Jumat, 30 Oktober 2009

Sidhi : Kalyanamitta


Kebaktian Remaja, Sabtu 24 Oktober 2009
Dhammadesana : Sidhi Agustiana Taniman
Dhammapada : Tommy
Penulis : Tommy


Boleh dibilang hari yang cukup istimewa pada kebaktian remaja kali ini. Kenapa? karena pada kebaktian kali ini, Sidhi A.T. yang merupakan Ketua dari PMV SAG 2009-2010 bersedia untuk mengisi Dhammadesana kali ini. Saya sendiri mengenal sosok Sidhi belum lama. Sekilas, Sidhi terlihat pendiam, malu-malu dan grogian. Tapi hari ini, pandangan saya tentang ketua PMV yang baru ini berubah. Walau cara berbicara yang dibawakannya tidak sebagus penceramah lainnya karena aksen pembicaraanya yang belum terbiasa, tapi saya sungguh kagum dengan sosok ketua PMV yang satu ini. Sama seperti halnya Yessica F.S. yang sebelum menjadi ketua PMV 2008-2009 agak pendiam, setelah menjadi ketua PMV, menjadi lebih aktif. Saya yakin, apabila terus dilatih, Sidhi pun akan bisa menjadi pembicara yang baik.
Isi dari Dhammadesana yang Sidhi bawakan sangat bagus, seperti berikut :

Kalyanamitta berasal dari kata Kalyana yang artinya teman dan Mitta yang artinya baik atau bagus. Jadi Kalyanamitta berarti teman yang baik atau bagus yang dapat menjadikan diri kita selalu waspada dalam menempuh kehidupan dunia dan setelah meninggal. Terdapat empat macam sahabat yang dipandang berhati tulus ( suhada ) : yaitu sahabat penolong ( upakaro mitto ), sahabat pada waktu senang dan susah ( samanasukha dukkhomitto ), sahabat yang memberi nasehat baik ( atthakhayamitto), dan sahabat yang bersimpati ( anukampakamitto ).

1. Ciri-ciri sahabat yang suka menolong ( Upakaromitto ) adalah :
1. Ia yang menjaga dirimu sewaktu lengah;
2. Ia yang menjaga dirimu sewaktu engkau lengah;
3. Ia yang menjaga dirimu sewaktu dalam ketakutan;
4. Ia memberi bantuan dua kali daripada yang engkau perlukan.

2. Ciri-ciri sahabat pada waktu senang dan susah ( Samanasukha dukhomitto )
1. Ia menceritakan rahasia-rahasia dirinya kepadamu;
2. Ia menjaga rahasia-rahasia dirimu;
3. Ia tidak meninggalkan dirimu sewaktu engkau berada dalam kesulitan;
4. Ia bahkan bersedia mengorbankan hidupnya demi kepentinganmu.

3. Ciri-ciri sahabat yang memberi nasehat baik ( Atthakhayamitto ) yaitu:
1. Ia mencegah dirimu berbuat jahat;
2. Ia menganjurkan dirimu untuk berbuat benar;
3. Ia memberitahukan apa yang belum pernah engkau dengar;
4. Ia menunjukan jalan ke surga.

4. Ciri-ciri sahabat yang bersimpati ( Anukampakamitto )
1. Ia tidak merasa gembira terhadap kesengsaraanmu;
2. Ia merasa senang atas kesejahteraanmu;
3. Ia mencegah orang lain berbicara jelek tentang dirimu;
4. Ia membenarkan orang lain memujimu.

Akalyanamitta ( Teman yang tidak baik )

Akalyanamitta artinya teman atau kawan yang tidak baik atau jahat yang berkeinginan untuk menjerumuskan diri kita sehingga mengalami penderitaan ( dukkha ). Terdapat empat orang yang harus dipandang sebagai musuh yang berpura-pura sebagai sahabat (amittamittapatirupapaka) yaitu : orang yang tamak ( Annadathuro ), orang yang banyak bicara tetapi tidak berbuat sesuatu ( Vaci paramo ), penjilat ( Annuppiyabhani ) dan kawan pemboros ( Apayasahayo ).

1. Ciri-ciri orang yang berpura-pura sebagai sahabat ( Annadathuharo ) yaitu:
1. Ia yang tamak;
2. Ia memberi sedikit dan meminta banyak;
3. Ia melakukan kewajibannya karena takut;
4. Ia hanya ingat akan kepentingannya sendiri.

2. Ciri-ciri seorang yang banyak bicara tetapi tidak berbuat sesuatu ( Vaci paramo ) yaitu:
1. Ia menyatakan bersahabat berkenaan dengan hal-hal yang lampau;
2. Ia yang menyatakan persahabatan berkenaan dengan hal-hal yang mendatang;
3. Ia berusaha untuk mendapatkan simpati dengan kata-kata kosong;
4. Bila ada kesempatan untuk membantu, ia menyatakan tidak sanggup.

3. Ciri-ciri seorang penjilat ( Annupiyabhani ) yang berpura-pura sebagai sahabat yaitu:
1. Ia menyetujui hal-hal yang salah;
2. Ia tidak menganjurkan hal-hal yang benar;
3. Ia akan memuji dihadapanmu;
4. Ia berbicara jelek tentang dirimu dihadapan orang-orang lain.

4. Ciri-ciri seorang pemboros ( Apayasahayo ) yang berpura-pura sebagai sahabat yaitu:
1. Ia menjadi kawanmu apabila enkau gemar minum minuman keras;
2. Ia menjadi kawanmu apabila engkau gemar berkeliaran di jalan-jalan pada waktu yang tidak pantas;
3. Ia menjadi kawanmu apabila engkau mengejar tempat-tempat hiburan;
4. Ia menjadi kawanmu apabila engkau gemar berjudi.

Semoga bermanfaat.

Jumat, 23 Oktober 2009

Romo Pannajayo : Hiri & Ottapa

Kebaktian Umum, Jumat 23 Oktober 2009
Pemimpin kebaktian : Uu Dharmawan
Dhammadesana : Romo Pannajayo
Penulis : Tommy

Hari ini adalah minggu ke 4 kebaktian umum bulan Oktober. Suasana Hari Raya Kathina masih terasa begitu pekat tatkala setiap Vihara di Kabupaten Karawang dan sekitarnya masing-masing mengadakan perayaan Kathina. Pada kebaktian malam hari ini Romo Pannajayo membahas mengenai Hiri dan Ottapa. Yakni malu dan takut untuk berbuat jahat. Pada prinsipnya Hiri dan Ottapa ini bisa timbul pada bathin masing-masing orang dengan dilandasi pengetahuan yang benar tentang sebab dan akibat perbuatan yang kita lakukan. Setelah kita mempunyai pengetahuan tentang sebab dan akibat dari perbuatan yang kita lakukan, akan timbul pemikiran untuk malu berbuat yang tidak baik dan juga akan takut akan akibat dari perbuatan yang kita lakukan.

Dengan mengetahui sebab dan akibat perbuatan yang kita lakukan, kita pastilah akan berpikir dua kali untuk melakukan perbuatan yang kurang sesuai menurut Dhamma. Dengan mengalami sendiri sebab dan akibat perbuatan yang tidak baik, kita sudah tentu akan memahami maksud dari Hiri dan Ottapa.

Hiri dan Ottapa bisa juga timbul dari lingkungan sekitar kita yang mendorong kita untuk malu dan takut berbuat jahat. Apabila orang tua kita adalah orang yang mempunyai nama baik, kita dengan sendirinya akan berusaha untuk menghindari perbuatan yang dapat merusak nama baik orang tua kita. Apabila sanak saudara kita rajin menolong orang lain, dengan sendirinya pula, kita akan memiliki kebiasaan menolong orang lain.

