Dua minggu yang lalu, tepatnya pada tanggal 28 Februari 2009, di Golf Pantai Indah Kapuk, Jakarta, diselenggarakan Talk Show Buddhis yang disertai dengan peluncuran buku yang berjudul “Hidup Senang Mati Tenang” (HSMT). Penulis buku yang spektakuler ini, yang juga merupakan pembicara dalam acara talk show ini bernama Ajahn Brahm. Beliau adalah Kepala Vihara Bodhinyana dan direktur Spiritual Masyarakat Buddhis Australia Barat. Beliau lahir di London pada tahun 1951. Saat ini Beliau telah menerbitkan tiga buah buku yaitu: Membuka Pintu Hati, Super Power Mindfullness. Dan Hidup Senang dan Mati Tenang.
Pada acara ini, Ajahn Brahm memulai talk show ini dengan membahas tentang kebahagiaan. Semua orang ingin hidupnya berbahagia dan menghadapi kematian dengan tenang. Bagaimana kebahagiaan dapat diperoleh?. Pada jaman sekarang kadang orang selalu berpikir bahwa kebahagiaan dapat diperoleh pada masa yang akan datang. Mereka berpikir jika saya telah berbuat begini atau begitu nanti saya akan bahagia.
Ajahn Brahm menceritakan dulu ketika Beliau berumur empat belas tahun, Beliau harus belajar dengan giat untuk menghadapi ujian O-level. Orang tua dan guru-guru Beliau selalu menasehatinya agar berhenti main sepakbola pada sore hari dan akhir pekan. Mereka menyuruh Beliau mengerjakan tugas sekolah dengan baik. Mereka menerangkan kepada Beliau bahwa betapa pentingnya O-level tersebut dan jika Beliau lulus maka nanti Beliau akan bahagia,
Ajahn Brahm mengikuti saran mereka dan lulus dengan baik. Tetapi setelah lulus O-level, Beliau tidak bahagia. Karna setelah lulus ujian O-level, Beliau harus belajar lagi lebih keras lagi untuk menghadapi ujian A-level. Orang tua dan guru-guru Beliau kembali menasehati Beliau agar berhenti keluyuran setiap sore dan berhenti mengejar-ngejar cewek. Mereka kembali berkata pada Beliau bahwa A-level begitu penting dan jika Beliau lulus A-level maka Beliau akan bahagia.
Sekali lagi, beliau mengikuti nasehat orang tua dan guru-guru Beliau. Tetapi apa yang terjadi??. Setelah lulus A-level, Beliau kembali merasakan ketidakbahagiaan. Mengapa??. Hal ini dikarenakan Beliau harus lebih kerja keras lagi untuk memperoleh gelar universitas. Ibu Beliau (Pada saat itu ayah Beliau sudah meninggal) dan para gurunya berkata bahwa universitas sangat penting dan jika Beliau berhasil memperoleh gelar maka Beliau akan bahagia.
Pada saat tersebut, Ajahn Brahm mulai curiga. Beliau melihat teman-temannya yang lebih senior, yang telah memperoleh gelar Sarjana. Mereka bahkan bekerja keras lagi untuk menabung untuk membeli rumah lalu mobil. Mereka berkata “Saat tabungan sudah cukup untuk membeli mobil maka saya akan bahagia.”
Ternyata apa yang terjadi setelah mereka (Teman senior Ajahn Brahm) sudah membeli mobil mereka tidak bahagia juga. Lalu mereka berusaha keras untuk mempunyai pasangan hidup. Mereka berpikir jika mereka sudah menikah dan mapan maka mereka akan bahagia. Tetapi apa yang terjadi, mereka kembali terpuruk pada ketidakbahagiaan.
Saat mereka sudah menikah, mereka harus berjuang lebih keras untuk membeli rumah yang lebih besar. Mereka lau kembali berpikir jika mereka sudah mempunyai rumah yang lebih besar untuk keluarga mereka maka mereka akan bahagia. Sayangnya kebahagiaan tidak terwujud lagi. Mereka akan terbebani oleh cicilan rumah, dan anak-anak yang membuat mereka terjaga setiap malam. Lalu mereka pun berkata “Ketika anak-anak sudah besar, keluar dari rumah dan mandiri, nanti kami akan bahagia.”
Saat anak-anak sudah besar, mereka masih belum merasakan kebahagiaan juga. Mereka masih bekerja keras untuk mengumpulkan uang di hari tua. Lalu mereka bepikir kalau mereka sudah pensiun maka mereka akan merasakan kebahagiaan. Dan seterusnya pemikiran ini berlanjut hingga mereka tua. Saat mereka tua dan sudah mulai relijius, mereka mendatangi Vihara atau Gereja karena mereka berpikir, “Karena bila saya berdoa saat ini, saat saya mati, nanti saya akan bahagia!”.
Ajahn Brahm berkata bagi mereka yang selalu berkata “Saat saya mendapatkan ini, saya akan bahagia”, kebahagiaan hanyalah impian di masa depan. Bagi mereka kebahagiaan selalu berada satu atau dua langkah didepan, sehingga selamanya kebahagiaan susah dicapai.
Sebenarnya kebahagiaan itu dapat diperoleh pada masa saat sekarang, bukan masa lalu atau masa depan. Kebahagian dapat diperoleh pada masa saat ini, jika saja pada saat ini kita merasa puas dengan keadaan kita. Tidak mengeluh dengan keadaan yang telah kita peroleh pada saat ini.
Lalu beliau menceritakan kisah tentang sebuah keluarga petani miskin dan seorang bikkhu tua. Di suatu desa, terdapat suatu keluarga petani miskin yang murah hati dan suka berdana. Suatu hari, seorang bikkhu tua melewati rumahnya untuk melakukan pindapatta. Sang petani miskin dan istrinya lalu berdana makanan kepada bikkhu tua tersebut. Mereka melayani bikkhu tua dengan baik. Saat itu bikkhu tua yang akan menghadapi masa Vassa meminta ijin untuk tinggal di dekat rumah si petani miskin. Akhirnya bikkhu tua, tinggal di dekat rumah petani miskin sampai masa vassa berakhir.
Hari-hari berlalu dengan cepat, akhirnya masa vassa bikhhu tua tersebut berakhir. Bikkhu tua pun bepamitan dengan petani miskin dan istrinya.Tetapi, petani miskin dan istrinya tidak mengijinkan sang bikkhu tua pergi. Mereka berharap bikkhu tua tetap tinggal, karna mereka merasa tenang dan damai ketika bikkhu tua tinggal di dekat mereka. Akhirnya bikkhu tua pun berkata. “Tidak bisa, masa vassa saya sudah usai, saya harus pergi. Karna kau dan istrimu sangat baik, saya akan menceritakan sebuah rahasia kepadamu. Apakah kamu tahu di sekitar rumahmu ini terdapat sebuah harta karun yang banyak sekali, yang mampu mebuatmu kaya raya?.” Si petani dan istrinya lalu menjawab tidak sambil keheranan.
Bikkhu tua itupun berkata, “Kalau kamu mengikuti semua intruksi saya dengan baik dan benar maka kamu akan menemukan harta karun tersebut.” Sang petani dan sang istri sangat antusias dan mendengarkan instruksi sang bikkhu tua tersebut dengan seksama. Bikkhu tua tersebut berkata, “Besok pagi hari, ketika matahari mulai terbit, kamu pergilah ke depan gerbang rumah lalu berdiri mengahadap matahari, lalu layangkan panah. Dimana panah itu jatuh, disitulah tempat harta karun tersebut.”
Setelah mendengar instruksi Bikkhu tua tersebut, akhirnya si petani memperbolehkan Bikkhu tua pergi. Saat ini, si petani gelisah menunggu pagi hari menyingsing. Si petani percaya pada Bikkhu tua tersebut karena “THE OLD MONK NEVER LIE” (Bikkhu tua tidak pernah berbohong).
Akhirnya matahari mulai terbit, lalu si petani miskin cepat-cepat keluar membawa busur dan panah. Lalu dia berdiri di depan gerbang menghadap matahari lalu memanahkan anak panahnya akhirnya panah pun jatuh di suatu tempat. Istri sang petani lalu bergegas menghampiri tempat tersebut sambil membawa sebuah sekop. Lalu istri petani tersebut mulai menggali dan menggali. Lalu apa yang terjadi.., “NOTHING”. (tidak ada apa-apa).
Tidak ada harta karun dan yang sialnya tempat yang mereka gali merupakan tanah seorang tuan tanah yang kaya raya. Tentu saja tuan tanah marah dan menyuruh anak buahnya menangkap si petani dan istrinya. Saat akan ditangkap si istri petani mengelak bahwa itu bukan salah dia, tetapi salah suaminya yang menebakkan panah. Lalu si petani menyalahkan Bikkhu tua. Lalu mereka bercerita tentang harta karun yang diceritakan oleh bikkhu tua tersebut. Sang tuan tanah lalu berkata “The Old Monk Never Lie” (Bikkhu tua tidak pernah berbohong). Sang tuan tanah lalu berkata, “Apa yang kamu tahu tentang memanah, besok kita akan ulangi instruksi Bikkhu tua tersebut. Besok saya yang memanah, ketika harta tersebut ditemukan kita akan bagi dua harta tersebut, OK??.” Mereka setuju dan sepakat untuk membagi harta tersebut.
Akhirnya matahari mulai terbit, lalu si tuan tanah membawa busur dan panahnya dan dia berdiri di depan gerbang, menghadap matahari lalu memanahkan anak panahnya. Akhirnya panah pun terbang lebih jauh dari sebelumnya dan jatuh di suatu tempat. Istri sang petani lalu berlari menghampiri tempat tersebut sambil membawa sebuah sekop. Lalu istri petani tersebut mulai menggali dan menggali. Lalu apa yang terjadi, “NOTHING”. (tidak ada apa-apa). Ya.. tidak ada apapun. Mereka semua bingung dan heran.
Harta karun tak diperoleh malah mereka mendapat bencana. Mereka semua ditangkap karena tempat yang mereka gali merupakan tanah seorang jendral. Tentu saja jendral itu marah dan menyuruh anak buahnya menangkap tuan tanah, petani dan istrinya. Saat akan ditangkap, si istri yang menggali lubang mengelak dan menyalahkan tuan tanah yang menembakkan panah. Lalu si tuan tanah mengelak bukan dia yang salah tetapi petani yang bercerita tentang Bikkhu tua kepadanya. Lalu mereka bercerita tentang harta karun yang diceritakan Bikkhu tua kepada jendral tersebut. Sang jendral berpikir dan kemudian berkata “The Old Monk Never Lie” (Bikkhu tua tidak pernah berbohong). Sang Jendral lalu berkata, “Apa yang kamu tahu tentang memanah Tuan Tanah, besok kita akan ulangi instruksi bikkhu tua tersebut. Besok saya yang memanah, ketika harta tersebut ditemukan kita akan bagi harta tersebut. Kamu 1/3, kamu 1/3 dan saya 1/3. Ok???. Mereka pun setuju akan kesepakatan tersebut
Ketika matahari mulai terbit, lalu sang Jendral membawa busur dan panahnya dan dia berdiri di depan gerbang menghadap matahari lalu memanahkan anak panahnya akhirnya panah pun terbang lebih jauh, sangat jauh dari sebelumnya, dan jatuh di suatu tempat. Istri sang petani lalu berlari menghampiri tempat tersebut sambil membawa sebuah sekop. Lalu istri petani tersebut mulai menggali dan menggali. Lalu apa yang terjadi.., “NOTHING”. (tidak ada apa-apa). Ya.. tidak ada apapun. Mereka kembali bingung dan kecewa.
Kembali bencana menimpa mereka, mereka semua ditangkap karena tempat yang mereka gali merupakan tanah kediaman seorang Raja. Saat akan ditangkap kembali mereka bercerita tentang harta karun yang diceritakan oleh Bikkhu tua kepada Raja. Sang Raja juga berkata “The Old Monk Never Lie” (Bikkhu tua tidak pernah berbohong). Maka Raja memutuskan untuk mencari Bikkhu tua untuk menyelidiki masalah ini.
Akhirnya Bikkhu tua ditemukan. Lalu bikkhu tua bertanya kepada mereka apa yang mereka lakukan, pasti mereka melakukannya tidak sesuai instruksi. Mereka semua berkata mereka pagi hari ketika matahari mulai menyingsing, mereka berdiri di depan gerbang menghadap matahari. Lalu bikkhu tua itupun berkata benar, sejauh ini kau mengikuti instruksiku dengan tepat. Lalu mereka menembakkan panah tersebut. Bikkhu tua tersebut menyela lau berkata, “Aha.., kamu salah.., aku tidak menyuruh kamu menembakkan aku bilang buat panahmu melayang diatas. Jadi seharusnya kamu buat melayang saja panahmu seperti ini”.
Ternyata ketika panah hanya dibuat melayang saja ternyata panah tersebut jatuh tak jauh didepan mereka. Ditempat dimana mereka berdiri (Di depan gerbang), disitulah harta terdapat. Dan benar saja harta karun yang banyak terdapat disana.
Dari cerita ini kita bisa melihat ternyata harta karun (Kebahagiaan) ada di dekat kita, di tempat di mana kita berada. Kebahagiaan bukan di masa depan, tapi berada di kekinian. Kita tidak usah mencari jauh-jauh kebahagiaan ternyata kebahagiaan ada di dekat kita, hanya saja terkadang kita tidak mengetahuinya.
Kebahagiaan begitu mudah kita peroleh jika kita mau menerima apa adanya., menerima segala kekurangan yang orang lain miliki. Bila kita mencintai seseorang walaupun orang tersebut memiliki kekurangan atau kesalahan pada kita, maka kita akan selalu bahagia. Oleh sebab itu, kita harus memiliki sebuah cinta yang sejati di dalam kehidupan ini agar kita selalu bahagia di kekinian.
Cinta sejati adalah cinta yang tak mementingkan diri sendiri. Cinta yang selalu membukakan pintu hati kita untuk siapa pun tanpa melihat apa yang sedang dia perbuat. Ajahn Brahm bercerita ketika dahulu waktu Beliau berumur sekitar 13 tahun. Ayahnya pernah berkata pada Beliau, “Nak, Apapun yang kamu lakukan dalam hidupmu ketahuilah, pintu rumahku selalu terbuka untukmu”. Pada waktu itu, Beliau tidak mengerti maksud arti dari perkataan Ayahnya. Ketika Beliau telah menjadi Bhikkhu di Thailand, Beliau merenungkan kembali apa maksud dari perkataann Ayahnya ini. Akhirnya Beliau mengerti bahwa pada saat itu Ayahnya menawarkan sebuah cinta tanpa syarat. Ayahnya mencintai Beliau apa adanya. Itulah cinta yang sejati, karena cinta sejati adalah cinta yang tak mementingkan diri sendiri.
Cinta Sejati biasanya terjadi dalam hubungan orang tua dan anak. Orang tua mencintai anaknya dengan tulus, tanpa mengharapkan imbalan tertentu. Hal ini, berbeda dengan hubungan antara suami istri. Tetapi banyak dari kita suka berpikir bahwa hubungan istimewa adalah cinta sejati, bukan cinta asmara. Tetapi kenyataannya tidaklah demikian, karena biasanya diri kita akan kecewa apabila pasangan hidup diri kita berubah.
Konon dalam suatu pernikahan itu terdapat tiga buah cincin yaitu: cincin pertunangan (engagement ring), cincin pernikahan (wedding ring), dan cincin derita (suffer ring). Nah, ketika di masa perkawinan kita mengalami kekecewaan, ingatlah akan cincin derita. Jadi sangatlah wajar jika menderita dalam perkawinan, kita janganlah terpuruk akan hal itu. Biarlah ia berlalu dengan sendirinya, maka kita akan berbahagia. Jika kita melihat pasangan kita melakukan kesalahan yang membuat kita kecewa, maklumi pasangan kita tersebut.
Ajahn Brahm lalu bercerita tentang sebuah upacara pernikahan, pada acara tersebut sang ayah mertua memanggil menantu barunya untuk memberi nasehat agar pernikahan tersebut awet. “Apakah kamu sangat mencintai anak saya?”, kata sang mertua kepada pemuda tersebut. “ tentu saja” jawab menantunya.
Lalu sang mertua bertanya kembali “Apakah kamu berpikir bahwa dialah wanita paling hebat di dunia”. Sang menantu kembali menjawab bahwa baginya putri mertuanya begitu sempurna dalam segala hal.
Sang mertua lalu berkata “Itulah yang kamu rasakan sewaktu baru menikah.” “Namun setelah beberapa tahun kamu akan menyadari kekurangan-kekurangan anak saya. Saat kamu mulai melihat kekurangannya, saya harap kamu ingat, bahwa jika dia tidak mempunyai kekurangan tersebut, anak saya mungkin sudah menikah dengan lelaki lain yang jauh lebih baik denganmu.”
Jadi kita harus selalu bersyukur bila pasangan kita mempunyai kekurangan. Jika mereka tidak mempunyai kekurangan-kekurangan itu, maka mereka mungkin sudah mereka menikah dengan orang lain. Perasaan bersyukur terhadap pasangan kita akan membuat kita selalu berbahagia.
Pada acara ini juga, Ajahn Brahm mengungkapkan jalan menuju kebahagiaan yaitu dengan melaksanakan delapan jalan utama pada kehidupan kita. Dengan mengikuti jalan ini, maka kita akan mencapai suatu kebahagiaan tertinggi yaitu Nibbana. Kita semua kadang bertanya pada diri sendiri apa itu “Nibbana”. Ajahn Brahm dengan begitu indahnya menjelaskan Nibbana dengan sebuah cerita lima orang anak dalam sebuah game permohonan.
Di suatu tempat terdapat lima orang anak yang berkumpul untuk melakukan games permohonan. Peraturan games ini adalah masing-masing anak mengajukan satu permohonan. Bagi siapa yang permohonan yang paling bagus dan hebat, maka dialah pemenangnya.
