Jumat, 15 Januari 2010

Air Parita


Kebaktian umum JUmat, 08-01-2010

Protokol: Romo Pannajayo
Penyalahan lilin altar: Bpk Aen
Penceramah : Bhante dari Vihara Dhammacakka Jaya.
Penulis : Yessica F.S. & Nanda Devi Nur

Pada hari jumat tgl 8 januari 2010. saya & Nanda diberi tugas oleh ci Grace untuk merangkum ceramah pada kebaktian umum yang akan di isi oleh Bhante dari Vihara Dhammacaka Jaya Jakarta. Yang akan dimuat untuk blog ini. Ci Grace Chandra menugaskan kami berdua karena ci Grace sedang kurang sehat.
Pada malam hari ini Bhante sangat senang dapat mengisi dhammadesana di Vihara surya Adhi Guna ini. Ini terlihat dari keinginan Bhante untuk masuk ke ruangan Dhammasala sebelum dipersilahkan masuk. Saat umat sedang bermeditasi Bhante ingin segera masuk, ini karena sebelumnya Bhante bertanya kepada saya berapa umat yang hadir, lalu saya menjawab ya kira-kira ada lah 150 orang. Lalu Bhante menjadi segera ingin melihat dan masuk ke dalam ruang dhammasala lebih cepat dari rencana. Karena itu malam hari ini tidak ada pembacaan dhamapada.

Saat dhammadesana Bhante menjelaskan tentang air parita.
mungkin banyak dari kita yang bertanya tentang khasiat atau manfaat dari air parita.
Adakah manfaatnya???.
Pertaanyaan ini dapat dijawab melalui 2 tinjauan yaitu tinjauan dari sutta dan tinjauan ilmiah.

Dalam dhammadesana Bhante kali ini, Bhante menerangkan tentang sejarah kenapa ada air parita dan apa tujuannya.
Bhante bercerita 10 tahun yang lalu saat bahte masih menjadi umat awam Bhante belum mengerti tentang air parita. Orang-orang yang pergi ke vihara selalu meminta para bhikku yang hadir untuk memberikan air parita, mungkin tujuannya agar hidupnya berhasil dan sukses, jika pelajar mungkin agar mendapat nilai yang bagus.
Tetepi setelah Bhante memasuki sangha, beliau tinggal di Vihara mendut menjadi samanera dan harus belajar selama 1 tahun saat beliau belajar tidak ada guru yang mengajar atau menjelaskan tentang air parita tetapi bhante dengan semangatnya mencari tau sendiri dengan membaca-baca buku. Lalu beliau menemukan salah satu buku tipitaka yang menjelaskan tentang sejarah dari air parita yaitu khuddakapatha.
Didalam khuddakapatha dijelaskan bahwa Buddha memberikan intruksi kepada Ananda untuk menghafalkan dan mempelajari suta permata (parita Ratana sutta), setelah paham Ananda diperintahkan untuk mengajarkan kepada para Bhikku dan para umat.
Pada saat itu di kota Vesali terjadi sebuah bencana, awalnya terjadi kekeringan yang panjang mengakibatkan kelaparan lalu banyak berjatuhan korban karena bencana ini. Karena terlalu banyak yang meninggal, mayat-mayat itu pun tidak dimakamkan, tetapi hanya didiamkan begitu saja. Lama kelamaan mayat-mayat itu pun membusuk akibatnya banyak makhluk-makhluk yang berdatangan ketempat itu yang mencium aroma bau busuk mayat, makhluk-makluk itu adalah raksasa asura dan makhluk peta kunapasa. Selain itu juga banyak menyebar penyakit.
Setelah Buddha mendengar berita ini lalu Buddha datang ke kota Vesali pada saat Buddha datang banyak keajaiban yang yang ikut datang juga yaitu salah satunya turunnya hujan lebat tiada henti-hentinya. Hujan ini disebut hujan teratai, hujan ini aneh. Mereka yang ingin basah terkena hujan maka akan basah tetapi mereka yang tidak ingin basah maka tidak akan basah dan akan tetap kering.
Karena hujan ini tidak kunjung berhenti hingga berhari-hari maka terjadi banjir, kira-kira setinggi pinggang orang dewasa, karena banjir ini mayat-mayat yang berserakan menjadi hanyut terbawa airkesungai gangga lalu menuju ke laut. Setelah itu kota Vesali menjadi bersih dari mayat-mayat, raksasa pun pergi tetapi makhluk-makhluk peta bersembunyi di balik kandang-kandang ternak. Lalu Buddha beserta rombongan 500 Bhikku dan para umat berbaris lalu membacakan sutta permata (parita Ratana sutta). Ini lah pertama kalinya Ratana sutta dibacakan bersama-sama dan menggema di seluruh negri.
Buddha dibaris paling depan sambil membawa mangkok yang berisi air lalu memercikan air itu keseluruh penjuru, setelah pemercikan air itu makhluk-makhluk peta tersebut yang sebelumnya bersembunyi di belakang kandang ternak menjadi lari dan kabur.
Setelah itu Sang Buddha membabarkan Ratana sutta lalu 84000 mkhluk yang hadir baik manusia atau pun dewa mencapai kesucian sottapana.
Dari cerita tadi dapat disimpulkan bahwa manfaat air parita adalah untuk membersihkan tempat dari makhluk-makhluk seperti raksasa dan makhluk peta.
Itu tadi menurut tinjauan sutta.
Sekarang jika menurut tinjauan ilmiah, para pemikir ilmiah selalu menuntut bukti dan fakta. Ada suatu penelitian yang meneliti air.
Menurut penelitian ilmiah air dapat merekam apa yang kita pikirkan.
Ada 2 jenis air. air yang pertama diberi kata-kata, oh sungguh indah, kata2 yang halus dan lembut, sedangkan yang satunya diberi kata-kata ari kau sungguh jelek dan bau. Setelah itu air itu di bekukan lalu saat mencair dilihat dengan menggunakan alat, air yang di beri pujian menghasilkan molekul-molekul yang baik dengan bentuk seperti kristalbernentuk segi enam, sedangkan yang di jelek-jelekan mendapatkan hasil yang buruk air menjadi berwarna coklat seperti lumpur. Dari sini dapat mebuktiak kata- kata yang baik akan berdampak sesuatu yang baik pula.
Ucapan itu bersumber dari pikiran jadi jika kita senantiasa berfikir positif dan berbicara yang baik maka apa yang kita lakukan akan baik pula dan kita akan selalu sehat dan bahagia.
Ingatlah dhammapada gatha 1 dan 2. yang berbunyi
pikiran adalah pelopor dari segala seuatu.
Pikiran adalah pemimpin
Pikiran adalah pembentuk
Jika seseorang melakukan perbuatan baik maka
Kebahagiaan akan mengikutinya.
Bagaikan bayang-bayang yang tak pernah meninggalkan bendanya.

Semoga bermanfaat....
Semoga semua makhul berbahagia.....
Be Happy...

Senin, 11 Januari 2010

Yessica F.S. : Timang-timang Mama



Kebaktian Remaja, Sabtu 9 Januari 2010
Protokol : Ratnasari
Dhammapada : Sidhi & Dwi
Pembimbing Diskusi : Nanda Devi Nur & Yessica F.S.
Penulis : Tommy

Tidak terasa, sudah setahun saya dan teman-teman dari Vihara Surya Adhi Guna menulis blog ini. Meringkas setiap kegiatan rutinitas yang dilakukan para umat Vihara Surya Adhi Guna Rengasdengklok agar teman-teman kami yang berada jauh diluar kota, atau teman-teman yang berhalang hadir ke Vihara, tetap bisa mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan oleh umat Buddha di Vihara Kami. Suka, Duka, kadang juga dihantui rasa malas, kadang semangat, juga rasa bangga menemani saya dan teman-teman dalam menulis blog selama setahun ini. Dengan segala kekurangan dalam hal deadline, kelengkapan ringkasan atau pun isi yang kurang berkenan, saya berharap blog ini terus semakin lebih baik, lebih bermanfaat dan semakin banyak umat Buddha khususnya umat Buddha Vihara Surya Adhi Guna yang peduli dan bersedia untuk menjadi penulis dan perawat blog ini di masa yang akan datang.

Pada Kebaktian malam hari ini, Yessi & Nanda menyiapkan bahan diskusi yang sangat bermanfaat untuk para remaja. Pada awal sesi ini, Yesi mengarahkan para umat untuk mendengar cerita sebagai pengantar dan bahan diskusi. Cerita mengenai perjalanan seorang ibu yang merawat anaknya dari masih kecil hingga besar. Setiap orang tua pasti lah merawat anaknya dengan kasih sayang tanpa batas.

Setelah mendengarkan cerita tersebut, anak-anak remaja yang telah dibagi menjadi beberapa kelompok diberi pertanyaan untuk bahan diskusi seputar kasih sayang orang tua khususnya Ibu.

Para remaja sangat antusias dalam memberikan pendapat mereka. Salah satunya Sidhi Agustiana Taniman : " Kalo mama kalian gak cerewet, berarti mama kalian gak sayang sama kalian. "
Dari ungkapan ini, mungkin semua anak remaja berpikir bahwa orang tua mereka cerewet, banyak hal yang tidak boleh dilakukan. Tapi itu semua justru ungkapan rasa sayang orang tua kita yang peduli. Kenapa orang tua kita begitu cerewet dalam banyak hal? yang pasti karena orang tua kita menginginkan sesuatu apapun berjalan baik untuk anak-anaknya.
Semoga Bermanfaat

Awal Tahun 2010



Kebhaktian Umum, 01 Januari 2009
Protokol : Sdri. Grace Chandra
Penyalaan lilin altar : Ibu Empang
Pembacaan Dhammapada : Ibu Empang (Gatha 1 dan 2)
Penulis : Grace Chandra

Namo Buddhaya..,

Happy New Year teman-teman sedhamma, semoga di tahun 2010 kita semakin bermanfaat, semakin bijaksana dan semakin bersemangat dalam memperbaiki diri sehingga menjadi manusia-manusaia yang lebih mulia.
Walaupun dalam suasana tahun baru tapi umat VSAG yang datang cukup banyak (kurang lebih ada 40 orang). Malam ini kebhaktian umum di mulai sekitar 18.45 wib. Dengan dipimpin oleh protokol, para umat membacakan paritta dengan hidmat.
Kebhaktian malam ini tidak diisi dengan Dhammadesana karena jam 8 malam kami akan berangkat ke rumah Alm. Bpk. Ationg untuk membacakan paritta. Malam ini merupakan malam kembang dan malam tutup peti Alm. Bpk. Ationg.
Disaat sampai di rumah duka, saya merenung bahwa kematian memang pasti dan kedatangannya tak pasti kapan. Hal ini memacu saya agar lebih baik mengisi hari-hari di tahun 2010. Pada tahun 2010 saya harus melakukan perubahan dalam kualitas hidup, harus semakin bersemangat melaksanakan dhamma dan selalu memupuk kebaikan. Saya sangat bersyukur di awal tahun baru ini saya diingatkan oleh kematian. Dengan teringat kematian membuat saya untuk selalu waspada dalam menjalani hidup ini. Semoga saja teman-teman sedhamma juga semua selalu mengingat kesunyataan akan kematian. Semoga anda semua semakin waspada dalam menjalani kehidupan ini.
Demikianlah ringkasan kebhaktian umum, 1 januari 2009. Semoga bermanfaat. Sadhu…! Sadhu…! Sadhu…!

Bapak Hemarta : Pentingnya Konsentrasi


Kebhaktian Umum, 25 Desember 2009
Protokol : Ibu Soan Karuna Susanto
Penyalaan Lilin Altar : Ibu Lilayani
Pembacaan Dhammapada : Ibu Empang (Gatha 252 dan 253)
Dhammadesana : Bpk. Hemartha Virya Jaya
Penulis : Grace Chandra

Namo Buddhaya…,

Dalam dhammadesananya malam ini Bpk. Hemartha memberitahukan tentang betapa pentingnya konsentrasi. Dengan memiliki konsentrasi yang baik maka kita akan menjalani segala aktifitas dengan baik. Contoh saja seorang pimpinan jika tidak mempunyai konsentrasi yang baik jika bawahannya sedang menjelaskan suatu masalah maka ia tidak akan mampu berkonsentrasi untuk mendengarkan permasalahan yang ada. Tentu saja jika hal ini terjadi maka atasan tersebut tidak dapat memecahkan masalah dengan baik pula.
Konsentrasi dapat dilatih dengan melatih meditasi. Selain bermeditasi kita juga melatih konsentrasi dengan jalan melakukan segala kegiatan dengan selalu berkesadaran. Misalnya makan dengan sadar, berjalan dengan sadar, bernapas dengan sadar.
Bapak Hemartha kemudian menceritakan suatu cerita yang menceritakan akibat fatal dari ketidak konsentasiannya seseorang. Diceritakan di suatu desa terdapat keluarga miskin yang terdiri dari seorang ayah, ibu dan anak. Sang ayah seorang kuli tani, sang ibu seorang tukang cuci dan seorang anak berumur 7 tahun yang bernama Ruri.
Ruri merupakan anak yang hemat. Setiap Ruri mendapatkan uang dari orang tuanya pasti ia tabung semuanya. Akhirnya celengannya penuh dan kemudian ia pecahkan celengannya itu. Setelah dihitung-hitung ternyata uang tabungannya cukup banyak sehingga mampu membeli 2 potong pakaian untuknya, 2 potong pakaian untuk ayahnya dan 2 potong pakaian untuk ibunya.
Ruri pun ke pasar untuk membeli pakaian dari yang tabungan. Setiba di toko pakaian, Ruri dengan segera memilih masing-masing 2 potong pakaian untuknya, Ayah dan Ibu. Setelah memilih dan membeli pakaian, Ruri melihat kerumunan orang di seberang toko. Ternyata di seberang toko ada sebuah Vihara yang penuh dengan umat.
Ruri lalu menyeberang untuk melihat kerumunan lebih dekat untuk mengetahui sebenarnya ada acara apa di Vihara sehingga begitu banyak umat berkumpul. Ruri bertanya kepada seorang umat yang berada dekatnya, “Paman, sedang ada acara apa memangnya??, mengapa begitu banyak umat berkumpul?.” Paman itu berkata, “De.., hari ini adalah Hari Kathina, hari dimana umat Buddha memberikan persembahan Jubah dan perlengkapannya kepada anggota Sangha.”
Ruri pun melihat seorang umat sedang mempersembahkan jubah kepada anggota Sangha dan ia pun ingin melakukan hal yang sama. Akhirnya Ruri memutuskan untuk mengembalikan sebagian pakaian yang telah ia beli. Ia pun memutuskan hanya membeli 1 potong pakaian untuknya, 1 potong pakaian untuk ayahnya dan 1 potong pakaian untuk ibunya. Hal ini ia lakukan karena sebagian uang tabungannya akan ia gunakan untuk membeli jubah yang akan ia persembahkan kepada anggota Sangha.
Setelah membeli jubah, maka Ruri pun berjalan maju menuju anggota Sangha. Ruri bersujud dan menyerahkan dananya dengan tulus dan ikhlas. Dana tersebut pun diterima oleh seorang Maha Thera. Ruri merasa senang dan suka cita karena telah melakukan suatu perbuatan baik. Setelah itu dari tahun ke tahun, Ruri selalu melakukan berdana jubah kepada anggota Sangha dan Maha Thera yang menerimanya.
Tahun berganti tahun dan Ruri kecil saat ini telah dewasa menjadi pemuda yang sukses. Keluarganya yang dulu miskin sekarang sudah menjadi jutawan. Ketika sudah menjadi jutawan, Ruri merasa enggan bila berdana harus ke Vihara. Maka ia memutuskan untung mengundang Maha Thera untuk datang ke rumahnya untuk menerima pesembahan dari dirinya.
Maha Thera yang menerima undangan tersebut memutuskan untuk mengutus samanera muda ke rumah Ruri. Ruri yang mengetahui hal ini, sangatlah marah dan ia berkata kepada samanera bahwa ia hanya akan memberikan dananya untuk Maha Thera jadi Ruri pun menyuruh samanera itu pulang tanpa membawa dana.
Samanera pulang dan menceritakan kejadian tersebut kepada Maha Thera. Walaupun sudah diceritakan bahwa dana tersebut hanya akan diberikan kepada Maha Thera, tapi Maha Thera tetap tidak pergi ke rumah Tuan Muda Ruri. Pada akhirnya karena Maha Thera tak kunjung datang maka makanan dan berbagai perlengkapan yang sudah disediakan oleh Ruri pun dibagi-bagikan kepada kenalan dan tetangganya.
Suatu hari karena usia Ruri yang sudah tua maka Ruri pun meninggal. Sesampai di akhirat, Ruri disambut dengan ramah oleh hakim akhirat. Hakim akhirat berkata, “Tuan karena tuan semasa hidup banyak melakukan kebajikan maka tuan diberi hak istimewa untuk memilih untuk tinggal di surga atau neraka.” Ruri pun menjawab bahwa sebelum memutuskan tinggal dimana ia ingin melihat seperti apa surga dan neraka itu.
Akhirnya Ruri diajak tur ke surga oleh hakim akhirat ternyata disurga orang-orang yang berada di surga melakukan aktifitas meditasi, mendengarkan dhamma, membaca paritta dan berdana. Melihat hal tersebut, Ruri merasa bahwa surga sangatlah membosankan. Ia pun berkata, “Huuhhh.., surga sungguh membosankan. Kegiatan yang dilakukan di surga sudah sering aku lakukan di dunia. Sekarang saya mau lihat keadaan di neraka saja.”
Ruri pun tiba di neraka, ternyata di neraka penuh dengan keramaian. Orang-orang yang berada di neraka sedang bergembira dan tertawa. Aktifitas di neraka hanyalah mabuk-mabukan, berjudi dan foya-foya. Ruri merasa senang dan menyukai aktifitas tersebut. Oleh karena itu tanpa berpikir panjang Ruri memutuskan untuk tinggal di neraka saja. Ruri berkata. “Nah.., ini baru tidak membosankan. Neraka penuh dengan aktifitas menyenangkan yang belum pernah aku lakukan di dunia.”
Setelah Ruri berkata seperti itu maka gerbang neraka pun terbuka untuk Ruri. Akan tetapi ketika Ruri berada di neraka pemandangan menyenangkan yang tadi ia lihat sudah hilang, berubah menjadi jeritan dan pemandangan orang-orang yang sedang disiksa. Melihat tersebut, Ruri pun kaget dan dengan ketakutan ia pun bertanya, “Hahhh.., Mengapa pemandangan neraka seperti ini.., mana orang-orang yang sedang berjudi, mabuk-mabukan dan foya-foya??.” Hakim akhirat pun menjawab’ “Ohh.., Neraka sebenarnya pemandangannya seperti ini. Yang tadi anda lihat pertama kali adalah saat-saat neraka sedang melakukan diskon. Dan saat ini diskon neraka telah usai maka orang-orang yang di neraka pun kembali akan disiksa seperti biasanya.” Ruri pun semakin kaget akan jawaban dari hakim akhirat.
Dari cerita yang walaupun hanya dongeng belaka, tapi sebenarnya kita dapat ambil hikmahnya. Ruri yang tidak berkonsentrasi tidak dapat melihat sesungguhnya neraka dan surga. Kecerobohan Ruri dalam memutuskan sesuatu membuat dirinya harus menderita walaupun sebenarnya ia mempunyai kesempatan untuk berbahagia. Oleh sebab itu bapak/ibu, saudara/i sedhamma kita harus berkonsentrasi dan berkesadaran selalu sehingga tidak akan ada kata sesal nantinya.
Renungkanlah hal ini dan semoga bermanfaat. Sadhu…! Sadhu..! Sadhu…!

Janganlah pernah merasa takut jika mengingat akan kematian


Kebhaktian Umum, 11 Desember 2009

Protokol dan Penyalaan Lilin Altar : Romo Pannajayo
Dhammadesana : Anggota Sangha
penulis : Grace Chandra

Namo Tassa Baghavato Arahato Samma Sambuddhasa… (3 X)
Namo Sang Yang Adhi Buddhaya, Namo Buddhaya…!!!

Kebhaktian malam ini diisi dengan acara persembahyangan untuk memperingati 3 tahun meninggalnya Alm. Romo Pandita Karuna Atmaja dan memperingati 49 hari meninggalnya Alm. Bpk. Surya Pangadi. Dalam acara ini keluarga almarhum melakukan patidana guna melimpahkan jasa-jasa kepada Alm. Romo Pandita Karuna Atmaja dan Alm. Bpk. Surya Pangadi. Semoga dengan jasa-jasa kebajikan yang dilimpahkan almarhum dapat terlahir dialam yang berbahagia. Bebas dari segala penderitaan.

Ditengah-tengah proses acara persembahyangan, Yang Mulia anggota Sangha memberikan dhammadesana tentang “Kematian”. Y.M. Bhante mengatakan bahwa kematian adalah sunyata (suatu kebenaran). Oleh karena itu jika kita menyadari kematian berarti kitad apat dikatakan berbahagia karena mengenali dharma (kebenaran). Dengan begitu maka dapat dikatakan orang-orang yang berada dalam ruangan ini adalah orang-orang yang berbahagia. Berbahagialah karena sudah mengenal dan mengingat dharma.

Janganlah pernah merasa takut jika mengingat akan kematian. Orang yang merasa takut bila mengingat kematian maka ada sesuatu yang salah dalam dirinya. Sebenarnya terdapat berbagai manfaat jika kita mengingat kematian. Manfaat jika kita mengingat kematian adalah sebagai berikut:
- Sesibuk apapun diri kita dengan mengingat kematian kita telah mempraktekkan dhamma. Dhamma adalah suatu kebenaran dengan menyadari kematian adalah hal yang pasti dan sunyata maka kita telah mempraktekkan dhamma.
- Mengingat kematian akan menyadarkan kita akan kesunyataan
- Mengingat kematian akan menguatkan kita dalam mempraktekkan dhamma
- Mengingat kematian akan memotivasi kita dalam dhamma
- Mengingat kematian membuat aktifitas semakin baik dan berkualitas
- Mengingat kematian membuat kita akan selalu waspada. Seseorang yang ingat kematian, walaupun pekrjaanya sudah selesai dia akan tetap eling dan waspada sehingga membuat dirinya untuk selalu rendah hati.
- Dengan begitu mengingat kematian akan membuat diri kita tidak akan menyesal ketika kematian menghampiri diri kita

Lalu pertanyaan selanjutnya adalah bagaimanakah mengingat kematian dengan cara yang baik. Sebenarnya ada 3 jalan untuk mengingat kematian dengan cara yang baik yaitu dengan jalan:
1. Yakinkanlah diri kita pasti mati
2. Kapan ku mati pasti ku tak tau
3. Bahwa setelah ku mati yang ku bawa hanyalah praktik dhamma, praktek tisarana kita lah yang akan menemani diri kita nantinya.

Demikianlah acara patidana pada kebhaktian umum 18 Desember 2009. Semoga ringkasan ini dapat membawa manfaat bagi bapak/ibu serta saudara/i sedhamma.
Sadhu..! Sadhu.,..! Sadhu..!

Minggu, 03 Januari 2010

Tahun baru 2009

Hari ini PMV SAG melaksanakan, tahun baru bersama, pertama- tama acara di buka dengan games, yang menyenangkan.
Gamas yang pertama adalah over ganti baju dalam games ini di perlukan kecepatan untuk memakai baju dan memberikannya ke teman yang lain unuk di pakai, dan teman yang memakai harus memilih lagi salah satu items-items yna disediakan panitia, dan games ini di ikuti oleh tiga kelompok, dan yang memenangkan games ini dalah kelompok kelompok ke tiga dendan waktu 7menit,37detik.
Dan yang juara ke dua adalah kelompok dua dengan waktu, 7menit,56detik..
Dan yang juara terakhir adalah kelompok ketiga dengan waktu 8menit, 9detik.

Dan lalu kami melakukan games yang terakhir yaitu balon berjalan, sama serpeti games yang pertama,games ini di bagi menjadi 3kelompk, semua kelompok harus meniup balon dan balon tersebut di apit depan belakan oleh dua orang dan dua oang tersebut harus berbaris supaya balo tersebut tidak jatuh.

Dan selain games kami juga melakukan peryukaan kado, seperti pada perrayaan natal.
Dan mulailah seksi yang paling menegangkan yaitu pengumuman pemenang pelombaan mading
.dan atas pertimbangan para juri-juri yang memenangkan pelombaan mading adalah kelompok 1.
Dan juara ke duanya adalah kelompok dua.
Dan juara ke tiganya siapa lagi kalua bukan kelompk tiga.
Dan setelah pengumuman pemenang, di mulai pembagian hadiah.
Setelah acara pembagian hadiah, inilah acara yang paling di tunggu-tunggu, yaitu makan-makan .
Meskipun makanannya sederhana tapi rasanya luar biasa (tidak bisa di ungkapankan dengan kata-kata).

Bpk Supriatno Penyuluh agama Buddha dari DEPAG KARAWANG




Kebhaktian Umum, 13 November 2009
Dhammadesana : Bpk Supriatno
Penyuluh agama Buddha dari DEPAG KARAWANG

Tema : Kerukunan Umat Beragama
Penulis : Romo Pannajayo


Namo Buddhaya…!
Bapak Supriatno dalam Dhammadessananya menguraikan beberapa poin yaitu:
- Di Depag Karawang, Bapak Supriatno selaku penyuluh agama Buddha diterima baik oleh pegawai yang lainnya. Mereka semua bersikap ramah dan baik karena umat Buddha di Karawang tidak pernah mebuat masalah/merugikan orang lain.
- Kita selaku umat Buddha perlu menunjukkan indentitas diri sebagai agama Buddha di dalam KTP. Hal ini dikarenakan seberapa besar jumlah umat dapat dijadikan sebagai patokan pertimbangan bagi pemerintah untuk memberikan anggaran bantuan keagamaan.
- Kehidupan toleransi beragama di Karawng cukup bagus dan umat Buddha di mana-mana diterima oleh umat lain. Hal ini dikarenaka dari jaman para Buddha dulu, agama Buddha tidak pernah melakukan kekerasan pada penganut agama dan kepercayaan lain.
- Sang Buddha sendiri pernah menekankan kepada siswanya untuk selalu menghormati guru/ajaran yang lain atau ajaran yang lama.
- Orang yang dapat menciptakan kerukunan adalah orang yang dapat memberi manfaat bagi keluarga dan masyarakat (lingkungan).

Demikianlah ringkasan kebhaktian umum tanggal 13 November 2009, semoga bermanfaat.
Sadhu…! Sadhu…! Sadhu…!

Search