2 hal ini perlu kira terus ingat, Hiri dan Ottapa. Malu untuk berbuat jahat, takut akan hasil dari perbuatan yang kita lakukan. Demikian ringkasan Dhammadesana Romo Pannajayo yang disampaikan, Semoga Bermanfaat

Senin, 19 Oktober 2009

Perayaan Hari Kathina 2009

Pembawa acara : Ibu Lilayani
Pemimpin kebaktian : Romo Pannajayo
Bhikkhu Sangha dari Sangha Agung Indonesia
Penulis : Tommy


Pada malam yang berbahagia ini, adalah hari yang kesekian kalinya saya merayakan hari Raya Kathina. Waktu terasa begitu cepat, rasa-rasanya baru beberapa hari yang lalu saya merayakan hari Kathina tahun 2008 di Vihara Surya Adhi Guna. Antusias para umat Buddha Rengasdengklok dan sekitarnya terlihat begitu besar pada hari raya ini. Hal ini terbukti dari banyaknya para umat yang biasanya absen datang ke vihara, pada hari ini terlihat hadir. Khusus untuk berdana kepada Sangha. Terlihat juga Bpk. Natala Sumeda ( Ketua Vihara Buddha Dhamma Karawang,) Bpk. Ian Alexander ( Ketua yayasan Sanghamitta Karawang ), juga Ibu Padumawati bersama umat Vihara Bodhi Diepa Cikampek turut hadir untuk mengikuti Sangha Dana di Vihara Surya Adhi Guna.

Saya datang agak telat hari ini. Sesampai di Vihara, Ryan, Nanda Devi Nur, Dwi Yunantara dan Meylianawati Dewi
sedang berlatih membacakan Nidhikanda Sutta ( Sutta tentang berkah ) yang dibimbing oleh Sdri. Grace Chandra. Setelah memasuki Dhammasala, terlihat ada 9 anggota Sangha yang hadir pada Kathina tahun ini. Salah satunya adalah YM Bhikkhu Dharmavimala Thera yang tepat pada minggu lalu merayakan Vassa ke 18. 9 anggota Sangha duduk di depan altar vihara, bukanlah pemandangan yang biasa. Mungkin tidak setahun sekali, vihara kami kadatangan Anggota Sangha sampai sebanyak ini.

