Senin, 21 Desember 2009

Latih diri - studi meditasi aksi 2009

Kebaktian remaja, sabtu 19 Desember 2009
Protokol : Dwi Yunantara & Try Atmaja
Dhammapada : Meylianawati Dewi
Pembicara : Grace
Pembimbing Meditasi : Romo Pannajayo

Tidak terasa 3 tahun telah berlalu sejak diadakannya Bina Widya ( Kegiatan pelatihan rutin Buddhis yang diselenggarakan oleh SEKBER-PMVBI Jawa Barat dalam belajar Dhamma dan meditasi ) tahun 2006 silam yang diadakan di Vihara Surya Adhi Guna Rengasdengklok. Di tahun 2009 ini, Bina Widya kembali diadakan di Vihara Bodhi Diepa Cikampek dengan nama LD-SMA ( latih diri - studi meditasi aksi ). Program pelatihan tahun ini, lebih menitik beratkan pada pelatihan diri dengan bermeditasi dan aksi pada waktu pelatihannya. Peserta yang hadir berasal dari remaja dan pemuda-pemudi Vihara-vihara yang tergabung dalam SEKBER PMVBI Jawa Barat. Sekitar 20 orang remaja dari Vihara Surya Adhi Guna sudah mendaftar sebagai peserta kegiatan ini, untuk itu pada malam hari ini Sdri. Grace Chandra meminta kepada Romo Pannajayo membimbing para calon peserta LD-SMA untuk berlatih meditasi.

Pada sesi penjelasan meditasi, Romo menjelaskan bermacam-macam posisi duduk saat bermeditasi.

1. Teratai penuh ( full lotus / golden Buddha )












2. Teratai separuh ( half lotus )












3.




















Kami bermeditasi sambil diberi pengarahan oleh romo Pannajayo. Objek meditasi yang Romo anjurkan adalah keluar masuknya pernafasan. Sekitar 15 menit Dhammasala Vihara menjadi sangat hening, padahal pada kebaktian malam hari ini umat remaja yang hadir cukup banyak.
Mungkin karena rasa keingin tahuan para umat untuk mencoba melatih meditasi.
Saya sendiri pun sebenarnya sudah sangat lama tidak bermeditasi, padahal latihan konsentrasi adalah hal yang sangat dianjurkan oleh Guru Agung kita. Pikiran kacau terus menemani saya sewaktu bermeditasi kali ini. Sampai pada akhirnya meditasi pun selesai.

Romo Rajiman : Persatuan dalam kelompok


Kebhaktian umum, 11 Desember 2009
Protokol : Ibu Lilayani
Penyalaan Lilin Altar : Ibu Uwat
Pembaca Dhammapada : Ibu Soan Encom (Gatha 223 dan 224)
Dhammadesana : Bpk. Rajiman
Tema : Persatuan Dalam Kelompok
penulis : Grace Chandra

Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhasa (3x)
Namo Sang Yang Adhi Buddhaya, Namo Buddhaya…!

Di dalam kehidupan sehari-hari kita sangat membutuhkan orang-orang yang ada di sekitar kita. Sebagai contoh seorang pedagang pupuk membutuhkan petani dan petani membutuhkan tengkulak untuk menjual padinya.. dst.. Oleh karena itu dalam kehidupan sehari-hari kita wajib saling menghormati dan menghargai dengan tetangga atau orang yang ada di sekitar dengan kita. Jika kita melakukan hal tersebut maka persatuan dalam kelompok akan tercipta.
Umumnya disaat kesulitan atau membutuhkan bantuan biasanya diri kita pastilah akan meminta bantuan yang paling terdekat yaitu tetangga kita. Sebagai contoh saat anak kita sakit parah dan membutuhkan bantuan pastilah bantuan dari tetangga diperlukan. Oleh karena itu perlakukanlah setiap tetangga anda seperti saudara anda. Sesuai dengan peribahasa yang mengatakan bahwa tetangga adalah saudara yang terdekat. Kehidupan harmonis di antara tetangga akan mendukung persatuan tetap terjaga.
Persatuan tidak terjaga jika kita selalu bersikap membeda-bedakan antara sesama. Sebenarnya sikap perbedaan ini sangatlah tidak perlu dilakukan karena sebenarnya sama. Saat kita lahir kita sama-sama tidak membawa sesuatu, tidak membawa pangkat.Buddha, guru kita pun menghendaki kesejajaran antara umat manusia. Beliau menghapus sistem kasta.
Pembantu dan tuannya sebenarnya sama hanya tugas dan pangkat saja yang membedakannya. Oleh karena itu jika kita memiliki pemabantu di rumah, perlakukanlah pembantu dengan baik. Janganlah menghina dan memperlakukan pembantu dengan kasar. Malah alangkah baiknya jika di moment tertentu kita mengumpulkan pembantu kita dan mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang telah mereka lakukan pada kita. Jika kita melakukan hal ini maka persatuan dan kerukunan pasti terjaga.
Di akhir Dhammadesananya, Bapak Rajiman juga mengatakan bahwa kita menilai orang janganlah dari penampilan luarnya. Sebagai contoh jika ada 4 orang cewek yang terdiri dari cewek yang kaya dan cantik, cewek yang kaya dan baik, cewek yang miskin cantik dan cewek miskin kaya. Seharusnya kita memilih cewek yang baik. Hati lebih baik dibandingkan penampilan atau pembungkusnya saja.
Demikianlah Dhammadesana tanggal 11 Desember 2009. Semoga bermanfaat. Sadhu…! Sadhu…! Sadhu…!

