Minggu, 22 Maret 2009

Suhu Xien Yi : Kebaktian Umum Jumat, 20 Maret 2009


Kebhaktian Umum VSAG
20 Maret 2009
Protokol : Bp. Uu Dharmawan
Penyalaan Lilin Altar : Bp. Aen
Pembacaan Dhammapada : Ibu Soan Karuna Susanto
Penceramah : Suhu Xien Yi (dari Vihara Ekayana)

Namo Buddhaya.

Suhu Xien Yi mengawali acara dhammadesana malam ini dengan membahas ceng beng. Bulan ini tepatnya tanggal 27 Maret 2008, kita akan memasuki bulan dimana tradisi ceng beng dapat dilaksanakan. Ceng beng merupakan tradisi dari Tiongkok dan bukan merupakan ajaran Buddha.
Tradisi ceng beng sendiri mulai muncul pada dinasti Ming. Dahulu kala, terdapat seorang anak laki-laki yang pintar dan berbudi luhur yang lahir di keluarga miskin. Saat ia sudah dewasa, ia merantau untuk memperoleh nasib yang lebih baik. Akhirnya sang anak miskin itu menjadi seorang Raja, yang merupakan pendiri dari Dinasti Ming. Setelah sukses sang anak ini teringat orang tuanya yang berada di kampung. Lalu Ia mengunjungi kampungnya. tetapi ternyata kedua orangnya sudah meninggal dan ia pun tidak tahu dimana makam kedua orang tuanya.
Setelah berpikir keras, akhirnya ia mempunyai suatu ide agar ia dapat menemukan makam orang tuanya. Dengan kekuasaannya, Sang Raja memerintahkan kepada seluruh warganya untuk membersihkan dan menandai maisng-masing makam keluarga dan leluhurnya dengan kertas kuning dalam jangka waktu tertentu. Setelah melewati jangka waktu tertentu ternyata masih ada sebagian makam di kampung Sang Raja yang tidak ditandai kertas kuning. Sang Raja pun mengambil kesimpulan bahwa makam-makam tersebut adalah makam leluhurnya. Demikianlah sungguh besar bakti sang raja kepada orang tuanya.
Lalu bagaimana tanggapan agama Buddha terhadap tradisi ini???. Menurut Suhu, tradisi ini sangat bagus dan kita jangan sampai menghilangkan tradisi ini. Mengapa???
Hal ini tak lain karena tradisi ini merupakan tradisi yang mencerminkan rasa bakti kita kepada orang tua dan leluhur kita. Sang Buddha mengajarkan kita harus berbakti kepada orang tua yang terdapat pada "Sutra Bakti Anak". Selain itu dalam paritta pelimpahan jasa juga disebutkan 4 jasa yg terbesar yaitu orang tua, leluhur, bangsa dan negara, serta guru.
Jadi pada perayaan ceng beng ini, kita jangan hanya merayakan hanya karena tradisi saja. Tetapi rayakan tradisi ini sebagai kesempatan yang baik. Kesempatan untuk melimpahkan segala kebajikan kita kepada orang tua dan leluhur kita. Dengan jasa kebajikan ini, kita dapat menolong para leluhur dan sanak keluarga kita yang mungkin saja terlahir di alam yang menderita.
Buddha menyatakan jasa kebajikan orang tua sungguhlah besar. Kita tidak dapat membalas kebajikan orang tua walaupun kita telah menggendong orang tua sambil mengelilingi pengunungan himalaya sebanyak 10 kali. Sungguh besar jasa orang tua kita kepada kita. Oleh sebab itu, apabila kita telah berbuat baik renungkan jasa kebajikan orang tua kita dan limpahkan semua kebajikan kita kepadanya.
Lalu Apakah pelimpahan jasa hanya dilakukan selama bulan ceng beng saja??.
Tidak,kita dapat melakukan pelimpahan jasa kebajikan kapanpun setelah berbuat bajik. Sebagai contoh, setelah kita kebaktian, seperti malam ini, sebaiknya setelah kebaktian selesai kita jangan langsung pulang dulu. Cobalah diam sejenak, lalu renungkan kebajikan orang tua kalian dan renungkan semua kebajikan yang telah kamu lakukan selama kebaktian ini. Limpahkanlah jasa kebajikan tersebut kepada orang tua dan leluhurmu.
Kita juga bisa membalas kebajikan orang tua dengan menuntun orang tua kita agar berjalan di jalan Dhamma. Bila kita dapat membuat orang tua kita mengenal Dhamma maka sungguh besar kebajikan yang telah kita lakukan. Suhu bercerita bahwa beliau telah membuat mama beliau dari tidak mengetahui ajaran dhamma hingga mengenal dhamma. Mama beliau saat ini telah di Visudhi Upasika dan telah melakukan berbagai kegiatan vihara.
Kita seharusnya jangan takut untuk di Visudhi. Buddha Gautama telah menjelaskan bahwa ada 3 kriteria orang yang dapat bertemu dengan Buddha Maitreya yaitu :
1. Orang tersebut telah di Visudhi Trisarana
2. Orang tersebut telah di Visudhi Upasaka/Upasika
3, dan yang Orang tersebut pernah menjadi pertapa pada kehidupan sebelumnya
Sebagai penutup dhammadesana, Suhu Xien Yi membahas tentang maraknya sms dan kertas-kertas yang mengancam untuk disebarkan bila tidak akan mendapatkan kesialan. Menurut suhu, kita jangan takut dan langsung percaya akan hal-hal tersebut. Sesuai dengan ajaran Buddha "EHIPASSIKO", maka kita harus buktikan dulu. Bila kita sudah membuktikan bahwa hal-hal yang dikatakan benar dan berguna bagi orang lain maka kita dapat menyebarkannya.
Contoh bila pelafalan mantra Amitofo atau OM MANI PADME HUM dapat menyebabkan kedamaian dan membuat diri lebih bijaksana maka lakukan. Kalo kita merasakan meditasi itu membawa manfaat, maka lakukan. Lakukan sesuatu yang bermanfaat bagi spiritual kalian.
Demikianlah ringkasa dhammadesana Suhu Xien Yi. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia

Sadhu...! Sadhu...! Sadhu...!

1 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Search