Setelah pembacaan paritta selesai, acara dilanjutkan dengan pembacaan Nidhikanda Sutta. Sutta tentang berkah yang kerap kali dibacakan saat perayaan Kathina. Lalu acara dilanjutkan dengan Dhammadesana dari Anggota Sangha. Dari 9 anggota Sangha yang hadir pada kebaktian kali ini, Saya tidak tahu nama Bhikkhu yang berceramah pada kesempatan kali ini. Bhante membabarkan Dhamma mengenai hari Kathina yang tidak dimulai dari 10 atau 20 tahun belakangan ini. Hari Kathina ada sejak jaman Buddha Gaotama masih hidup. Inti dari hari Kathina adalah Bakti umat kepada Sangha dan memberi. Kita sebagai manusia patut memberi sebagai tabungan kamma baik yang paling mudah dilakukan. Bhante juga bercerita tentang seseorang yang sangat pelit semasa hidupnya. Walaupun kaya tapi ia tidak pernah berdana sedikitpun untuk para pertapa atau pun orang-orang sekelilingnya yang kesusahan. Orang tersebut sangat melekat pada rumah dan harta kekayaan yang dimilikinya. Suatu hari, disaat tabungan kamma baiknya telah habis, ia meninggal dunia secara mendadak. Ia terlahir kembali menjadi anjing di rumahnya sendiri. Suatu ketika, Guru Buddha bersama murid-muridnya berpindapatta melewati rumah dimana anjing tersebut tinggal. Melihat Guru Buddha sedang berpindapatta bersama murid-muridnya, anjing tersebut mengggong-gong. Lalu Guru Buddha berkata pada anjing tersebut dengan memanggil namanya ketika ia masih terlahir sebagai pemilik rumah tersebut. Mendengar apa yang diucapkan Guru Buddha, anak sipemilik rumah, Shuba, menjadi marah dan berniat untuk menegur Guru Buddha. “Guru kenapa anda memanggil nama anjing ini, dengan nama ayah saya?.. ” tanya Subha. Lalu Guru Buddha menjawab, “ Subha, dia memang ayahmu sebelum kelahirannya manjadi anjing. ” “ Tidak mungkin ayah saya terlahir menjadi anjing. Kami adalah keluarga bangsawan, setelah meninggal, keluarga kami akan terlahir di surga. ” Subha menyangkal pertanyaan Guru Buddha. Lalu Guru Buddha menjawab, “ Subha, apakah warisan yang diberikan oleh ayahmu sudah diwariskan semuanya kepadamu?”.. “ Kayanya belum semua Guru. ” Lalu Guru Buddha melanjutkan, “ untuk mendapatkan warisan tersebut, sesampai dirumah, kamu buatkan susu & bubur untuk anjing itu. Lalu setelah anjing itu makan, kamu berbisiklah padanya, “ Ayah, dimanakah harta yang belum kau berikan padaku? ” ”. Lalu Bhante menanyakan hal tersebut para umat, jika anda diminta bertanya hal seperti itu kepada seekor anjing, apakah anda akan melakukannya?..
Subha berpikir, apabila apa yang dikatakan Guru Buddha salah, ia akan berkeliling kampung untuk memberitahukan bahwa apa Guru Buddha adalah pembohong besar. Tapi apabila apa yang dikatakan Guru Buddha benar adanya, maka ia akan mendapatkan keuntungan, yakni harta warisan yang belum diberikan oleh ayahnya. Subha mengikuti apa yang Buddha sarankan kepadanya, ia memberi bubur & susu kepada anjing yang dulunya adalah ayahnya sendiri. Setelah kenyang, akhirnya Subha berbisik kepada anjing tersebut, “ Ayah, dimana kau simpan hartamu, yang belum kau berikan padaku?.. ” mendengar bisikan tersebut, anjing tersebut lalu berjalan ke sudut rumah dan mulai menggali tanah. Tidak berapa lama kemudian, terlihatlah kepingan emas yang disimpan oleh ayahnya yang masih hidup. Lalu anjing tersebut berjalan kembali ke sudut yang satunya, ditemukan lagi kepingan emas. Dan keseluruhan ada 3 titik, masing-masing 100 ribu keping emas. Apa yang dikatakan Guru Buddha memang terbukti. Kekikiran membuat orang menjadi lebih sulit untuk menjalani kehidupan. Hasil langsung dari berdana adalah, mendapatkan kebahagian untuk diri kita sendiri. Setelah berbuat bajik, kita menjadi lebih happy, lebih damai. Lalu dengan berdana, kita akan disenangi oleh banyak orang. Dan dengan berdana, kita akan terlahir di alam yang berbahagia. Salah satu contohnya adalah Dhamika. Dhamika adalah murid Buddha yang sangat gemar berdana. Ia sering kali mengajak teman-temannya untuk berdana. Suatu ketika, YA Bhante Mogalana berjalan-jalan ke surga. Beliau melihat banyak istana yang sangat indah, di istana tersebut, beliau melihat dewa dan dewi yang tinggal. Lalu Bhante bertanya kepada salah seorang dewi, “ Dewi, apa yang telah kamu perbuat, hingga kamu bisa terlahir di alam dewa ini dengan istana yang begitu besar? ” Lalu dewi tersebut menjawab “ Tidak banyak yang saya lakukan Bhante, semasa hidup, saya hanya tidak pernah marah terhadap suami saya.” Lalu Bhante bertanya kapada para umat yang hadir, apa ibu-ibu bisa tidak marah kepada suami anda masing-masing?.. Ibu-ibu tertawa mendengar pertanyaan tersebut. Lalu Bhante meneruskan ceritanya mengenai perjalanan YA Bhante Mogalana ke surga. Setelah berbicara dengan dewi tersebut, Bhante Mogalana melihat sebuah istana yang sangat besar, tapi masih kosong penghuninya. Lalu Bhante Mogalana bertanya kepada para dewa yang istananya tidak jauh dari istana tersebut, “ Istana siapakah yang kosong ini? ” Lalu sesosok dewa menjawab, “ Itu adalah istana milik Dhamika, pemiliknya masih hidup, jadi istananya di alam dewa ini masih kosong. ” Mendengar pertanyaan tersebut, Bhante Mogalana segera kembali ke Dunia manusia lalu menceritakan apa yang ditemukannya dan bertanya kepada Guru Buddha, “ Bhante apakah betul, orang yang masih hidup bisa menimbun jasa kebajikan di alam surga? ” Lalu Guru Buddha menjawab, “ Betul, Orang yang belum meninggal pun bisa menimbun jasa kebajikannya di alam surga. ” Jadi kita sebagai umat awam harus terus berbuat baik untuk kehidupan yang lebih baik lagi. Setelah Dhammadesana selesai, acara dilanjutkan dengan Sangha Dana. Umat berbaris untuk berdana Sangha. Karena begitu banyak umat yang hadir pada kebaktian malam hari ini, barisan menjadi sangat panjang dan antrian pun memakan waktu hampir setengah jam. Setelah berdana, kebaktian ditutup dan umat dipersilahkan untuk makan malam.