4 hal untuk merubah pola hidup kita



Kebhaktian umum, 04 Desember 2009

Protokol : Romo Pannajayo
Pembaca Dhammapada : Ibu Encun Sukanta (Gatha 176 dan 177)
Dhammadesana : Y. M. Bhante Suddhasano
penulis: Grace Chandra

Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhasa (3x)
Namo Sang Yang Adhi Buddhaya, Namo Buddhaya…!

Saat ini orang sibuk membicarakan masalah kiamat 2012. Isu seperti ini sebenarnya mengingatkan kita untuk segera mungkin memupuk kebajikan. Kita harus semakin bersemangat memanfaatkan apa yang kita miliki untuk berbuat baik.
Hidup dengan selalu membina diri agar selalu menjadi manusia yang lebih mulia sangatlah sulit. Malam ini Y. M. Bhante memberikan dhammadesana tentang empat hal yang harus kita lakukan untuk merubah pola hidup kita. Keempat hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mencegah hal-hal buruk yang belum ada diri kita
Contohnya yaitu jika diri kita yang bukan tipe suka marah-marah jangan sampai berubah menjadi suka marah-marah. Kita harus menjauhkan diri hal-hal yang buruk. Hal ini dapat dicapai dengan meditasi dan fangshen. Meditasi membuat diri kita selalu sadar dan mawas diri sehingga jika ada hal-hal buruk yang mendatangi diri kita maka kita akan tersadar untuk segera menjauhinya, Sedangkan fangshen membuat diri kita akan dipenuhi oleh cinta kasih sehingga kita dapat terbebas dari rasa memmbenci. Fangshen juga membuat diri kita selalu terlindung oleh kebajikan yang kita perbuat. Semakin banyak kita menolong orang maka akan semakin banyak kita terlindung oleh kebajikan.

2. Menghilangkan kebiasaan buruk yang sering kita lakukan
Contoh: jika kita memiliki kebiasaan buruk yaitu mudah mengantuk maka kikis dan hilangkanlah kebiasaan buruk ini. Mengantuk berarti kesadaran kita lemah dan orang yang memiliki kesadaran lemah akan membuat diri kita cepat mati. Contohnya saja jika kita kesadaran lemah mungkin ketika menyebrang jalan kita akan mati tertabrak oleh kendaran yang lalu lalang. Kesadaran lemah membuat kita kurang berhati-hati dalam melakukan suatu kegiatan.
Sesuai dengan Buddha katakana, “Orang yang sadar adalah orang yang hidup sedangkan orang yang tidak sadar dapat dikatakan tidak hidup walaupun sebenarnya dia hidup.”

3. Menambah kebajikan yang belum pernah dilakukan
Contohnya orang yang tidak suka meditasi menjadi suka meditasi. Hidup sebagai manusia adalah sangat sulit. Oleh karena itu lakukan kebajikan saat ini juga karena siapa tahu esok hari kematian menjemput kita!.

4. Mengembangkan kebajikan yang sudah ada
Bagi orang yang sudah sering bermeditasi sebaiknya lebih baik lebih ditingkatkan lagi. Kita haruslah meningkatkan kebajikan yang ada didalam diri kita.

Seperti yang telah kita sering dengar bahwa: “Oleh diri sendiri kita berbuat kebajikan, oleh diri sendiri kita ternoda, oleh diri sendiri kita berbuat kebajikan dan oleh diri sendiri kita mecapai kesucian. Semua hal yang terjadi adalah karena oleh diri kita sendiri. Diri kitalah yang menentukan apakah diri kita akan menjadi orang yang baik atau tidak.
Dewa kematian tidak mungkin datang mengetuk pintu untuk memberitahukan kematian kita. Oleh karena itu jangan menunda-nunda kebajikan sebelum kematian menjemput kita. Apabila seseorang mencintai diri sendiri maka mulai sekarang dia akan menjaga diri sebaik-baiknya. Menjaga diri dengan selalu menghindari segala perbuatan jahat dan selalu mendekatkan diri dengan kebajikan. Oleh karena itu jika sayang dan mencintai diri kita sendiri maka perbanyak dan kembangkan kebajikan dalam diri kita.
Y. M. Bhante juga bercerita tentang “Cacing dan Kotorannya”. Pada cerita ini dikisahkan ada seekor cacing yang sangat menyukai tinggal di dalam kotoran. Walaupun kotoran sangat bau dan kotor tetapi sang cacing sangat menyukai makan dan hidup di dalam kotoran tersebut. Diri kita janganlah seperti cacing ini. Janganlah menjadi manusia yang apabila sudah diberitahu/diceramahin untuk meninggalkan kebiasaan buruk (kotoran) tapi tetap tidak mau!. Kita selaku manusia yang mulia seharusnya menjauhi kebiasan buruk (kotoran) dan merasa jijik dengan kebiasaan buruk (kotoran).
Demikianlah ringkasan kebhkatian umum, 04 Desember 2009. Semoga bermanfaat.
Sadhu...! Sadhu…! Sadhu…!

Search