Protokol : Meylianawati Dewi ( Facebook ) & Tasya
Lilin Altar : Yessica F.S. ( Facebook )
Dhammapada : Indrawan Setiono (Facebook)
dan Dwi Yunantara ( Facebook )
Dhammadesana : Romo Tanti Guna
Penulis : Nanda Devi Nur ( Facebook )
Kebaktian kali ini, kami persaudaraan muda-mudi Vihara Surya Adhi Guna sangat berbahagia sekali karena kedatangan Romo Tanti Guna dari Vihara Buddha Dhamma Karawang. Romo Tanti Guna tak lain adalah ayah dari saudara Yogi Gunawaro (Facebook), seorang Dhammaduta muda yang sudah beberapa kali datang ke Vihara Surya Adhi guna untuk sharing Dhamma. Romo Tanti Guna sendiri dulunya seperti Saudara Yogi yang sering berkeliling dari vihara ke vihara lainnya untuk berbagi pengetahuan Dhamma. Romo Tanti Guna sudah beberapa kali datang ke Vihara Surya Adhi Guna sejak beliau masih muda. Sekarang, Romo Tanti Guna sudah berkeluarga. Dan sudah memiliki penerus semangatnya untuk berbagi Dhamma, yakni Saudara Yogi Gunawaro.
Romo berkata "Pada malam hari ini saya datang bukan untuk berceramah, tapi saya disini bersama kalian semua untuk belajar bersama, karena saya sendiri pun masih banyak yang perlu dipelajari".
“ Saya sungguh salut dengan para remaja umat Buddha Vihara Surya Adhi Guna. Kalo 4 jempol saya bisa diangkat, akan saya angkat untuk kalian semua. Karena seperti yang kita ketahui bahwa hari sabtu, malam minggu adalah harinya anak-anak ABG seperti kalian semua. Tapi lain dengan umat remaja Vihara Surya Adhi Guna, kalian tetap semangat mengikuti kebaktian pada malam hari ini. Melihat semangat kalian, saya sungguh berbahagia.”
Romo sendiri menjelaskan mengenai kehidupan sosial. Mulai dari ruang lingkup keluarga, lalu dalan lingkungan masyarakat dan sekolah. Lalu mengenai konsep-konsep kehidupan kita sebagai umat buddha, yang ternyata masih banyak yang belum dipahami.
“Kita sering mengaku sebagai umat Buddha, tapi sebenarnya pola pikir kita tetap terkontaminasi oleh paham-paham agama lain.” Ucap Romo sambil tersenyum.
Sebagai contoh, kita mungkin sering berpikir bahwa apabila kita selalu sembahyang, kita akan masuk surga. Sebenarnya paham tersebut adalah paham dari agama lain. Di dalam agama Buddha, walaupun kita rajin sembahyang, tapi apabila ucapan, perbuatan dan pikiran kita tetap tidak dapat dikendalikan, tetap saja sulit untuk terlahir di alam yang berbahagia.
Diantara kalian, siapa yang benar-benar sudah berpola pikir murni seorang Buddhis?..
“Kalau saya sendiri, jujur masih banyak paham-paham yang terkontaminasi oleh paham dari luar.”
“Kalau diantara kalian ada yang sudah murni berpola pikir Buddhis, bisa dites!”..
Lalu Romo melanjutkan, “ Coba kalu kalian bertemu dengan makhluk halus, masih takut apa langsung kabur?..” kalo pola pikir agama lain, makhluk halus adalah makhluk kutukan yang harus dimusuhi, diusir dan ditakuti. Tapi pada pola pikir Buddhis, kita harus mencintai makhlus halus tersebut. Kenapa? Karena mungkin saja salah satu makhluk halus tersebut pernah jadi orang tua kita, merupakan leluhur kita, atau pun sanak saudara kita. Jadi pada saat mereka memunculkan diri, itulah saatnya mereka membutuhkan bantuan kita. Kita harus melimpahkan jasa-jasa kebajikan yang pernah kita lakukan.
Sesuatu yang terjadi ada pasti sebab akibatnya. Padi bisa tumbuh menjadi beras lalu menjadi nasi, itu semua butuh proses. Adapun setelah meditasi kita mengucapkan sabbe satta bhavantu sukhitatta yang berarti semoga semua makhluk hidup berbahagia. Semua tak terkecuali......sekalipun itu makhluk yang terlihat maupun yg tidak terlihat. Tapi kadang kala kita suka merasa takut dengan mereka, padahal kita suka mendoakan mereka. Jika ada makhluk halus yang menjelma di hadapan kita, itu bisa jadi leluhur kita yang membutuhkan bantuan kita untuk melimpahkan jasa, bukan dalam bentuk makanan tapi dalam bentuk perbuatan kita. Berbuat baik akan membuahkan kebahagiaan.
Satu kisah penutup diceritakan oleh Romo Tanti Guna,
Ada sebuah keluarga yang memiliki anak laki-laki satu-satunya. Karena saking sayangnya orang tuanya, orang tuanya terus memberikan apapun yang anak tersebut inginkan. Anak tersebut terus dimanja dan diberikan apapun. Kalo anak jaman sekarang, minta handphone Blackberry langsung dibeliin sama mama papa nya. Saking dimanja oleh orang tuanya, menginjak bangku SMA, anak tersebut menjadi malas bersekolah. Nilainya jelek, perilakunya tidak baik, sampai pada akhirnya guru di sekolahnya melaporkan hal ini kepada orang tuanya. Mengetahui hal tersebut, orang tuanya menjadi marah dan menegur anak laki-laki kesayangannnya itu. Setelah ditegur, anak laki-laki tersebut tidak terima dengan sikap orang tuanya, lalu ia kabur dari rumah karena rasa kesalnya terhadap sikap orang tuanya yang biasanya selalu memanjakannya.
Setelah berjalan jauh dari rumahnya, akhirnya anak tersebut kelelahan. Tak disangka-sangka, ia bertemu dengan Tukang bakso langganannya di sekolah. Si Tukang baso pun mengenali anak laki-laki itu adalah langganannya. Tapi Tukang baso tersebut keheranan, si anak laki-laki yang biasanya kelihatan rapi, sekarang pakaiannya sangat kucel. Dan si anak tersebut kelihatan sangat kelaparan. Lalu dengan rasa kasihan, diberinya semangkuk baso untuk anak tersebut. Dengan tanpa keraguan, anak tersebut makan dengan lahapnya. Lalu tukang baso tersebut memberinya teh botol dan air jeruk. Setelah kenyang, si anak tersebut mengucapkan terima kasih. Tapi Tukang baso tersebut berkata “Kamu tidak usah berterima kasih pada saya , yang saya berikan hanya semangkuk baso dan minuman, harusnya berterima kasihlah pada orang yang telah memberikan segala-galanya sejak kamu lahir hingga sekarang ini.” Mendengar jawaban dari si Tukang baso tersebut, si anak kemudian menangis dan berniat untuk pulang ke rumah orang tuanya.
Demikian halnya kita, harus kita renungi bahwa jasa-jasa orang tua terhadap kita, tidaklah terbatas. Jadi kita anak-anaknya harus menjunjung tinggi orang tua kita dengan menuruti nasihat baiknya, berterimakasih dan merawat mereka pada saat mereka sudah tua nanti.
Semoga bermanfaat.
Sabbe satta bhavantu sukhitatta..
Sadhu Sadhu Sadhu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar