Senin, 11 Januari 2010

Bapak Hemarta : Pentingnya Konsentrasi


Kebhaktian Umum, 25 Desember 2009
Protokol : Ibu Soan Karuna Susanto
Penyalaan Lilin Altar : Ibu Lilayani
Pembacaan Dhammapada : Ibu Empang (Gatha 252 dan 253)
Dhammadesana : Bpk. Hemartha Virya Jaya
Penulis : Grace Chandra

Namo Buddhaya…,

Dalam dhammadesananya malam ini Bpk. Hemartha memberitahukan tentang betapa pentingnya konsentrasi. Dengan memiliki konsentrasi yang baik maka kita akan menjalani segala aktifitas dengan baik. Contoh saja seorang pimpinan jika tidak mempunyai konsentrasi yang baik jika bawahannya sedang menjelaskan suatu masalah maka ia tidak akan mampu berkonsentrasi untuk mendengarkan permasalahan yang ada. Tentu saja jika hal ini terjadi maka atasan tersebut tidak dapat memecahkan masalah dengan baik pula.
Konsentrasi dapat dilatih dengan melatih meditasi. Selain bermeditasi kita juga melatih konsentrasi dengan jalan melakukan segala kegiatan dengan selalu berkesadaran. Misalnya makan dengan sadar, berjalan dengan sadar, bernapas dengan sadar.
Bapak Hemartha kemudian menceritakan suatu cerita yang menceritakan akibat fatal dari ketidak konsentasiannya seseorang. Diceritakan di suatu desa terdapat keluarga miskin yang terdiri dari seorang ayah, ibu dan anak. Sang ayah seorang kuli tani, sang ibu seorang tukang cuci dan seorang anak berumur 7 tahun yang bernama Ruri.
Ruri merupakan anak yang hemat. Setiap Ruri mendapatkan uang dari orang tuanya pasti ia tabung semuanya. Akhirnya celengannya penuh dan kemudian ia pecahkan celengannya itu. Setelah dihitung-hitung ternyata uang tabungannya cukup banyak sehingga mampu membeli 2 potong pakaian untuknya, 2 potong pakaian untuk ayahnya dan 2 potong pakaian untuk ibunya.
Ruri pun ke pasar untuk membeli pakaian dari yang tabungan. Setiba di toko pakaian, Ruri dengan segera memilih masing-masing 2 potong pakaian untuknya, Ayah dan Ibu. Setelah memilih dan membeli pakaian, Ruri melihat kerumunan orang di seberang toko. Ternyata di seberang toko ada sebuah Vihara yang penuh dengan umat.
Ruri lalu menyeberang untuk melihat kerumunan lebih dekat untuk mengetahui sebenarnya ada acara apa di Vihara sehingga begitu banyak umat berkumpul. Ruri bertanya kepada seorang umat yang berada dekatnya, “Paman, sedang ada acara apa memangnya??, mengapa begitu banyak umat berkumpul?.” Paman itu berkata, “De.., hari ini adalah Hari Kathina, hari dimana umat Buddha memberikan persembahan Jubah dan perlengkapannya kepada anggota Sangha.”
Ruri pun melihat seorang umat sedang mempersembahkan jubah kepada anggota Sangha dan ia pun ingin melakukan hal yang sama. Akhirnya Ruri memutuskan untuk mengembalikan sebagian pakaian yang telah ia beli. Ia pun memutuskan hanya membeli 1 potong pakaian untuknya, 1 potong pakaian untuk ayahnya dan 1 potong pakaian untuk ibunya. Hal ini ia lakukan karena sebagian uang tabungannya akan ia gunakan untuk membeli jubah yang akan ia persembahkan kepada anggota Sangha.
Setelah membeli jubah, maka Ruri pun berjalan maju menuju anggota Sangha. Ruri bersujud dan menyerahkan dananya dengan tulus dan ikhlas. Dana tersebut pun diterima oleh seorang Maha Thera. Ruri merasa senang dan suka cita karena telah melakukan suatu perbuatan baik. Setelah itu dari tahun ke tahun, Ruri selalu melakukan berdana jubah kepada anggota Sangha dan Maha Thera yang menerimanya.