Anak pertama mulai mengajukan permohonan, Ia memohon untuk memperoleh seratus hamburger sehingga dia dapat makan hamburger sepuasnya. Hal ini dikarenakan selama ini Ibunya tidak pernah mengijinkannya memakan hamburger.
Anak kedua pun tah kalah pintar, Ia memohon suatu pemintaan yang luar biasa, dan lebih cerdik dibandingkan anak yang pertama. Ia memohon agar sebuah toko hamburger, sehingga kapanpun dia mau makan hamburger dia dapat memakannya. Anak kedua merasa yakin permintaan jauh lebih hebat dibandingkan anak pertama, dan tidak ada yang dapat mengalahkannya.
Anak ketiga tak kalah cerdik dan pintar dibandingkan anak kedua. Dia memohon satu juta dollar US. Dia berpikir dengan uang sebesar itu dia dapat membeli play station, karena selama ini orangtuanya tidak mengijinkannya bermain playstation. Selain itu dia juga berpikir bahwa dengan uang sebesar itu dia juga dapat mendirikan sebuah sekolah. Jika ia mempunyai sekolah sendiri, maka ia akan dapat bermain playstation sesuka hati tanpa perlu belajar. Ia dapat bermain “playstation” dan lulus sekolah dengan nilai yang tinggi. Setelah ia lulus, ia akan menjual sekolah tersebut dan mendirikan sebuah universitas. Dengan begitu dia dapat gelar Phd. tanpa harus belajar keras dan dapat selalu bermain “playstation”. Anak ketiga berpikir dialah pemenangnya tidak akan mungkin ada orang yang dapat mengalahkannnya.
Anak keempat dengan yakin berkata bahwa ia yang akan menang. Semuanya bingung dan penasaran ingin segera mengetahui apa permintaan anak keempat tersebut. Ternyata anak keempat memohon untuk memperoleh tiga permintaan. Jika ia mendapat tiga kesempatan mengajukan permintaan, Ia akan meminta:
Permintaan pertamanya adalah ia meminta seluruh cabang hamburger yang ada adalah miliknya, Sehingga ia dapat sesuka hati makan hamburger.
Pemintaan keduanya adalah ia meminta sebuah sekolah miliknya, agar dia dapat bermain dan memperoleh nilai bagus.
Permintaan kertiganya adalah ia akan meminta tiga permintaan lagi.
Dan seterusnya ia akan mempunyai kesempatan memohon lagi, dan setiap permintaan ketiga ia akan memohon tiga permintaan lagi. Anak keempat berkata kepada semua temannya, “Dengan begini aku akan selalu bisa memenuhi segala keinginanku. Sungguh hebatkan permintaanku.”
Semua anak terkagum dengan permintaan anak keempat, kecuali anak kelima. Anak kelima malah berkata, “Ah.., permintaanmu masih kalah dengan permintaanku. Aku yakin aku yang akan menang dalam games ini”. Apakah permohonan anak kelima???.
Ternyata anak kelima memohon jika ia mempunyai satu pemohonan dia akan meminta agar ia dibebaskan dari segala keinginan. Ia ingin selalu merasa puas dengan segala keadaannya. Dengan begitu, ia akan selalu bahagia.
Seperi itulah Nibbana, terbebas dari segala keinginan yang dapat membuat kita menderita. Oleh karna itu, marilah kita berjuang mecapai Nibbana. Latihlah Sila, Samadhi dan Panna kita dalam kehidupan sehari-hari. Maka kita akan berbahagia selamanya.
Demikianlah kurang lebihnya isi Talk Show Ajahn Brahm. Saya mohon maaf bila ada kata-kata saya yang kurang baik dan tidak sama persis dengan Ajahn Brahm katakan. Semua isi ringkasan ini, saya buat sesuai dengan penangkapan sederhana saya atas apa yang Ajahn Brahm katakan selama talk show. Semoga ringkasan yang sederhana ini dapat berguna bagi membaca.
Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia.
Sadhu..! Sadhu..! Sadhu…!
sharing yang bermanfaat.. terima kasih untuk usaha dan waktunya.. namatse
BalasHapusKeren... ^_^... SUka dengan Ceramah Bante Ajahn BrahM... ^_^...
BalasHapusBante Penuh dengan SENYUMAN yang maniz n selalu Happy...
walaupun saya bukan budhis,tapi saya sangat suka dengan tulisan pak ajahn brahm,terutama dr buku si cacing dan kotoran kesayangannya yg pernah saya baca :)
BalasHapus