahwa jasa kebajikan akan menuntun kita ke jalan yang benar. Inilah suatu berkah utama. Harta yang sesungguhnya adalah sesuatu yang kita telah berikan. Contohnya: Berdana. Jika seseorang menemukan sebuah mangga, maka ada terdapat empat pilihan yang ada yaitu: 1. Mangga dimakan sendri dan merasa senang 2. Mangga diberikan kepada raja dan mendapat harta 3. Mangga dipersembahkan kepada sang Buddha dan mendapatkan jasa kebajikan 4. Mangga disimpan saja sampai busuk Buah Mangga dalam kisah ini diibaratkan harta yang kita miliki. Nah.., apa yang harus kita lakukan dengan mangga tersebut. Ya.. betul… Alangkah baiknya jika mangga tersebut dipersembahkan kepada Sang Buddha. Dengan hal itu maka kita mulai memupuk jasa-jasa kebajikan. Untuk tahu mengenai keadaan diri kita dalam mengatasi kemelekatan kita butuh info dari orang-orang yang bijaksana. Hal ini dikarenakan indria dan objeknya akan menimbulkan belenggu bagi orang yang belum mencapai tingkat kesucian. Marilah “Tetap Berjalan Walaupun Hanya Seorang Diri.”

SESI TANYA JAWAB


1. Seorang peserta seminar yaitu seorang bapak dari Rengasdengklok menanyakan:  Beliau suka membunuh tikus dahulu. Setelah tahu bahwa membunuh tikus tidak baik lalu dia menangkap tikus tersebut tapi tidak membunuhnya. Beliau membebaskan tikus itu tetapi di daerah orang lain. Apakah cara ini benar?. Jawaban: Ayya Santini menjawab: Membunuh tikus merupakan perbuatan yang tidak baik. Akan tetapi menangkap tikus lalu melepaskannya di tempat orang lain juga tidak benar. Sebaiknya jika kita melepaskan atau membebaskan tikus karena perasaan cinta kasih yang timbul. Ada sebuah kisah seorang umat becerita kepada Ayya bahwa dulu rumahnya penuh dengan tikus. Hampir disetiap sudut rumahnya (ruang tamu, dapur, kamar mandi) terdapat tikus yang berlalu lalang. Suatu hari ketika ia ingin ke wastafel tak sengaja umat tersebut menginjak seekor tikus. Pada saat itu timbullah suatu pilihan lepaskan atau bunuh. Saat itu, Ia merasa kasihan. Ia berpikir jika saja tikus ini hamil dan dibunuh maka anaknya juga akan ikut mati dan jika tikus itu tidak hamil pun maka teman-teman tikus akan kehilangannya jika ia mati. Akhirnya dari rasa penuh cinta kasih ia lepaskan tikus tersebut. Ia angkat kakinya dan segera tikus itu kabur dan masuk ke dalam lubang pembuangan air. Tak disangka setelah beberapa waktu akhirnya rumahnya sekarang tidak ada tikus lagi  Apakah kita tidak boleh serakah? .Jawaban: Ayya Santini menjawab: Tidak.., kita tidak boleh serakah. Keserakahan merupakan akar dari kejahatan. Dra. Lanny menjawab:  Dra. Lanny menambahkan tips menghindari tikus. Beliau berkata Taruhlah merica yang sudah ditaruh dalam sebuah kasa di tempat tikus-tikus tersebut mengunjungi. Menurut pengetahuan beliau, tikus tidak suka dengan bau merica.

2. Bpk. Leo dari Bandung bertanya;
 Tadi Dra. Lanny mengatakan diri kita tidak boleh seperti lagu “AKU YANG MASIH SEPERTI DULU.” Akan tetapi saya tidak setuju karena saya masih seperti yang dulu karena hingga saat ini saya masih berlindung kepada Buddha, Dhamma dan Sangha. Saya masih melekat dengan Buddha, Dhamma dan Sangha. Jadi bagaimana dengan kondisi seperti saya ini?. Jawaban: Dra Lanny menjawab: Kemelekatan kepada Buddha, Dhamma dan Sangha adalah kemelekatan yang baik. Jadi tidak apa-apa jika kita memiliki kemelekatan tersebut. Kita harus berubah (jangan seperti dahulu) dalam konteks berubah menuju hal yang lebih baik. Menuju pengikisan kemelekatan-kemelekatan yang tidak menguntungkan. Ayya menjawab: Kita sebagai manusia yang belum mencapai tingkat kesucian adalah wajar jika memiliki kemelekatan. Akan tetapi sebaiknya, kemelekatan tersebut kemelekatan yang baik. Contohnya melekatlah terhadap meditasi. Jika kita ingin menyeberangi lautan samsara maka kita memerlukan rakit. Jika kita ingin menyebrangi lautan dengan selamat maka kita harus melekat kuat dengan rakit tersebut. Akan tetapi, jika sudah berada di seberang lautan tinggalkanlah rakit itu.  Pertanyaan kedua Bpk Leo. Bro. Tan mengatakan bahwa kita tidak boleh melekat kepada keegoan. Lalu jika tidak ada AKU/EGO maka bagaimana kita bisa mengetahui bahwa saya ini salah atau saya ini benar?. Jawaban: Bro. Tan dan Ayya menjawab: Kata Ego adalah berasal dari yunani yang artinya ruh, sesuatu yang tak berubah. Dalam agama Buddha tidak mengenal ego. Dalam agama Buddha dikatakan Anatta, tidak ada aku. Hal ini menyatakan bahwa tidak ada sesuatu di dalam diri kita yang tidak berubah. Segala sesuatunya berubah. Kita dapat mengetahui diri kita benar atau tidak dengan kebijaksanaan (Panna).

3. Fhanny dari Jakarta bertanya kepada Bro. Tan.
Dimanakah Ia dapat belajar bahasa pali? Jawaban: Bro Tan menjawab: Di Institut Nalanda Malaysia terdapat kursus singkat bahasa pali. Untuk di Wilayah Indonesia, Ia tidak mengetahuinya dengan jelas.

4. Jennifer bertanya kepada Ayya Santini.
Tadi Ayya berkata bahwa kemelekatan ada yang menguntungkan dan tidak menguntungkan. Ayya melekat pada dhamma. Nah.., jika suatu hari dhamma hilang dari bumi ini. Apakah ayya akan kecewa? Jawaban: Ayya menjawab: Jennifer, Dhamma tidak akan menghilang dalam dunia ini. Kebenaran akan selalu ada di di dunia ini. Yang benar dan mungkin terjadi adalah orang mulai pudar dan tidak mengenal dhamma. Jika orang mulai pudar tidak mengenal dhammapun Ayya tidak akan kecewa. Orang mengenal kebenaran (dhamma) tidak akan kecewa bila hal itu terjadi. Demikianlah ringkasan seminar, semoga bermanfaat bagi kita semua. Semoga Vihara SanghaMitta segera terwujud. Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia. Sadhu...! Sadhu…! Sadhu…!

Penulis : Grace Chandra & Sulastri

1 komentar:

  1. sadhu-sadhu-sadhu...

    mohon bila ada seminar / talkshow lg saya ingin dikabari

    email sy = rara_sinth@yahoo.com

    terimakasih

    be happy

    BalasHapus

Search