Rangkuman Kegiatan GABI VSAG 20 Januari 2013
Siswa Utama Sang Buddha
Penulis : Anastasya Natalie
Pada hari Minggu tanggal 20 Januari 2013 cuaca di Rengasdengklok hujan. Walaupun minggu ini hujan GABI VSAG tetap bersemangat untuk datang ke vihara dan minggu ini jumlah GABI lebih banyak daripada minggu kemarin. Minggu ini anak-anak GABI VSAG akan mendengarkan cerita lohh.. Cerita tersebut akan disampaikan oleh saudari Nira. Ceritanya berjudul “Siswa Utama Sang Buddha”.
“ Pada suatu hari ada 2 bayi yang lahir di hari yang sama yang bernama Kolita dan Upatisa. Kolita adalah cikal bakalnya Bhante Maha Monggalana. Suatu hari tepat pada pesta ulang tahun Kolita dan Upatisa,semua warga diundang dan pestanya diadakan secara meriah dan berlangsung 3 hari 3 malam. Tepat di hari ke 3,mereka berdua tampak jenuh. Mereka berkata “Di kehidupan seperti ini,kesenangan seperti ini tidak akan lama. Semuanya akan hilang dan mereka semua akan meninggal. Kehidupan ini anicca ( tidak kekal ).”
Lalu mereka pun akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang pertapa. Setelah mempunyai tekat seperti itu,mereka berdua pergi meninggalkan istana dan menggelana mencari guru-guru hebat. Di awal perjalanan mereka pun mendapatkan seorang guru yang bernama Brahmana Sanjaya. Namun Kolita dan Upatisa ini merasa tidak mendapatkan sesuatu yang lebih baik setelah berguru dengan Brahmana Sanjaya ini.
Mereka pun melanjutkan perjalanannya,di tengah perjalanan mereka bertemu Bhikkhu Asaji , Beliau adalah salah 1 dari 5 orang murid Sang Buddha. Asaji pun membabarkan dhamma, karena Upatisa pandai dalam hal mengingat maka dalam jangka waktu pendek Upatisa mencapai Sotapanna. Lalu Upatisa menceritakan dhamma tersebut kepada Kolita dan akhirnya Kolita pun mencapai tingkat Sotapanna juga.
Setelah mencapai Sotapanna,mereka pun mencari guru lagi dan bertemulah dengan Sang Buddha. Lalu mereka berdua mencapai ehi bhikkhu yang artinya datanglah bhikkhu. Mereka berdua ditahbiskan menjadi bhikkhu oleh Buddha sendiri dan Kolita diberi nama Bhante Maha Monggalana lalu Upatisa diberi nama Bhante Sariputta.
Bhante Maha Monggalana berlatih meditasi di hutan sedangkan Bhante Sariputta berlatih meditasi di vihara. Bhante Maha Monggalana merasa tidak sanggup dan ingin menyerah karena 6 rintangan batin. 6 rintangan batin tersebut ialah :
1. Nafsu-nafsu Indrawi
2. Niat Buruk
3. Kemalasan
4. Kegelisahan
5. Penyesalan
6. Keragu-raguan
Pada hari ke 7 Bhante Maha Monggalana pun merasa sangat lelah karena 6 rintangan batin. Melihat Bhante Maha Monggalana ingin menyerah, Sang Buddha pun muncul di hadapan Maha Monggalana, memberinya semangat dan nasihat dan pada akhirnya Bhante Maha Monggalana berjuang mencapai tataran kesucian tertinggi arahat. Di bawah sinar rembulan, 1250 bhikkhu tanpa diundang dan semuanya ehi bhikkhu datang menghampiri 1 titik cahaya yaitu Sang Buddha dan hari itu diperingati sebagai hari raya Magha Puja.
Pada saat itu Sang Buddha mengenalkan siswa utamanya yaitu Maha Monggalana dan Sariputta. Lalu Sang Buddha membabarkan syair Ovada Pattimokha yang berisi :
“ Kesabaran adalah latihan moral yang paling unggul. Buddha menyatakan sungguh luhur Nirwana. Ia yang masih melukai atau membunuh mahluk lain,bukanlah orang yang telah meninggalkan keduniawian. Ia yang merugikan mahluk lain,bukanlah pertapa mulia. Tidak melakukan segala kejahatan,meningkatkan kebajikan,menyucikan pikiran sendiri,inilah ajaran semua Buddha. Tidak berkata buruk dan merugikan mahluk lain,menaati aturan monastik dengan seksama,makan dalam takaran secukupnya,tinggal di tempat-tempat terpencil,melaksanakan meditasi lanjut,inilah ajaran semua Buddha.”
Setelah Bhante Maha Monggalana dan Bhante Sariputta diangkat menjadi siswa utama, Bhante Maha Monggalana memiliki kesaktian peringkat kedua dari Sang Buddha. 7 kesaktian Bhante Maha Monggalana yaitu :
1. Membaca pikiran atau telepati
2. Mempunyai telinga sakti
3. Mata sakti
4. Mengingat kehidupan silam
5. Membaca karma
6. Bisa menghilang
7. Bisa terbang
Walaupun pada kehidupan saat ini Bhante Maha Monggalana mencapai kesucian tingkat arahat namun dia meninggal dengan cara tidak wajar. Itu semua adalah karmanya di masa lampau. Di kehidupan masa lampau ia memiliki seorang istri dan memiliki orang tua yang buta. Istrinya tidak suka dengan orang tua Maha Monggalana yang buta itu,maka ia menghasut Maha Monggalana untuk membunuhnya. Akhirnya Maha Monggalana pun terhasut dan membunuh kedua orang tuanya. Akibatnya di kehidupan saat ini dia meninggal dengan cara di mutilasi. “
Tidak ada komentar:
Posting Komentar