Semoga bermanfaat.

Yessica F.S. : Di Balik Kepribadian Kita


Kebhaktian Remaja, 17 Oktober 2009
Protokol : Nadila Kho dan Anastasya Natalie
Penyalaan lilin altar : Yessica F. Sutiono
Pembacaan Dhammapada : Dewi dan Melisa
Dhammadesana : Yessica F.S.
(Tema Dibalik Kepribadian Kita)


Namo Buddhaya...,
Sdri. Yesi memulai dhammadesana dengan membagikan kertas dan pulpen. Ternyata ia meminta kami untuk mengisi sebuah kuosioner yang hasilnya nanti akan memberikan gambaran seperti apakah kepribadian kita. Memang ada sebagian remaja SAG yang sedah pernah mengisi kuosioner seperti ini akan tetapi itu tidak membuat kami tak bersemangat untuk mengikuti kegiatan ini Kami merasa Dhamma yang dilakukan berulang-ulang lebih baik dan pasti akan semakin membuat diri kita smakin mengerti.
Sdri. Yesi memberi waktu sekitar setengah jam kepada kami untuk menyelesaikan kuosioner. Akhirnya tepat jam 8 malam kami semua mengetahui kepribadian diri kami masing-masing. Ternyata kepribadian semua orang berbeda-beda
Secara garis besar umumnya kepribadian dibagi menjadi empat yaitu tipe sanguinis, melankolis, plegmatis dan koleris. Setiap tipe kepribadian ini pastilah memiliki kelebihan dan kekurangannya. Sebagai contoh koleris sangat pandai memimpin tapi dia tidak mempunyai perasaan yang toleran seperti melankolis.
Sdri. Yesi berkata semoga dengan mengetahui baik seperti apa kepribadian diri kita dapat membuat kita membangun diri yang lebih baik. Semoga kita dapat meningkatkan dan memanfaatkan segi kelebihan yang ada dalam pribadi diri kita. Dan semoga kita dapat mengeliminir kelemahan kepribadian diri kita.
Demikianlah ringkasan kebhaktian remaja, 17 Oktober 2009. Semoga bermanfaat. Sadhu...! Sadhu...! Sadhu...!

Senin, 12 Oktober 2009

Romo Pannajayo : Cara menjadi Agung dan Baik

Kebhaktian umum, 09 Oktober 2009
Protokol : Bpk. Hasan
Penyalaan lilin Altar : Romo Pannajayo
Dhammapada : Grace Chandra (Gatha 99)
Dhammadesana : Romo Pannajayo
(Tema : Cara agar kita menjadi agung dan baik)