Tahun berganti tahun dan Ruri kecil saat ini telah dewasa menjadi pemuda yang sukses. Keluarganya yang dulu miskin sekarang sudah menjadi jutawan. Ketika sudah menjadi jutawan, Ruri merasa enggan bila berdana harus ke Vihara. Maka ia memutuskan untung mengundang Maha Thera untuk datang ke rumahnya untuk menerima pesembahan dari dirinya.
Maha Thera yang menerima undangan tersebut memutuskan untuk mengutus samanera muda ke rumah Ruri. Ruri yang mengetahui hal ini, sangatlah marah dan ia berkata kepada samanera bahwa ia hanya akan memberikan dananya untuk Maha Thera jadi Ruri pun menyuruh samanera itu pulang tanpa membawa dana.
Samanera pulang dan menceritakan kejadian tersebut kepada Maha Thera. Walaupun sudah diceritakan bahwa dana tersebut hanya akan diberikan kepada Maha Thera, tapi Maha Thera tetap tidak pergi ke rumah Tuan Muda Ruri. Pada akhirnya karena Maha Thera tak kunjung datang maka makanan dan berbagai perlengkapan yang sudah disediakan oleh Ruri pun dibagi-bagikan kepada kenalan dan tetangganya.
Suatu hari karena usia Ruri yang sudah tua maka Ruri pun meninggal. Sesampai di akhirat, Ruri disambut dengan ramah oleh hakim akhirat. Hakim akhirat berkata, “Tuan karena tuan semasa hidup banyak melakukan kebajikan maka tuan diberi hak istimewa untuk memilih untuk tinggal di surga atau neraka.” Ruri pun menjawab bahwa sebelum memutuskan tinggal dimana ia ingin melihat seperti apa surga dan neraka itu.
Akhirnya Ruri diajak tur ke surga oleh hakim akhirat ternyata disurga orang-orang yang berada di surga melakukan aktifitas meditasi, mendengarkan dhamma, membaca paritta dan berdana. Melihat hal tersebut, Ruri merasa bahwa surga sangatlah membosankan. Ia pun berkata, “Huuhhh.., surga sungguh membosankan. Kegiatan yang dilakukan di surga sudah sering aku lakukan di dunia. Sekarang saya mau lihat keadaan di neraka saja.”
Ruri pun tiba di neraka, ternyata di neraka penuh dengan keramaian. Orang-orang yang berada di neraka sedang bergembira dan tertawa. Aktifitas di neraka hanyalah mabuk-mabukan, berjudi dan foya-foya. Ruri merasa senang dan menyukai aktifitas tersebut. Oleh karena itu tanpa berpikir panjang Ruri memutuskan untuk tinggal di neraka saja. Ruri berkata. “Nah.., ini baru tidak membosankan. Neraka penuh dengan aktifitas menyenangkan yang belum pernah aku lakukan di dunia.”
Setelah Ruri berkata seperti itu maka gerbang neraka pun terbuka untuk Ruri. Akan tetapi ketika Ruri berada di neraka pemandangan menyenangkan yang tadi ia lihat sudah hilang, berubah menjadi jeritan dan pemandangan orang-orang yang sedang disiksa. Melihat tersebut, Ruri pun kaget dan dengan ketakutan ia pun bertanya, “Hahhh.., Mengapa pemandangan neraka seperti ini.., mana orang-orang yang sedang berjudi, mabuk-mabukan dan foya-foya??.” Hakim akhirat pun menjawab’ “Ohh.., Neraka sebenarnya pemandangannya seperti ini. Yang tadi anda lihat pertama kali adalah saat-saat neraka sedang melakukan diskon. Dan saat ini diskon neraka telah usai maka orang-orang yang di neraka pun kembali akan disiksa seperti biasanya.” Ruri pun semakin kaget akan jawaban dari hakim akhirat.
Dari cerita yang walaupun hanya dongeng belaka, tapi sebenarnya kita dapat ambil hikmahnya. Ruri yang tidak berkonsentrasi tidak dapat melihat sesungguhnya neraka dan surga. Kecerobohan Ruri dalam memutuskan sesuatu membuat dirinya harus menderita walaupun sebenarnya ia mempunyai kesempatan untuk berbahagia. Oleh sebab itu bapak/ibu, saudara/i sedhamma kita harus berkonsentrasi dan berkesadaran selalu sehingga tidak akan ada kata sesal nantinya.
Renungkanlah hal ini dan semoga bermanfaat. Sadhu…! Sadhu..! Sadhu…!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Search