Namo Buddhaya..,
Malam kebhaktian tanggal 9 Oktober lain dari biasanya, suasananya sepi dan hening. Pertama kali saya memasuki Dhammasala dapat terlihat bantalan duduk hanya memenuhi setengan dari ruangan Dhammasala. Umat yang hadir kurang lebih hanya sekitar 40 orang saja. Hal ini terjadi karena sebagian besar Umat SAG berangkat ke Blitar-Suramadu untuk mengikuti kegiatan "Kathina Tour". Walaupun sepi.., tetapi tetap terlihat semangat dari para umat untuk mengikuti kebhaktian.
Dhammadesana pada malam ini diisi oleh Romo Pannajayo. Romo mengupas tentang bagaimana caranya agar kita menjadi agung dan baik. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sebagai makhluk sosial pastilah selalu berhubungan dengan makhluk lain. Lalu bagaimanakah caranya agar kita dapat saling mengisi dengan makhluk lain dengan penuh keharmonisan???
Hubungan saling mengisi dan saling menolong dapat terjadi hanya jika ada unsur cinta kasih. Kita dapat dikasihi dan dicintai oleh orang lain hanya jika kita baik. Orang lain pasti baik dan mencintai diri kita apabila diri kita ini baik dalam ucapan, perbuatan dan pikiran.
Sekarang mari kita simak dan pelajari bagaimanakah caranya agar kita menjadi agung dan baik sehingga semua orang mencintai kita. Penampilan baik dapat dikategorikan menjadi tiga hal yaitu penampilan baik dalam jasmani, penampilan baik dalam perbuatan dan penampilan baik dalam batin.
Seseorang yang penampilan baik dalam jasmani yaitu orang yang dapat menjaga jasmani contohnya dengan berpakaian rapih dan sopan. Orang yang berpenampilan baik dalam jasmani bukan berarti ia harus berpakaian perlente dan memakai aksesoris mewah. Perlente bukanlah tanda bahwa ia adalah orang baik. Banyak orang berpakaian perlente dan mewah ternyata adalah seorang penipu.
Setelah mejaga penampilan jasmani terlihat baik, alangkah baiknya orang juga menjaga penampilan perbuatannya. Seseorang yang selalu berbuat baik, ramah tamah dan suka menolong pastilah sangat disukai semua orang. Banyak di kehidupan nyata, seorang wanita biasa-biasa saja dapat memperoleh pria tampan dan kaya. Setelah ditelusuri ternyata wanita ini merupakan wanita yang berpenampilan baik dalam sgala perbuatannya.
Selain kedua penampilan yang telah disebutkan diatas, ada satu penampilan lagi yang sangat penting untuk kita jaga. Apakah itu???. Yach.., itu adalah penampilan batin. Penampilan batin sangat perlu kita jaga dan kita tingkatkan untuk mejadi lebih baik lagi. Hal ini dikarenakan apabila batin tenang maka akan membuat perbuatan, perkataan pun mejadi tenang pula. Sebagai umat awam kita dapat meningkatkan batin kita dengan jalan selalu mempraktekkan pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Demikianlah uraian tentang beberapa cara agar kita berpenampilan baik. Smoga uraian ini dapat bermanfaar dan membuat diri kita menjadi lebih baik lagi.
Sadhu...! Sadhu...! Sadhu...!

Jumat, 02 Oktober 2009

Y. M. Bhante Adhiratano : Bekal yang kita tabung agar kita bahagia.

Kebhaktian Umum, 02 Oktober 2009
Penyalaan Lilin Altar : Bapak Aen
Protokol : Romo Pannajayo
Pembacaan Dhammapada : Ibu Empang (Gatha 320 dan 321)
Dhammadesana : Y. M. Bhante Adhiratano
penulis : Grace Chandra
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhasa.. (3X)
Namo Sang Yang Adhi Buddhaya, Namo Buddhaya.. !!!

Tiga tahun yang lalu saat Y. M. Bhante Adhiratano masih Samanera, Beliau pernah mengunjungi Vihara Surya Adhi Guna. Saat ini untuk kunjungan yang kedua kalinya Beliau memberikan Dhammadesana tentang bekal sejati yang harus kita tabung guna menghadapi kehidupan kita yang akan datang.
Pada awal Dhammadesananya Y. M. Bhante Adhiratano mengulas tentang bencana gempa di Sumatera Barat. Bhante mengatakan bencana ini menunjukkan ketidak kekalan (Anicca) hidup ini. Segala sesuatu yang terjadi sangatlah tidak pasti, yang pasti hanyalah kematian yang suatu saat akan menjemput kita. Dalam mengarungi kehidupan yang tidak kekal ini sangatlah dibutuhkan suatu “Bekal” yang dapat menjamin diri kita akan bahagia.
Lalu “Bekal” apakah yang harus kita tabung dan miliki agar kita bahagia???. Sebagian orang berpikir jika mereka mempunyai bekal kekayaan duniawi yang melimpah ruah maka ia akan bahagia. Persepsi ini timbul karena mereka merasa bahagia setiap memiliki sesuatu. Akhirnya mereka merasa harus memiliki…, memiliki dan memiliki terus agar hidupnya berbahagia.
Kebahagiaan yang sejati bukanlah yang seperti itu. Kebahagiaan sejati adalah kebahagiaan yang dapat diperoleh bukan hanya dengan memiliki tetapi juga dengan melepaskan sesuatu. Jika kita mempunyai sifat yang dapat merelakan barang kita untuk membantu orang lain (berdana) maka kita juga akan merasakan suatu kebahagiaan.
Dana merupakan salah satu bekal kebajikan yang akan menuntun kita ke kehidupan yang lebih baik lagi. Dana merupakan pintu gerbang kebajikan yang sangat mudah dilakukan oleh siapa pun juga. Berdanalah maka kebajikan-kebajikan yang lain akan datang menghampiri kita.

Selain berdana diri kita juga harus membekali diri dengan sila yang baik. Untuk umat awam terdapat lima sila yang harus dipatuhi dalam menjalani kehidupan sehari-hari.Kelima sila itu yaitu: tidak membunuh, tidak mencuri, tidak melakukan perbuatan asusila, tidak berbohong atau berbicara yang tidak benar dan tidak minum-minuman yang membuat lemahnya kesadaran.
Orang yang mempunyai sila yang baik maka hidupnya akan nyaman dan tentram. Sebagai contoh jika kita hidupnya suka mencuri dan membunuh ketika kita melihat polisi maka diri kita pastilah akan merasa gelisah. Kita merasa ketakutan karena berpikir kemungkinan polisi menangkap kita. Tetapi jika kita selalu menjaga sila (tidak pernah mencuri dan membunuh) maka walaupun disekitar kita ada satu truk polisi tiba-tiba datang ke daerah kita, kita tidak akan merasa gelisah dan ketakutan. Kita hanya berpikir mungkin polisi datang karena ada penjahat di sekitar kita.
Setelah melakukan dana dan sila, alangkah baiknya umat Buddha juga menjalankan meditasi dalam kehidupan sehari-hari. Meditasi merupakan langkah untuk mensucikan pikiran. Meditasi merupakan keunggulan ajaran agama Buddha dibandingkan agama dan kepercayaan lain. Semua agama sama mengajarkan untuk selalu berbuat baik akan tetapi yang mengajarkan untuk memurnikan pikiran hanyalah agama Buddha. Oleh sebab itu seorang umat Buddha yang tidak pernah melakukan latihan meditasi setiap hari belum dapat dikatakan sebagai umat Buddha 100 %.
Pada akhir Dhammadesananya, Bhante berharap Dhammadesana yang beliau berikan pada malam ini membuat kami semua bersemangat menjalankan meditasi. Semoga kami semua dapat semakin maju dalam dhamma.
Pada kebaktian kali ini pula, diakhiri dengan pemberian penghargaan pada umat Buddha di Rengasdengklok yang telah mendonorkan darahnya untuk PMI ( Palang Merah Indonesia ) dalam misi kemanusian. Antara lain, di Anugerahkan kepada Ibu Lisa ( 25 kali donor ) dan kepada Bapak Uu Dharmawan sebanyak ( 10 kali donor ).
Demikianlah ringkasan kebhaktian umum, 02 oktober 2009. Semoga bermanfaat.
Sadhu…! Sadhu…! Sadhu…!

Search